Wednesday 23 August 2017

Artikel 5 : Stress

BAB II
KAJIAN TEORITIK

A. STRESS 1. Definisi Stres Kata “stres” bisa diartikan berbeda bagi tiap-tiap individu.
Sebagian individu mendefinisikan stres sebagai tekanan, desakan atau
respon emosional. Para psikolog juga mendefinisikan stres dalam berbagai
bentuk. Stres bisa mengagumkan, tetapi bisa juga fatal. Semuanya
tergantung kepada para penderita.  
Lazarus dan Folkman, 1984 menyatakan, stres psikologis adalah
sebuah hubungan antara individu dengan lingkungan yang dinilai oleh
individu tersebut sebagai hal yang membebani atau sangat melampaui kemampuan seseorang dan membahayakan kesejahteraannya.5
Stres juga bisa berarti ketegangan, tekanan batin, tegangan, dan konflik yang berarti:6
a. Satu stimulus yang menegangkan kapasitas-kapasitas (daya)
psikologis atau fisiologis dari suatu organisme.
b. Sejenis frustasi, di mana aktifitas yang terarah pada pencapaian tujuan
telah diganggu oleh atau dipersukar, tetapi terhalang-halangi; peristiwa
                                                 5 Arilia Rahma, Coping Stres pad, Wanita Hamil Resiko Tinggi Grnde Multi, (Skripsi.: Fakultas Psikologi UNAIR Surabaya, 2007) hal: 11 6 Kartini Kartono, Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: Pionir Jaya. 2003) Hal: 488489 11
 12
ini biasanya disertai oleh perasaan was-was kuatir dalam percapaian
tujuan.
c. Kekuatan yang diterapkan pada suatu sistem, tekanan-tekanan fisik
dan psikologis yang dikenakan pada tubuh dan pada pribadi.
d. Satu kondisi ketegangan fisik atau psikologis disebabkan oleh adanya
persepsi ketakutan dan kecemasan.
Menurut Robert S. Fieldman (1989) stress adalah suatu proses
yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam,
menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu
pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang
memunculkan stress dapat saja positif (misalnya: merencanakan
perkawinan) atau negatif (contoh: kematian keluarga). Sesuatu
didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan (stressfull event) atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu.7
Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan
menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres membutuhkan
koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi umum atau Teori Selye,
menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh tanpa
mempedulikan apakah penyebab stres tersebutpositif atau negatif.
Respons tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor atau penyebab
tertentu (Issac, 2004)
                                                 7Fitri Fausiah, Julianti Widury, “Psikologi Abnormal”(Jakarta:UI-Press, 2007), h:9-10
 13
Stres adalah reaksi atau respons psikososial (tekanan mental atau
beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk
menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak
disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subyektif terhadapat stres.
Konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus
yang membuat stres, semuanya sebagai sistem (WHO,158)
Menurut Hans Selye dalam bukunya Hawari (2001) stress adalah
respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban
atasnya. Bila seseorang telah mengalami stres mengalami gangguan pada
satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat
menjelaskan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut distres.
Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh
keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai keluhan
keluhan psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan eustres.8
Stress adalah suatu tuntutan yang mendorong organisme untuk
beradaptasi atau menyesuaikan diri. Sedangkan stressor adalah suatu sumber stres.9
Maka peneliti dapat menyimpulkan tentang definisi stres di atas
yaitu: stres adalah suatu keadaan yang membebani atau membahayakan
                                                 8 Aat Sriati. ”Tinjauan Tentang Stres” (Jatinagor: Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran.2008). hal: 27-28 9 Jeffrey S. Nevid. Spencer A. Rathus. Beverly Greene. ”Psikologi Abnorma”l. (Jakarta: Erlangga. 2002) Hal: 135
 14
kesejahteraan penderita, yang dapat meliputi fisik, psikologis, sosial atau
kombinasinya.

2. Tahap-Tahap Stres Menurut Hans Selye, 1950 stress adalah respon tubuh yang bersifat
non-spesifik terhadap setiap tuntutan beban di atasnya. Selye
memformulasikan konsepnya dalam General Adaptation Syndrome
(GAS). GAS ini berfungsi sebagai respon otomatis, respon fisik, dan
respon emosi pada seorang individu. Selye mengemukakan bahwa tubuh
kita bereaksi sama terhadap berbagai stressor yang tidak menyenangkan,
baik sumber stress berupa serangan bakteri mikroskopi, penyakit karena
organisme, perceraian ataupun kebanjiran. Model GAS menyatakan
bahwa dalam keadaan stress, tubuh kita seperti jam dengan system alarm
yang tidak berhenti sampai tenaganya habis.  Respon GAS ini dibagi dalam tiga fase, yaitu:10
a. Reaksi waspada (alarm reaction stage)
Adalah persepsi terhadap stresor yang muncul secara tiba-tiba
akan munculnya reaksi waspada. Reaksi ini menggerakkan tubuh untuk
mempertahankan diri. Diawali oleh otak dan diatur oleh sistem endokrin
dan cabang simpatis dari sistem saraf autonom. Reaksi ini disebut juga
reaksi berjuang atau melarikan diri (fight-or-flight reaction).

                                                 10 Jeffrey S. Nevid. Spencer A. Rathus. Beverly Greene. Psikologi Abnormal.....h:139-140
 15
b. Reaksi Resistensi (resistance stage)
Adalah tahap di mana tubuh berusaha untuk bertahan
menghadapi stres yang berkepanjangan dan menjaga sumber-sumber
kekuatan  (membentuk tenaga baru dan memperbaiki kerusakan).
Merupakan tahap adaptasi di mana sistem endokrin dan sistem simpatis
tetap mengeluarkan hormon-hormon stres tetapi tidak setinggi pada saat
reaksi waspada.
c. Reaksi Kelelahan (exhaustion stage)
Adalah fase penurunan resistensi, meningkatnya aktivitas para
simpatis dan kemungkinan deteriorasi fisik. Yaitu apabila stresor tetap
berlanjut atau terjadi stresor baru yang dapat memperburuk keadaan.
Tahap kelelahanditandai dengan dominasi cabang parasimpatis dari
ANS. Sebagai akibatnya, detak jantung dan kecepatan nafas menurun.
Apabila sumber stres menetap, kita dapat menngalami ”penyalit
adaptasi” (disease of adaptation), penyakit yang rentangnya panjang,
mulai dari reaksi alergi sampai penyakit jantung, bahkan sampai
kematian.  

3. Sumber Stres
Stresor adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan
menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologik
nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stres
reaction acute (reaksi stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul
 16
pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas,
terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya
mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan kemampuan koping
(coping capacity) seseorang memainkan peranan dalam terjadinya reaksi
stres akut dan keparahannya.
Empat variabel psikologik yang dianggap mempengaruhi mekanisme respons stres:11
a. Kontrol: keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap
stresor yang mengurangi intensitas respon stres
b. Prediktabilitas: stresor yang dapat diprediksi menimbulkan respons
stres yang tidak begitu berat dibandingkan stresor yang tidak dapat
diprediksi.
c. Persepsi: pendangan individu tentang dunia dan persepsi stresor saat
ini dapat meningkatkan atau menurunkan intensitas respon stres.
d. Respons koping: ketersediaan dan efektifitas mekanisme mengikat
ansietas, dapat menambah atau mengurangi respon stres.
Sumber stres yang dapat menjadi pemicu munculnya stres pada individu yaitu:12



                                                 11   Aat Sriati. ”Tinjauan Tentang Stres”.....h:28 12 Kusumanto Setyanegoro, “Kesehatan Jiwa (Mental Heealth) dalam Kehidupan Modern”,JurnalCerminDuniaKedokteran,http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05_149_Kesehata nJiwadalamkehidupanmodern.pdf/05_149, Diakses tanggal 13 Mei 2009)
 17
a. Stressor atau Frustrasi Eksternal (Frustrasi = kekecewaan yang
mendalam).
Stressor eksternal : berasal dari luar diri seseorang, misalnya
perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran
keluarga atau sosial, tekanan dari pasangan.
b. Stressor atau Frustrasi Internal
Stressor internal : berasal dari dalam diri seseorang, misalnya
demam, kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan
emosi seperti rasa bersalah).

4. Tipe Kepribadian yang Rentan Terkena Stres
Beberapa tipe kepribadian yang rentan menderita gangguan stres adalah:13
a. Ambisius, agresif dan kompetitif (suka akan persaingan)
b. Kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah
(emosional)
c. Kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebihan
(over convidence)
d. Cara bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat diam
e. Bekerja tidak mengenal waktu (workholic)
f. Pandai berorganisasi, memimpin dan memerintah (otoriter)
g. Lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan
                                                 13 Aat Sriati, “Tinjauan Tentang Stres”……h: 29
 18
h. Kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak rileks) dan serba
tergesa-gesa.
i. Mudah bergaul (ramah), pandai menimbulkan perasaan empati dan
bila tidak tercapai maksudnya mudah bersikap bermusuhan
j. Tidak mudah dipengaruhi, kaku (tidak fleksibel)
k. Bila berlibur pikirannya ke pekerjaannya, tidak dapat santai.
l. Berusaha keras untuk dapat segala sesuatunya terkendali.

5. Gejala Stres Menurut Robert S. Fieldman (1989) stress adalah suatu proses
yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam,
menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku.14
Taylor (1991) menyatakan, stress dapat menghasilkan berbagai
respon. Berbagai peneliti telah membuktikan bahwa respon-respon
tersebut dapat berguna sebagai indikator terjadinya stres pada individu,
dan mengukur tingkat stres yang dialami individu. Respon stres dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu:15
a. Respon fisiologis, dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah,
detak jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan.
                                                 14Fitri Fausiah, Julianti Widury, “Psikologi Abnormal”….., h:9  15 Reina Wangsadjaja, “Stres” (http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/stres.html. Diakses tanggal 25 April 2009
 19
b. Respon kognitif, dapat terlihat lewat terganggunya proses kognitif
individu, seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi,
pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.
c. Respon emosi, dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang
mungkin dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan
sebagainya.
d. Respon tingkah laku, dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan
situasi yang menekan, dan flight, yaitu menghindari situasi yang
menekan.
Gejala–gejala lain yang dapat dilihat dari orang yang sedang mengalami stres antara lain:16
a. Cemas
b. Depresi
c. Makan berlebihan
d. Berpikiran Negatuf
e. Tidur Berlebihan
f. Diare
g. Konstipasi atau sembelit
h. Kelelahan yang terus menerus
i. Sakit kepala
j. Kehilangan Nafsu Makan
k. Marah
                                                 16 Anjali Arora, ”5 langkah Mencegah dan Mengatasi Stres” (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer,2008) h: 9
 20
l. Tegang
m. Mudah Tersinggung
n. Gatal-gatal
o. Alergi
p. Merokok
q. Nyeri persendian
r. Berdebar-debar
s. Sesak napas
Apabila seseorang mengalami satu atau lebih dari gejala-gejala di
atas, maka kemungkinan orang tersebut mengalami stres.
Stres juga dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada anggota tubuh, diantaranya:17
a. Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami
perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan
(rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan
kerontokan rambut.
b. Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca
tidak jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata
mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus
lensa mata.
                                                 17 Aat Sriati. ”Tinjauan Tentang Stres”...... hal: 34-38
 21
c. Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging
(tinitus).
d. Daya pikir
Kemampuan bepikir dan mengingat serta konsentrasi
menurun. Orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala
pusing.
e. Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut,
mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum
atau tertawa dan kulit muka kedutan (tic facialis).
f. Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum.
 Selain daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan
sehingga ia sukar menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar
di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa
“tercekik”.
g. Kulit
Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam
macam, pada kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau
keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit
menjadi lebih kering. Selain daripada itu perubahan kulit lainnya
adalah merupakan penyakit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria
(biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat
 22
(acne) berlebihan; juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan
kaki berkeringat (basah).
h. Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat
terganggu misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi
penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan
dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan
otot-otot rongga dada (otototot antar tulang iga) mengalami spasme
dan tidak atau kurang elastis sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus
mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres juga dapat
memicu timbulnya penyakit asma (asthma bronchiale) disebabkan
karena otot-otot pada saluran nafas paruparu juga mengalami spasme.
i. Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat
terganggu faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar,
pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction)
sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat.
Pembuluh darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan
atau kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan.
Selain daripada itu sebahagian atau seluruh tubuh terasa “panas”
(subfebril) atau sebaliknya terasa “dingin”.


 23
j. Sistem Pencernaan
Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan
pada sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung,
mual dan pedih; hal ini disebabkan karena asam lambung yang
berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis
atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag.
Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada
usus, sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar
buang air besar atau sebaliknya sering diare.
k. Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni)
dapat juga terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi
untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan
penderita kencing manis (diabetes mellitus).
l. Sistem Otot dan tulang
Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan
pada otot dan tulang (musculoskeletal). Yang bersangkutan sering
mengeluh otot terasa sakit (keju) seperti ditusuk-tusuk, pegal dan
tegang. Selain daripada itu keluhan-keluhan pada tulang persendian
sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila
menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal
gejala ini sebagai keluhan ”pegal-linu”.

 24
m. Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang
mengalami stres adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini
berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita
penyakit kencing manis (diabetes mellitus); gangguan hormonal lain
misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur
dan rasa sakit  (dysmenorrhoe).

6. Stres Berdasarkan Jenis Kelamin a. Stres pada Wanita
Fluktuasi estrogen dalam tubuh wanita dapat membuat
parasaannya berubah-ubah. Selama periode stres, kadar estrogen
menurun. Kelenjar adrenalin menghasilkan hormon stres lebih banyak
dari pada estrogen. Selama fase ini, ketika kadar estrogen menurun,
terjadi pembentukan plak pembuluh darah yang meningkatkan resiko
terjadinya peyakit jantung. Setelah mencapai masa menopouse, kadar
estrogen pada wanita menurun hingga 80%. Ini adalah masa titik balik
yang penting pada kehidupan wanita. Banyak perubahan besar yang
terjadi seperti muka kemerahan dan terasa panas, masa tulang yang
rendah hingga mengalami osteoporosis. Selain itu estrogen melindungi
sistem jantung dan pembuluh darah sampai pada masa menopouse.
Setelah menopouse, wanita menjadi rentan terhadap masalah jantung,
yang kemungkinan sama dengan pria.
 25
b.   Stres pada Laki-Laki
Penurunan kadar testosteron berpengaruh pada stres fisik dan
psikologis. Testosteron adalah hormon yang memberi tanda
maskulinitas pada pria, seperti rambut, suara yang berat, dan figur
tubuh.
Testosteron berkaitan dengan dominan pria. Hormon ini juga
berkaitan dengan pola pikir sifat mereka dengan wanita. Cara mereka
belajar, rasionalitas, dan keengganan untuk menunjukkan perasaannya
merupakan ciri khas pria. Kedua jenis kelamin ini memang benarbenar berbeda, baik secara fisik maupun mental.18

7. Jenis Stres Jenis-jenis Stres menurut Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:19
a. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat,
positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk
kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan
pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat
performance yang tinggi.
b. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak
sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk
konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit                                                  18   Anjali Arora, ”5 Langkah Mencegah dan Mengatasi Stres”....h: 9-12 19 Putri Widyasari, ”Stres Kerja”, (http://rumahbelajarpsikologi.comindex.php/streskerja.html. Diakses tanggal 25 April 2009)
 26
kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi,
yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
Dalam hal ini, gejala stres yang akan diteliti merupaka gejala
stres yang bersifat distress, sebagai akibat dari sebuah stres akut yang
berkepanjangan dihitung mulai dari 3 bulan pasca kejadian (stressor)
muncul.

B. COPING 1. Definisi Coping Coping berasal dari bahasa Latin dan Yunani. Coping berasal dari
kata ”KO-ping” yang berarti ”to strike” atau melawan, untuk benar-benar
menguasai sesuatu. Sedangkan coping stres adalah perlawanan untuk menguasai stres yang sedang dihadapi.20
Dalam Echols & Shadily, istilah coping juga bisa berasal dari kata
to cope yang dalam kamus bahasa Inggris–Indonesia berarti: (a)
menanggulangi, mengatasi; (b) menguasai. Retnowati (2004) mengartikan koping sebagai strategi mengatasi masalah.21
Menurut Lazarus dan Folkman, 1999 coping adalah proses untuk
mengelola tuntutan (baik eksternal maupun internal) yan diterima
individu. Sedangkan menurut Lazarus dan Launier, Coping terdiri atas
                                                 20 Arilia Rahma. Coping Stres pada Wanita Hamil Resiko Tinggi Grnde Multi….. h:20-21 21 Reina Wangsadjaja. “Stres”…. Diakses tanggal 25 April 2009
 27
usaha, baik tindakan maupun intrapsikis untuk mengelola lingkungan dan tuntutan internal dan konflik di antara mereka.22
Coping adalah suatu tindakan merubah kognitif secara konstan dan
merupakan suatu usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal
atau eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki individu.23

2. Macam Coping Stres Coping Stres dapat dibagi menjadi 2 macam:24
a. Defensive Coping
Defensive Coping adalah saalah satu cara seseorang dalam
menghadapi stress, yaitu dengan lari dari masalah yang menimbulkan
stres tersebut, baik secara fisik maupun psikologis. Menurut Freud,
seluruh tipe defensive coping merupakan penyesuaian diri pada
realitas yang tidak sehat. Kebanyakan pola defensive coping yang
meliputi mental atau fisik merupakan pelarian dari situasi yang
traumatis.
b. Direct Coping
Direct Coping adalah salah satu cara seseorang dalam
menghadapi stress, yaitu dengan menghadapi permasalahan dan
mengatasinya. Direct coping meliputi pengidentifikasian stres yang                                                  22 Yanny Tnumidjojo, Lestari Basoeki S., Ananta Yudiarso  Stres dan Perilaku Coping Pada Penderita Diabetes Mellitus Tiper II.(Anima, Indonesian Psychological Journal. Vol.19, No.4. 2004) hal: 2004  23 Reina Wangsadjaja. “Stres”…. Diakses tanggal 25 April 2009 24 Arilia Rahma. Coping Stres pada Wanita Hamil Resiko Tinggi Grnde Multi….. h:21-22
 28
masuk (yang dihadapi), kemudian mengadakan perhitungan cara untuk
mengatasinya. Hal ini biasanya dilakukan dengan cara selangkah demi
selangkah.
Menurut Lazarus & Folkman (1984), dalam melakukan coping dibedakan menjadi 2 macam strategi, yaitu:25
a. Problem-focused coping
Problem-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan
cara mengatur atau mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan
sekitarnya yang menyebabkan terjadinya tekanan.. Suatu  studi dilakukan oleh Folkman (dalam Taylor 1991), problem-focused coping terdiri atas tiga variasi, yaitu: 26
1) Confrontatif coping, adalah usaha untuk mengubah keadaan yang
dianggap menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan
yang cukup tinggi dan pengambilan resiko.
2) Seeking social support, adalah usaha untuk mendapatkan
kenyamanan emosional dari bantuan informasi
3) Planful problem solving, adalah usaha untuk mengubah keadaan
yang dianggap menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap dan
analitis.
Aldwin & Revenson (1987) mengemukakan bahwa aspek strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada masalah adalah:27
                                                 25 Reina Wangsadjaja. “Stres”…Diakses tanggal 25 April 2009 26 Reina Wangsadjaja. “Stres”….. Diakses tanggal 25 April 2009 27Wangmuba. ”Strategi dan Bentuk Pengatasan Masalah (Coping Srategies)” .....Diakses tanggal 26 Mei 2009
 29
1) Kehati-hatian (cautiouness), adalah ketika individu mengalami
masalah, individu memikirkan dan mempertimbangkan secara
matang beberapa alternatif pemecahan masalah yang mungkin
dilakukan, meminta pendapat dan pandangan dari orang lain
tentang masalah yang dihadapi, serta bersikap hati-hati sebelum
memutuskan sesuatu dan mengevaluasi strategi yang pernah
dilakukan.
2) Tindakan instrumental (instrumental action), Individu mengambil
tindakan yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah secara
langsung serta menyusun rencana serta langkah apapun yang
diperlukan.
3) Negosiasi (Negotiation), individu melakukan usaha-usaha yang
ditujukan kepada orang lain yang terlibat untuk ikut serta
memikirkan atau menyelesaikan masalah yang dihadapi.
b. Emotion-focused coping.
Emotion-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan
cara mengatur respon emosional dalam rangka menyesuaikan diri
dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi
yang dianggap penuh tekanan.
Emotion-focused coping menurut Folkman (dalam Taylor, 1991) terdiri dari 5 variasi:28
                                                 28 Reina Wangsadjaja. “Stres”…Diakses tanggal 25 April 2009
 30
1) Self-control, adalah usaha untuk mengatur perasaan ketika
menghadapi situasi yang menekan.
2) Distancing, adalah usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan,
seperti menghindar dari permasalahan seakan tidak terjadi apa-apa
atau menciptakan pandangan-pandangan yang positif, seperti
menganggap masalah lelucon.
3) Positif reappraisal, adalah usaha mencari makna  positif dari
permasalahan dengan terfokus pada pengembangan diri, biasanya
juga melihatkan hal-hal yang bersifat religius.
4) Accepting responsibility, adalah usaha untuk menyadari tanggung
jawab diri sendiri dalam permasalahan yang dihadapinya, dan
mencoba menerimanya untuk membuat semuanya menjadi lebih
baik. Strategi ini baik, terlebih bila masalah terjadi karena pikiran
dan tindakannya sendiri. Nsmun strategi ini menjadi tidak baik bila
individu tidak seharusnya bertanggung jawab atas masalah tersebut.
5) Escape avoidance, adalah usaha untuk mengatasi situasi menekan
dengan lari dari situasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih
pada hal lain seperti makan, minu, merokok atau menggunakan
obat-obatan.
Strategi pengatasan masalah yang berorientasi pada emosi menurut Aldwin & Revenson (1987) terdiri dari:29
                                                 29 Wangmuba. ”Strategi dan Bentuk Pengatasan Masalah (coping srategies)”….. Diakses tanggal 26 Mei 2009
 31
1) Pelarian diri dari masalah (Escapism). Individu berusaha menghindari
masalah dengan makan, tidur, merokok berlebihan, atau
mengandaikan dirinya berada pada situasi lain yang menyenangkan.
2) Pengurangan beban masalah (Minimization), meliputi usaha SMM
yang disadari untuk tidak memikirkan masalah dan bersikap seolah
olah tidak ada sesuatu yang terjadi.
3) Menyalahkan diri (self blame ), merupakan bentuk SMM yang lebih
diarahkan kedalam daripada berusaha untuk keluar dari masalah.
4) Pencarian makna (seeking meaning), merupakan usaha pencarian
makna kegagalan yang dialami dan mencoba untuk menemukan
jawaban dari masalah dengan melihat segi-segi penting dalam
kehidupan.

3. Tugas Coping Kedua strategi coping di atas mempunyai lima fungsi tugas coping yang dikenal dengan istilah coping task, yaitu:30
a. Mengurangi kondisi lingkungan yang berbahaya dan meningkatkan
prospek untuk memperbaikinya.
b. Mentoleransi atau menyesuaikan diri dengan kenyataan yang negatif.
c. Mempertahankan gambaran diri yang positif.
d. Mempertahankan keseimbangan emosional.
e. Melanjutkan kepuasan terhadap hubungannya dengan orang lain.
                                                 30 Reina Wangsadjaja. “Stres”…Diakses tanggal 25 April 2009
 32
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Coping Setiap orang akan mereaksi situasi yang sana dalam bentuk yang
berbeda-beda dan dengan beberapa cara. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi coping antara lain:31
a. Jenis kelamin.
b. Umur dan perkembangan
c. Tingkat pendidikan.
d. Stress dan kecemasan.
e. Situasi.
f. Persepsi, Intelektual dan kesehatan.
g. Situasi sosial ekonomi
  Menurut Yanny, dkk (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi coping adalah:32
a. Perkembangan kognitif, yaitu bagaimana subyek berpikir dan
memahami kondisinya.
b. Kematangan usia, yaitu bagaimana subyek mengelola emosi, pikiran
dan perilakunya terhadap masalah yang tengah ia hadapi
c. Urutan kelahiran, yaitu posisi subyek di antara saudara-saudaranya
yang berpengaruh terhadap karakteristik subyek dalam menilai dirinya
sendiri.
                                                 31“Strategi Coping Pengguna Narkotika dan Obat Terlarang” ,(http: //pamangsah .blogspot. com/2008/10/strategi -coping-penggunaa-narkotika-dan.html., diakses tanggal 25 April 2009 32 Yanny Tanumidjojo, Lestari Basoeki, “Stres dan Perilaku Koping pada Remaja Penyandang Diabetes Mellitus Tipe I”…….h:404
 33
d. Moral, yaitu bagaimana subyek memandang sebuah aturan tentang
manajemen pemilihan ini
e. Pola asuh orang tua, yaitu terkait dengan penerapan disiplin
f. Peran orang tua, yaitu keberadaan orang tua untuk mendampingi anak
g. Habit, yaitu pola kebiasaan subyek
h. Religi, yaitu peran agama dan keyakinan dalam kehidupan subyek
i. Value, yaitu nilai-nilai yang dipegang dan diyakini subyek
j. Pemahaman subyek tentang masalah yang ia hadapi atau pengalaman
yang pernah dialami subyek di masa lalu.

C. LEMBAGA LEGISLATIF 1. Pengertian Lembaga Legislatif Legislatif berasal dari kata “legislate” yang berarti lembaga yang
bertugas membuat undang-undang. Anggotanya dianggap sebagai
perwakilan rakyat, karena itulah lembaga legislatif sering dinamakan
sebagai badan atau dewan perwakilan rakyat. Nama lain yang sering
dipakai juga adalah parlemen, kongres, ataupun asembli nasional. Dalam
sistem parlemen, legislatif adalah badan tertinggi yang menujuk eksekutif.
Sedangkan dalam sistem presiden, legislatif adalah cabang pemerintahan
yang sama, dan bebas, dari eksekutif. Di negara yang menganut sistem
 34
pemerintahan presidensil ini, legislatif berfungsi sebagai Penetapan Undang-Undang, yang terdiri atas MPR dan DPR.33
Legislatif, adalah badan deliberatif pemerintah dengan kuasa
membuat hukum. Legislatif dikenal dengan beberapa nama, yaitu
parlemen, kongres, dan asembli nasional. Dalam sistem Parlemen,
legislatif adalah badan tertinggi dan merujuk eksekutif. Dalam sistem
Presiden, legislatif adalah cabang pemerintahan yang sama, dan bebas,
dari eksekutif. Sebagai tambahan atas menetapkan hukum, legislatif
biasanya juga memiliki kuasa untuk menaikkan pajak dan menerapkan
budget dan pengeluaran uang lainnya. Legislatif juga kadangkala menulis perjanjian dan memutuskan perang.34
Lembaga legislatif terdiri dari MPR dan DPR. Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) betugas memberikan masukan dan
mengawasi pelaksnaan dari rencana pembangunan nasional, melantik
presiden dan wapres. Sedangkan wewenang dari Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) terdiri dari hak bertanya, hak interpelasi, hak angket, hak
inisiatif, hak budget dan hak amandemen

2.  Fungsi Badan Legislatif   Fungsi dari sebuah badan legislatif adalah:35
                                                 33 ”Lembaga Legislatif”(http://kinaraapsari.blogspot.com/2009/04/tugas-legislatif-subjectind-political.html. Diakses tanggal: 29 April 2009) 34 “Definisi Politik” (http://unjukmarlina.blogspot.com/2008/06/definisi.html. Diakses tanggal 25 April 2009) 35 ”Lembaga Legislatif”….. Diakses tanggal: 29 April 2009

 35
a. Fungsi legislatif
Yaitu wewenang badan legislatif untuk menentukan kebijakan
dan membuat undang undang disertai dengan hak hak tertentu yang
dimilikinya, seperti hak inisiatif, hak amandemen dan hak budget
b. Fungsi kontrol
Fungsi ini bertujuan untuk menjaga tindakan pemerintah atau
badan eksekutif sesuai dengayn kebijakan dan perundang undangan
yang telah ditetapkan. Dalam menjalankan fungsi kontrol ini, badan
legislatif mempunyai beberapa hak tertentu lainya; hak untuk
mengajukan pertayaan, hak interpelasi yaitu hak untuk meminta
keterangan kepada pemerintah mengenai kebijaksanaannya didalam
suatu bidang, hak angket yaitu hak bagi anggota badan legislatif untuk
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah dengan harapan
agar diperhatikan oleh pemerintah, hak mosi yaitu hak untuk
mengajukan sikap tidak percaya kepada pemerintah yang dalam sistem
parlementer dapat berujung pada pengunduran diri kabinet atau terjadi
krisis kabinet (hak mosi tidak dikenal dalam sistem presidensial)
c. Fungsi anggaran
Yaitu badan legislatif bersama-sama dengan pemerintah
(eksekutif) dalam menyusun dan mengesahkan anggaran negara.



 36
3.  Hak Badan Legislatif
Hak-hak yang dimiliki oleh seorang anggota badan legislative adalah:36
a. Hak Bertanya
Hak ini dipakai badan legislatif untuk mengkontrol kegiatan
eksekutif, badan legislatif dapat bertanya kepada eksekutif mengenai
suatu hal atau kebijakan yang diambil oleh eksekutif.
b. Hak Interpelasi
Hak ini digunakan dalam meminta keterangan kepada
eksekutif mengenai kebijakan suatu bidang. Dalam hal ini badan
eksekutif wajib memberikan penjelasan pada saat sidang Pleno di
DPR. Jika tidak ditemukan forum setelah eksekutif memberikan
penjelasan, maka akan dilakukan pemungutan suara.
c. Hak Angket
Adalah wewenag anggota badan legislatif untuk mengadakan
penyelidikan sendiri. Untuk keperluan tersebut, maka biasanya suatu
panitia angket dibentuk oleh DPR yang dalam menjalankan tugasnya
akan melaporkan hasilnya kepada badan legislatif, yang selanjutnya
menjadi acuan perumusan pendapat DPR mengenai hal yang telah
diselidiki, dengan harapan pemerintah memperhatikan pendapat DPR
tersebut.

                                                 36 ”Lembaga Legislatif”….. Diakses tanggal: 29 April 2009

 37
B.  KERANGKA TEORITIK
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian tentang bagaimana kondisi
dan situasi yang tengah dihadapi oleh seorang caleg yang gagal menjadi
anggota dewan pada pemilu 2009 yang ada di wilayah Kota Kediri. Hal ini
sebenarnya akan muncul sejak mereka mulai mendaftarkan namanya dalam
deretan daftar caleg di wilayah Kota Kediri pada khususnya. Namun pada
penelitian ini, kami akan melakukan penelitian pada caleg setelah pemilu
diadakan. Selain dari pada itu, setelah pemilu diadakan akan muncul banyak
masalah-masalah baru bagi para caleg, baik masalah finansial, masalah sosial
atau pun konflik batin akibat ketidakseimbangan antara harapan dan realitas.
Masalah ini merupakan sebuah stressor yang sangat luar biasa yang pada
nantinya akan direspon menjadi stres. Yaitu akan timbul shock ringan yang
meliputi salah satu atau keseluruhan dari berbagai respon fisiologis, respon
kognitif, respon emosional dan respon tingkah laku.
Kemudian dari masing-masing individu tersebut secara tidak langsung
akan melakukan sebuh strategi coping sebagai upaya untuk mengelola stres
yang terjadi tersebut. Jika caleg tersebut tidak bisa mengcoping dengan tepat,
maka stres tersebut akan berkembang menjadi disstres, yaitu stres yang
destruktif dan membahayalan. Namun sebaliknya, jika mereka dapat
melakukan coping dengan benar dan tepat, maka stres tersebut akan
berkembang menjadi eustres, yaitu stres yang positif, yang membangun dan
stres yang justru akan membawa kapada kebaikan. Dalam penelitian ini tujuan
penelitian hanya sebatas untuk mengetahui bagaimana strategi coping yang
 38

mereka gunakan, problem focused cpong atau emotion focused coping.
Dengan melalui defense mechanisme yaitu strategi yang dipakai individu
untuk bertahan melawan ekspresi impuls id serta menentang tekanan
superego. Jika defense mechanisme gagal dilakukan, maka hal itu akan
menjadi stressor yang mungkin akan jauh lebih parah dari sebelumnya.
Gambar 2.1.Stress dan Penyesuain Diri






(Suprapti Slamet, Psikologi Klini. 2008. hal: 37)

Secara berturut-turut, langkah yang dilakukan untuk penyesuaian
diri terhadap stres adalah: (a) menilai situasi stres, yaitu menggolongkan jenis
stress (kategorisasi), dan memperkirakan bahaya yang berkaitan dengan stress
itu; (b) merumuskan alternatif tindakan yang dapat dilakukan dan menentukan
tindakan yang paling mungkin untuk dilakukan. (c) Melaksanakan tindakan
adalah langkah yang paling sukar. Langkah berikutnya adalah (d) melihat
feedback. Kalau langkah-langkah pertama berhasil maka diteruskan, kalau tidak segera dilakukan alternatif lain.37  

                                                 37 Suprapti Slamet, Psikologi Klinis.......h: 37
Stressor Frustasi Peristiwa Katastrofik Konflik
CopingSTRES

Mengatasi
Melarikan Diri
Berhasil
Mekanisme defensif
Tidak Berhasil
 39
C. PENELITIAN TERDAHULU
Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini
yaitu:
1) Dalam sebuah jurnal Anima (2004) pernah disebutkan, yaitu penelitian
dari Yanny Tanumidjojo, Lestari Basoeki S., dan Ananta Yudiarso yang
berjudul ”Stres Dan Perilaku Coping Pada Remaja Penyandang Diabetes
Melitus Tipe I”. Diabetes Melitus I (DMT) tergolong penyakit
autoimmunes, yaitu sel-sel dari pankreas dirusak oleh sel-sel kebal dari
penderita sendiri, yang mengakibatkan tidak terkontrolnya gula darah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam stres yang
diderita oleh para pasien DM Tipe I dan bagaimana strategi mereka dalam
mengatasinya. Desain penelitian yang digunakan adalah gabungan
(multimethode) antara metode kualitatif dan kuantitatif. Data diperoleh
melalui wawancara, angket stres, angket koping dan alat tes 16 PF untuk
mengukur kepribadian subyek yaitu terhadap empat penderita (berusia 11
20) tahun, termasuk orang tuanya. Hasil wawancara mengungkapkan
bahwa stres yang dialami para penderita tersebut terkait dengan
kedisiplinan dalam melaksanakan manajemen dan penerimaan diri.
Keempat informan cenderung menggunakan strategi coping yang tergolong dalam coping terpusat emosi (emotion focused coping)38
2) Dalam sebuah skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (2007)
yang telah ditulis oleh Arilia Rachma yang berjudul “Coping Stres pada
                                                 38 Yanny Tanumidjojo, Lestari Basoeki S., dan Ananta Yudiarso, ”Stres Dan Perilaku Coping Pada Remaja Penyandang Diabetes Melitus Tipe I”….. h: 399
 40
Wanita Hamil Resiko Tinggi Grande Multi”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimanakah strategi yang subyek gunakan untuk
menghadapi stress yang mereka hadapi saat mereka sedang hamil dengan
keadaan yang sangat beresiko tinggi yang telah pernah mengalami
kelahiran 4 kali atau lebih. Metode yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif dengan metode study kasus dan penelitian lapangan. N = 3
orang. Metode pengumpul data menggunakan wawancara, angket dan
dokumentasi.
Melalui penelitian yang terdahulu di atas, telah dapat menambah
banyak referensi dan perbandingan bagi penelitian ini. Masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dengan kedua penelitian di atas,
maka penelitian ini mempunyai kesamaan konsep atau tema yang diteliti,
yaitu bagaimana menggambarkan tingkat stres dan strategi coping yang
sedang dihadapi oleh individu yang sedang menghadapi sebuah stresor.
Kemudian pada metode penelitian, penelitian di atas juga memiki
kesamaan dengan penelitian ini. Kedua penelitian di atas juga memakai
pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus, sama halnya
pada penelitian berikut. Alat pengumpul data yang digunakan pada
penelitian juga memiliki kesamaan dengan kedua penelitian di atas, yaitu
wawancara, observasi, dokumentasi dan alat tes 16 PF.
Perbedaan antara kedua penelitian di atas dengan penelitian ini
adalah terletak pada stressor yang memicu terjadinya stress. Stressor pada
kedua penelitian di atas merupakan frustasi internal, yaitu berasal dari
 41
dalam diri seseorang, misalnya demam, kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah),39 yaitu
penyakit diabetes pada remaja dan penyakit Grand Multi pada wanita
hamil yang sangat beresiko tinggi dan pernah mengalami kelahiran 4 kali
atau lebih. Dalam penelitian ini, stressor yang mejadi pemicu terjadinya
stress pada subyek adalah sebuah frustasi eksternal, yaitu kekecewaan
akibat kegagalan dalam sebuah pemilu. Frustasi yang berasal dari luar diri
seseorang, misalnya perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial, tekanan dari pasangan.40


 

















                                                 39 Kusumanto Setyanegoro, “Kesehatan Jiwa (Mental Heealth) dalam Kehidupan Modern”,JurnalCerminDuniaKedokteran,...... Diakses tanggal 13 Mei 2009) 40 Kusumanto Setyanegoro, “Kesehatan Jiwa (Mental Heealth) dalam Kehidupan Modern”,JurnalCerminDuniaKedokteran,...... Diakses tanggal 13 Mei 2009)

Artikel 4 : Stress

Salam semua,
Harap anda semua sihat sejahtera pada hari ini tidak stress ye. Stress adalah satu reaksi dari tubuh badan seseorang yang menghadapi banyak masalah di dalam kehidupan seharian. Contoh-contoh masalah yang biasa dihadapi oleh anda adalah seperti surat pinjaman bank yang tertunggak, masalah perkerjaan, masalah pelajaran, hubungan dengan pasangan masing-masing dan banyak lagi.
Saya ingin berkongsi dengan anda semua mengenai punca-punca stress yang berlaku pada diri seseorang itu dan mungkin juga berlaku kepada anda. Banyak punca yang boleh menyebabkan berlakunya stress. Antara punca-punca tersebut adalah:
#1 Dalam diri sendiri
Antara punca stress yang paling mudah adalah datang dari dalam diri anda sendiri. Contohnya seperti anda meletakkan cita-cita dan harapan yang terlalu tinggi dalam sesuatu perkara yang anda ingin lakukan dan apabila anda gagal untuk mencapainya maka ia akan mendatangkan tekanan kepada anda kerana bersedih.
Anda juga akan mendapat stress apabila anda merasa tidak selamat dalam  sesuatu perkara. Contohnya anda diugut oleh seseorang kerana anda lambat membayar hutangnya, sudah tentu ia akan memberi suatu perasaan takut kepada anda dan ia akan membuatkan anda stress memikirkan perkara tersebut.
Pengalaman zaman kanak-kanak adalah satu kenangan yang manis untuk diingati. Namun ia juga boleh menjadi suatu kenangan pahit sehingga anda dewasa jika anda mempunyai banyak memori yang pahit semasa kecil. Jika pengalaman pahit ini sentiasa diingati sudah tentu ia akan memberikan suatu tekanan atau stress kepada anda.
Dalam kehidupan anda seharian sudah tentunya anda mempunyai banyak peristiwa yang telah atau sedang berlaku. Contohnya anda lambat menyiapkan kerja, anda terlalu sibuk dan banyak lagi. Peristiwa-peristiwa di dalam kehidupan anda ini boleh mendatangkan stress kepada anda jika tidak dikawal dengan sebaiknya.
Perwatakan dan personaliti anda memainkan peranan penting dalam kehidupan anda. Ini kerana melalui perwatakan dan personaliti anda, anda akan berhadapan dengan orang lain. Jika perwatakan dan personaliti anda tidak baik maka anda tidak akan mempunyai keyakinan diri untuk berhadapan dengan orang lain.
Di dalam kehidupan anda sudah tentu anda mempunyai banyak dilema yang terpaksa dihadapi dalam membuat keputusan. Contohnya anda pening sama ada mahu memilih yang mana satu tawaran pekerjaan terbaik untuk anda jika terdapat banyak pilihan. Dilema dalam membuat keputusan ini jika dibiarkan terlalu lama akan membuatkan anda stress.
Jika anda seorang ibu atau bapa bagi anda stress keibubapaan ini adalah normal. Ini kerana setiap hari anda terpaksa berhadapan dengan banyak masalah dalam kehidupan keluarga anda. Contohnya masalah anak-anak kerana anda terpaksa melayan kerenah anak-anak yang macam-macam.
#2 Persekitaran sosial
Jika anda terpaksa berpindah ke rumah baru kerana terpaksa atau atas urusan kerja sudah tentu perkara ini akan memeningkan anda. Ini kerana berpindah rumah ni bukan perkara yang senang. Banyak perkara yang perlu dilakukan dan dalam proses berpindah rumah ini dan ia akan mendatangkan stress kepada anda. Masalah untuk menyesuaikan diri dengan suasana persekitaran baru boleh mendatangkan stress. Ini kerana perubahan persekitaran ini boleh membuatkan anda tidak selesa dengan kehidupan anda.
Banyak konflik rumah tangga yang boleh berlaku dalam kehidupan seharian seperti  penceraian, penderaan, dan banyak lagi yang boleh mendatangkan stress dalam diri seseorang. Contoh yang lain adalah masalah sebelum hendak berkahwin dan kehidupan rumah tangga anda selepas kehidupan berumah tangga ini. Sesiapa sahaja boleh berdepan dengan masalah rumahtangga ini. Banyaknya krisis yang berlaku dalam kehidupan kehidupan ini anda akan membuatkan anda tidak terlepas dari stress ini.
Dalam perhubungan sosial antara anda dengan orang lain perlulah sentiasa dijaga dengan baik. Ini kerana jika anda mempunyai masalah dalam perhubungan anda dengan kawan-kawan, jiran-jiran, ahli keluarga sudah tentu ia akan mendatangkan kesan yang tidak baik seperti anda akan dibenci oleh semua orang. Ini boleh memberikan kesan stress kepada anda kerana anda akan merasa bersalah atas segala perkara yang telah berlaku. Dan anda juga merasa stress jika tidak lagi dipedulikan lagi oleh orang lain di sekeliling anda.
Setiap hari anda mungkin mempunyai banyak masalah ditempat kerja. Jika anda seorang bos anda mestilah pening kepala memikirkan banyak masalah didalam perniagaan anda. Jika anda kerja dengan orang pula barangkali anda anda selalu dimarahi oleh bos anda yang garang kerana lambat menyiapkan kerja. Masalah-masalah yang berlaku ditempat kerja ini boleh memberikan kesan stress kepada anda.
Biasanya orang yang tinggal dibandar lebih banyak mempunyai tekanan dari mereka yang tinggal dikampung. Ini kerana dibandar terutama sekali jalan rayanya selalu sesak tidak seperti kampung. Siapa yang tidak ada tekanan sekiranya terpaksa menunggu berjam-jam kerana terperangkap dengan kesesakan lalu lintas dibandar. Kos sara hidup dibandar juga adalah lebih tinggi ini kerana harga barang-barang juga agak mahal.
Masalah yang ini memang ramai yang menghadapinya iaitu masalah kewangan. Setiap hari anda memerlukan wang  yang cukup untuk perbelanjaan makanan, kenderaan, keluarga dan banyak lagi. Tanpa sumber kewangan yang kukuh ia boleh membuatkan anda tidak senang duduk memikirkannya dan boleh memberikan stress kepada anda.
#3 Perasaan dan Psikologi
Setiap orang mempunyai perasaan yang berbeza dalam diri mereka. Ada orang yang mempunyai semangat kuat dan ada juga yang lemah semangat. Mereka yang lemah semangat inilah yang akan cepat merasa stress jika berdepan dengan sesuatu ujian. Namun begitu perasaan mudah lemah semangat ini boleh diubah jika kena pada caranya.
Jika pernah berlaku perkara yang buruk dalam diri anda seperti suatu tragedi buruk contohnya terlibat dalam kemalangan ngeri. Sudah tentu tragedi buruk itu akan diingati oleh anda sampai bila-bila. Jika anda membiarkan ia dingati sampai bila sudah tentu ia akan memberi kesan yang negatif didalam diri anda kerana anda akan merasa stress.
Kehilangan orang yang dikasihi adalah perkara yang paling menyedihkan didalam hidup ini. Sesiapa sahaja akan menghadapinya pada suatu masa nanti. Perasaan sedih ini akan membuatkan diri seseorang yang kehilangan orang yang dikasihi sentiasa stress dan kesedihan.
Masalah kurang keyakinan diri kadang kala boleh mendatangkan stress  anda. Sebagai contoh jika anda kurang keyakinan diri untuk berucap di hadapan orang ramai sudah tentu anda akan berdebar-debar jika terpaksa melakukannya. Jika anda masih lagi kurang keyakinan diri maka anda akan merasa stress jika terpaksa melakukan lagi.
Semua orang takut untuk gagal. Jangan risau semua pernah merasai kegagalan itu. Yang penting adakah anda belajar dari kegagalan itu. Jika anda terlalu takut untuk menghadapi kegagalan sudah pasti anda akan merasa stress kerana anda memikirkan kegagalan tersebut.
#4 Faktor Biologi
Antara punca lain seseorang itu akan menghadapi stress adalah jika seseorang itu menghadapi penyakit fizikal yang kronik contohnya sakit jantung, kanser, dan sebagainya. Menderita penyakit fizikal yang kronik ini akan membuatkan diri seseorang itu sentiasa diselubungi kesedihan dan kerisauan yang boleh membuatkan diri mereka sentiasa stress memikirkannya.
Apabila berlaku perubahan dalam tubuh ini biasanya berlaku pada remaja. Perubahan yang berlaku pada tubuh mereka akan membuatkan mereka tidak biasa dan akan stress. Biasanya hormon dalam diri seseorang remaja itu boleh membuatkan mereka sentiasa stress.

Sebagai kesimpulannya, banyak punca-punca stress yang sebenarnya boleh berlaku dalam kehidupan anda. Jadi anda perlulah bijak untuk mengawalnya supaya stress itu tidak menjadi semakin teruk. Punca-punca stress ini ada yang boleh anda kawal dan ada yang anda tidak dapat kawal. Jadi ia terpulang kepada anda bagaimana anda bijak untuk mengawalnya. Diharapkan dengan perkongsian ini anda dapat mengenal pasti dimana punca-punca stress itu muncul dan anda dapat mengawalnya. Insyaallah.

Artikel 3 : Stress

STRESS DAN CARA MENGURANGINYA

Sukadiyanto (FIK Universitas Negeri Yogykarta, Hp. 085868592414;  Email: sukadiyanto_fik@yahoo.com)


Abstract: Stress and How to Reduce It. Everyone experiences stress or tension but it will vary from person to person. The difference lies in its intensity and the way to respond to its causes. Some ways to reduce stress include, among others, consuming healthy and nutritious foods, maintaining physical fitness, doing breath exercises, doing relaxation exercises, doing fun activities, taking a vacation, establishing harmonious relationship, avoiding bad habits, planning daily routines, keeping plants and animals, sparing time for oneself or families, and avoiding loneliness. A stress-reducing program can be successful if it is seriously carried out with discipline.

Keywords: stress, a stress-reducing program

PENDAHULUAN Pada umumnya, setiap orang pernah mengalami perasaan tertekan atau mengalami ketegangan yang dalam bahasa populernya dikenal dengan istilah stress. Sebab stress merupakan bagian dari kehidupan manusia, artinya bahwa manusia tidak akan pernah luput dari pengalaman merasakan ketegangan dalam hidupnya. Cara individu dalam mensikapi kondisi stress pun berbedabeda antara individu yang satu dan individu yang lainnya. Hal itu tergantung dari pengalaman yang dimiliki oleh setiap individu, kepribadiannya, dan kondisi lingkungan hidupnya. Lebih lanjut, Acevedo dan Ekkekakis (2006:189) menyatakan bahwa stress dapat ditimbulkan, pertama: oleh karakteristik bawaan yang merupakan predisposisi keturunan dan keterbatasan pikologis individu. Kedua, dipengaruhi oleh faktor ling
kungan seperti kondisi dan situasi tempat tinggal serta pengalaman masa lalu individu. Dengan demikian munculnya stress dapat disebabkan oleh faktor dari dalam diri individu maupun faktor dari luar diri individu. Stress, baik dalam dunia olahraga maupun dalam kehidupan masyarakat pada umumnya telah menjadi perhatian para pakar psikologi. Khusus dalam dunia olahraga stress menjadi kajian para pakar psikologi olahraga, tujuannya agar para atlet tidak terganggu penampilannya (performance) saat bertanding sehingga mampu menampilkan prestasi yang optimal. Dalam kehidupan masyarakat, stress menjadi kajian para pakar psikologi, dengan tujuan membantu individu agar terhindar dari stress sehingga dapat menikmati kehidupan ini dengan nyaman dan penuh bahagia.  
56

Cakrawala Pendidikan, Februari 2010, Th. XXIX, No. 1

Stress muncul sejalan dengan peristiwa dan perjalanan kehidupan yang dilalui oleh individu dan terjadinya tidak dapat dihindari sepenuhnya. Pada umumnya, individu yang mengalami stress akan terganggu siklus kehidupannya dan merasakan ketidaknyamanan. Bahkan, stress yang berkelanjutan dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain sehingga masyarakat perlu memahami indikasi gejala stress, dampak stress pada diri individu, mengetahui penyebab stress, dan cara menguranginya. Tulisan berikut ini akan mencoba untuk menguraikan masalah stress dan cara menuranginya, agar para pembaca dapat mengenali dan mengatasinya sehingga dapat menjalani kehidupan dengan rasa nyaman dan bahagia.

PENGERTIAN STRESS Dalam pengertian umum, stress adalah suatu tekanan atau sesuatu yang terasa menekan dalam diri individu. Sesuatu tersebut dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan yang dinginkan oleh individu, baik keinginan yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah. Menurut McGrath dalam Weinberg dan Gould (2003:81), stress didefinisikan sebagai “a substantial imbalance between demand (physical and/or psychological) and response capability, under conditions where failure to meet that demand has importance consequences”. Artinya, stress akan muncul pada individu bila ada ketidakseimbangan atau kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhannya baik yang bersifat jasmani maupun rohani.  Belum tentu semua individu yang mengalami ketidakseimbangan antara
harapan dan kenyataan tersebut akan menjadikannya stress. Suatu stimulus yang sama akan direspons secara berlainan oleh individu yang berbeda. Artinya, tidak semua stimulus akan direspons menjadi stress oleh semua individu. Hal itu dikarenakan adanya perbedaan setiap individu dalam mensikapi setiap situasi, kemampuan meredam stimulus, dan pengalaman hidupnya. Selain itu, tingkat kepekaan (sensitivitas) dan daya toleransi individu terhadap stimulus yang dapat menimbulkan stress juga ikut berpengaruh. Pada dasarnya setiap individu memiliki ambang rangsang terhadap stress yang berbeda-beda dalam setiap situasi. Suatu stimulus pada saat tertentu akan menimbulkan stress, tetapi pada situasi yang berbeda tidak menimbulkan stress. Bagi olahragawan maupun masyarakat nonolahragawan, keberadaan stress pada diri individu akan menimbulkan suatu kondisi yang tidak menguntungkan, sebab akan mengganggu kinerja dan produktivitas kerjanya. Namun, dalam dunia olahraga stress juga diperlukan menjelang pertandingan, meskipun dalam kadar yang ringan sebab keberadaan stress yang ringan diperlukan sebagai pemicu semangat individu dalam menghadapi suatu pertandingan. Dengan demikian, munculnya stress dalam kadar yang ringan akan membantu individu siaga (alert) dalam menghadapi pertandingan. Namun, jika stress yang muncul terlalu berat justru akan mengganggu penampilan olahragawan. Untuk itu, individu harus memahami kondisi stress dan mampu mengendalikannya agar dalam menjalani kehidupan dengan nyaman dan bahagia.
57

Stress dan Cara Menguranginya


INDIKASI GEJALA STRESS Individu yang mengalami stress akan berperilaku lain dibandingkan dengan tujuannya yang tidak mengalami stress. Oleh karena itu, kondisi individu yang mengalami stress gejala-gejalanya dapat dilihat baik secara fisik maupun secara psikologis. Gejala secara fisik individu yang mengalami stress, antara lain ditandai oleh: gangguan jantung, tekanan darah tinggi, ketegangan pada otot, sakit kepala, telapak tangan dan atau kaki terasa dingin, pernapasan tersengal-sengal, kepala terasa pusing, perut terasa mual-mual, gangguan pada pencernaan, susah tidur, bagi wanita akan mengalami gangguan menstruasi, dan gangguan seksual (impotensi) (Waitz, Stromme, Railo, 1983: 52-71). Gangguan jantung, bagi individu yang mengalami stress ada indikasi detak jantungnya lebih cepat (berdebardebar) daripada saat tidak mengalami stress. Ada juga individu yang merasakan dada sebelah kiri terasa nyeri (di daerah sekitar puting susu), meskipun hal tersebut tidak berlangsung terlalu lama, tetapi sesekali muncul lagi. Jika rasa berdebar atau nyerinya hilang tidak berarti bahwa stress yang dialami individu itu telah hilang. Untuk itu, diperlukan pencegahan agar stress tidak berlangsung lama, sebab semakin lama stress bersarang dalam diri individu dapat menjadi salah satu penyebab serangan jantung. Tekanan darah tinggi (hipertensi) dapat diakibatkan oleh stress yang diderita individu, sebab reaksi yang muncul terhadap impuls stress adalah tekanan darahnya meningkat. Selain itu,
umumnya individu yang mengalami stress sulit tidur, sehingga akan berdampak pada tekanan darahnya yang cenderung tinggi. Bukan rahasia lagi bagi individu yang memiliki hipertensi berpotensi untuk terserang stroke. Untuk itu, disarankan setiap individu harap rajin mengecek tekanan darahnya baik sistolik maupun diastoliknya, terutama bagi yang sudah berumur 40 tahun ke atas. Sistolik adalah indikasi tekanan darah yang dipompakan ke luar dari jantung, sedangkan diastolik adalah indikasi tekanan darah saat kembali ke bilik jantung. Ketegangan pada otot dapat juga diakibatkan oleh stress yang diderita individu. Pada umumnya, ketegangan terjadi pada kelompok otot di daerah tengkuk, leher, bahu, dan rahang. Ketegangan otot di sekitar tengkuk akan mengganggu suplai darah ke otak, akibatnya kepala terasa nyeri karena kekurangan suplai darah. Jika kondisi seperti itu berlangsung lama maka akan membahayakan kesehatan individu. Untuk itu, diperlukan relaksasi pada kelompok otot yang relatif mudah tegang akibat stress tersebut.  Sakit kepala dapat diakibatkan oleh stress yang diderita individu, hal itu berkaitan dengan penjelasan di atas. Dampak dari ketegangan kelompok otot leher dan daerah di sekitar kepala tersebut, jika berlangsung lama akan membahayakan kesehatan karena suplai darah ke otak menjadi terganggu. Untuk itu, jika ada indikasi sakit kepala yang diakibatkan karena terlalu banyak pikiran, maka selain segera periksakan ke dokter, dapat juga dilakukan masase
58

Cakrawala Pendidikan, Februari 2010, Th. XXIX, No. 1

untuk merelaksasikan kelompok otot yang tegang tersebut. Dengan masase akan membantu memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh, sehingga setiap organ tubuh tercukupi kebutuhan darahnya. Telapak tangan dan kaki terasa dingin, juga dapat diakibatkan karena suplai darah ke sel-sel otot lengan dan tungkai berkurang. Oleh karena suplai aliran darah ke otot-otot tangan dan kaki berkurang maka mengakibatkan tangan dan kaki terasa dingin. Indikasi lain individu yang mengalami stress ditandai dengan keluar keringat dingin pada telapak tangan. Pernapasan tersengal-sengal, dapat diakibatkan dari reaksi stress yang melanda individu. Di atas telah dikemukakan bahwa stress mengakibatkan detak jantung berdebar-debar, sehingga pernapasan menjadi tersengal-sengal. Pernapasan yang normal adalah berirama dalam dan panjang saat menghela napas. Untuk itu, individu yang mengalami stress harus mampu merasakan pernapasan baik pada saat menarik maupun mengeluarkan udara. Oleh karena itu, latihan pernapasan merupakan salah satu metode yang baik untuk terapi bagi individu yang mengalami stress. Kepala terasa pusing dan perut terasa mual-mual, dapat diakibatkan oleh stress dan ketegangan fisik yang lama. Keterkaitannya dengan stress seperti telah dijelaskan di atas, di mana gangguan peredaran darah akan berpengaruh terhadap berbagai kondisi fisiologis dan kondisi psikologis individu. Stress akan mempengaruhi fungsi dan kerja usus serta lambung. Kondisi
tersebut akan berdampak pada sistem pencernaan dan buang air besar menjadi terasa sakit (sembelit). Contohnya individu yang suka marah-marah akan berdampak pada kontraksi lambung yang akhirnya dapat mengakibatkan iritasi lambung. Untuk itu, disarankan individu, terutama para guru atau dosen, jangan mudah marah agar tidak mudah terlanda oleh stress dalam hidup ini, meskipun stress tidak dapat dihindari sepenuhnya. Susah tidur dan stress merupakan hubungan yang bersifat timbal balik. Artinya, susah tidur dapat diakibatkan karena stress dan stress dapat mengkibatkan susah tidur. Padahal tidur yang berkualitas merupakan proses yang penting guna mengistirahatkan (merecovery) kondisi fisik maupun psikis. Selain itu, pada saat individu tidur merupakan proses pembangunan selsel yang rusak akibat akitifitas fisik. Untuk itu, seyogyanya setiap individu dalam sehari semalam (24 jam) waktu tidurnya harus teratur dan minimal berlangsung selama 7 – 8 jam. Gangguan menstruasi bagi wanita dapat juga ditimbulkan oleh faktor stress, yaitu menstruasi menjadi tidak teratur, masa subur menjadi pendek bahkan menjadi tidak subur lagi. Meskipun belum ada data penelitian yang valid, ada kecenderungan wanita yang sering mengalami stress akan sulit untuk mendapatkan keturunan. Adapun keluhan para wanita yang mengalami stress pada saat menstruasi adalah timbul rasa nyeri, sakit perut, mual-mual, dan pusing.  Individu yang mengalami stress ada kecenderungan menurun libidonya. Ji
59

Stress dan Cara Menguranginya


ka tingkat stress individu lebih berat cenderung akan mengalami impoten. Apalagi penyebab munculnya stress karena faktor perselingkuhan, maka pasangan suami istri tersebut hampir pasti tidak memiliki libido lagi di antara keduanya. Gejala secara psikologis individu yang mengalami stress, antara lain ditandai oleh: perasaan selalu gugup dan cemas, peka dan mudah tersinggung, gelisah, kelelahan yang hebat, enggan melakukan kegiatan, kemampuan kerja dan penampilan menurun, perasaan takut, pemusatan diri yang berlebihan, hilangnya spontanitas, mengasingkan diri dari kelompok, dan pobia (Waitz, Stromme, Railo, 1983:41-50).   Perasaan selalu gugup dan cemas, merupakan indikasi individu yang mengalami stress saat menghadapi permasalahan. Jika individu selalu gugup setiap menghadapi masalah antara lain seperti saat akan ujian mid semester, ujian, menghadap pimpinan, di mana kondisi tersebut merupakan indikasi dari perasaan stress. Individu yang mengalami stress perasaannya menjadi peka dan mudah tersinggung (sensitif). Setiap hal yang ada di sekitarnya dirasakan selalu mengawasi individu yang mengalami stress. Pada hal kondisi lingkungan semua berjalan biasa dan tidak ada syak wasangka terhadap individu yang sedang stress tersebut. Kondisi seperti itu dapat menyebabkan individu yang mengalami stress selalu gelisah perasaannya, di mana gejala secara fisik diwujudkan dengan berjalan mondar-mandir tanpa tujuan yang jelas.
Penampilan yang tampak seperti orang yang kelelahan sekali merupakan indikasi stress. Meskipun tidak sehabis bekerja keras individu yang stress tampak seperti orang yang amat sangat kelelahan, sehingga enggan untuk melakukan berbagai kegiatan fisik. Selain itu, individu yang stress perilakunya menjadi lamban, kemampuan kerja dan penampilan juga menurun.  Individu yang mengalami stress merasakan ketakutan yang tidak beralasan. Seringkali perasaan takut itu dapat terbawa dalam mimpi-mimpi yang menyeramkan saat tidur sehingga saat bangun tidur mestinya individu merasa segar, tetapi karena mimpi-mimpi tersebut mengakibatkan saat bangun tidur menjadi terasa lelah.  Individu yang mengalami stress cenderung banyak merenung atau memusatkan diri yang berlebihan. Kondisi seperti ini akan diikuti oleh individu dengan perilaku mengasingkan diri dari kelompok atau lingkungannya. Oleh karena itu, jika tidak cepat diambil tindakan untuk terapi, individu tersebut cenderung akan cepat naik kelas dari stress menjadi depresi.  Individu yang mengalami stress akan kehilangan spontanitas dan keceriaan. Individu yang mengalami stress tampilan wajahnya selalu kusam, cemberut, dan tatapan matanya kosong, sehingga tidak dapat gembira menghadapi situasi lingkungan. Ada kecenderungan muncul perasaan takut, bersalah, dan merasa tidak bermanfaat bagi siapapun.


60

Cakrawala Pendidikan, Februari 2010, Th. XXIX, No. 1

DAMPAK STRESS PADA INDIVIDU Pada umumnya, individu yang mengalami ketegangan akan mengalami kesulitan dalam memanajemen kehidupannya, sebab stress akan memunculkan kecemasan (anxiety) dan sistem syaraf menjadi kurang terkendali. Pusat syaraf otak akan mengaktifkan saraf simpatis, sehingga mendorong sekresi hormon adrenalin dan kortisol yang akhirnya akan memobilisir hormonhormon lainnya. Individu yang berada dalam kondisi stress, kondisi fisiologisnya akan mendorong pelepasan gula dari hati dan pemecahan lemak tubuh, dan bertambahnya kandungan lemak dalam darah (Waitz, Stromme, Railo, 1983:2). Kondisi tersebut akan mengakibatkan tekanan darah meningkat dan darah lebih banyak dialihkan dari sistem pencernaan ke dalam otot-otot, sehingga produksi asam lambung meningkat dan perut terasa kembung serta mual. Oleh karena itu, stress yang berkepanjangan akan berdampak pada  depresi yang selanjutnya juga berdampak pada fungsi fisiologis manusia, di antaranya gagal ginjal dan stroke.  Pada dasarnya, penyakit disfungsi secara fisiologis itu diakibatkan oleh terganggunya kondisi psikologis seseorang. Sebagai contoh, perilaku agresif dan defensif individu dapat disebabkan oleh akumulasi stress yang tidak mampu dikenali dan dieliminir oleh individu. Selain itu, kondisi sosial ekonomi individu yang serba kekurangan dan lingkungan hidup (seperti di desa dan di kota besar) juga berpotensi melahirkan stress. Hal itulah salah satu faktor yang memunculkan berbagai kejahatan di kota-kota besar. Sebagai dampak da
ri kondisi masyarakat atau individu yang stress mudah memunculkan bentuk perilaku agresif karena berbagai faktor kesenjangan kondisi dan status masyarakat yang mencolok. Pada sisi lain, perilaku generasi muda di kotakota besar yang mengarungi hidup dengan mengkonsumsi miras dan narkoba merupakan bentuk defensif dari kondisi stress yang menimpa dirinya. Secara garis besar dampak stress dapat menimpa pada kondisi fisik dan kondisi psikologis individu. Seperti telah dijelaskan pada indikasi gejala stress di atas. Berikut ini dampak stress terhadap fisik individu.


























61

Stress dan Cara Menguranginya



  Lake (2004: 8-9)



PENYEBAB STRESS Stress memang merupakan bagian dari kehidupan manusia, namun stress tidak akan datang dengan tiba-tiba tanpa adanya suatu penyebab. Artinya, stress muncul tentu ada penyebabnya, untuk itu individu harus mampu mencari penyebab stress agar dapat mengenali, mengurangi bahkan menghilangkan stress yang melanda dirinya. Oleh karena individu yang tidak mengalami stress akan merasakan hidupnya nyaman dan bahagia. Dengan demikian, stress harus dijauhkan dari kehidupan individu, agar dapat menjauhkan stress maka setiap individu harus mampu mengenali penyebabnya. Dengan mengetahui penyebabnya, selanjutnya akan mampu mengurangi dampak stress tersebut pada diri individu sehingga da
pat merasakan nikmatnya hidup di dunia ini. Di atas telah disebutkan bahwa munculnya stress disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor yang berasal dari luar diri individu. Adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan menimbulkan konflik dalam diri individu, sehingga berdampak pada munculnya stress. Berikut ini beberapa hal yang dapat menyebabkan muncul stress pada individu, antara lain: perasaan cemas mengenai hasil yang dicapai, aktivitas yang tidak seimbang, tekanan dari diri sendiri, suatu kondisi ketidakpastian, perasaan cemas, perasaan bersalah, jiwa yang dahaga secara emosional, dan kondisi sosial ekonomi. Perasaan cemas mengenai hasil yang dicapai akan menimbulkan stress.
Pusing/pening
Otot leher & rahang tegang  
Gangguan pencernaan  
Gangguan sexual

Sakit kepala
Hati berdebar2  
Tremor

Letih, lesu, nyeri sakit  
Ketidaksiagaan Mental
Bernafas lebih cepat
Keringat banyak
Mulut kering
Tekanan darah & denyut jantung naik
Kontraksi otot perut dan kantong kemih (anyang2en)
Darah diotot, tidak diusus & kulit
Otot tegang
Penggumpalan darah meningkat
Pelepasan gula dari hati
Paru terasa mengembang
62

Cakrawala Pendidikan, Februari 2010, Th. XXIX, No. 1

Sebagai contoh, jika seorang dosen terlalu banyak beban pekerjaan di kantor dan pekerjaan itu harus selesai dalam waktu yang bersamaan, kondisi seperti itu jelas akan menimbulkan stress. Oleh karena dosen juga manusia yang penuh dengan berbagai keterbatasan, maka diperlukan seorang pemimpin yang bijak dalam pembagian tugas kepada bawahannya agar tidak banyak menimbulkan stress. Aktifitas yang tidak seimbang dapat sebagai pemicu munculnya stress, terutama aktifitas yang berlebihan, sehingga individu tidak memiliki waktu yang cukup untuk merecovery dirinya. Selain itu, kedekatan dengan keluarga atau orang yang dicintai akan berkurang akibat dari padatnya kegiatan yang dilakukan. Berbagi cerita (sharing) dengan orang-orang yang dicintai atau dengan keluarga merupakan sarana untuk berkeluh kesah yang dapat mengurangi beban kepenatan psikologis. Untuk itu, perlu jalinan hubungan komunikasi yang harmonis dalam rumah tangga agar terhindar dari potensi terserang oleh stress. Tekanan dari diri sendiri dapat menimbulkan stress, terutama bagi individu yang selalu ingin tampil sempurna (perfectionist). Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya akan mendorong individu itu untuk menyempurnakannya, sementara pekerjaan yang diembannya cukup banyak sehingga menyita waktu yang banyakpula. Oleh karena itu, tipe orang yang perfectionist memiliki potensi yang lebih besar untuk mudah terserang stress dalam hidupnya.
Kondisi ketidakpastian juga akan menimbulkan stress, sebab ketidakpastian membuat individu menjadi tidak menentu. Sebagai contoh, seorang pria yang mendekati seorang gadis, di mana masih dalam taraf penjajagan dan belum ada tanda lampu hijau, maka si pria tersebut pada dasarnya sedang dalam kondisi stress yang disebabkan oleh perasaannya apakah berhasil atau gagal pendekatan yang dilakukan. Kondisi seperti itu akan menimbulkan stress meskipun dalam taraf yang masih ringan. Perasaan cemas adalah suatu kondisi yang khawatir terhadap suatu masalah yang tidak jelas penyebabnya. Rasa cemas dapat juga diakibatkan oleh sifat individu yang memang pencemas (traits-anxiety). Perasaan khawatir merupakan pikiran yang negatif, pada hal pikiran negatif memunculkan perasaan negatif dan akhirnya mengakibatkan stress. Perasaan cemas mendorong munculnya stress pada individu. Selain itu, individu yang selalu merasa bersalah juga dapat mengakibatkan muncul stress karena apa saja yang dikerjakan tidak pernah benar. Stress dapat muncul pada individu yang jiwanya merasa dahaga secara emosional. Menurut Abraham Maslow, kebutuhan manusia yang mendasar selain kebutuhan fisiologis dan biologis, juga memerlukan kebutuhan akan cinta kasih, kasih sayang, dihormati, dan dihargai oleh orang lain. Jika kebutuhan individu tersebut tidak terpenuhi, maka merasa menjadi manusia yang aneh, sehingga menimbulkan konflik dalam dirinya yang akhirnya muncul stress. Selain itu, jiwa yang dahaga secara spiritual juga dapat menyebabkan stress.
63

Stress dan Cara Menguranginya


Individu yang tidak mengenal dan tidak dekat dengan Tuhan pendiriannya labil dan mudah goyah. Individu yang menyalahkan Tuhan merupakan indikasi dari tidak dekatnya kepada Tuhannya. Kondisi sosial ekonomi juga dapat menimbulkan stress. Orang mengalami stress akibat kondisi ekonomi yang serba kekurangan. Apalagi sebelumnya individu tersebut pernah memiliki status sosial ekonomi yang mapan, tetapi tiba-tiba terkena PHK akibatnya potensi munculnya stress akan lebih dominan. Oleh karena itu, rejeki, nasib, dan jodoh sudah di atur oleh Tuhan, manusia seharusnya tidak melampaui wewenang Tuhan. Manusia yang demikian itu adalah manusia yang arogan dan yang dapat memicu munculnya stress. Sifat sabar, tawakal dan menerima apa adanya dapat membantu mengurangi terjadinya stress.

CARA MENGURANGI STRESS Untuk mengurangi stress yang muncul dalam diri setiap individu, yang pertama dan utama adalah mengetahui penyebab timbulnya stress. Dengan mengetahui penyebabnya, akan mempermudah dalam menentukan cara mengurangi stress yang muncul pada diri individu. Beberapa cara untuk mengurangi stress antara lain melalui pola makan yang sehat dan bergisi, memelihara kebugaran jasmani, latihan pernapasan, latihan relaksasi, melakukan aktivitas yang menggembirakan, berlibur, menjalin hubungan yang harmonis, menghindari kebiasaan yang jelek, meren
canakan kegiatan harian secara rutin, memelihara tanaman dan binatang,  meluangkan waktu untuk diri sendiri (keluarga), menghindari diri dalam kesendirian. Pola makan yang sehat dan bergisi. Pada umumnya pola makan yang sehat adalah minimal makan 3 kali dalam sehari, dan menunya 4 sehat 5 sempurna. Untuk itu, yang perlu diperhatikan adalah jenis asupan makanan komposisinya harus seimbang antara karbohidrat, lemak, dan protein. Oleh karena asupan makanan juga dapat menyebabkan timbulnya stress pada individu, terutama jenis makanan yang mengandung lemak. Sebagai contoh kaum wanita yang banyak mengkonsumsi lemak cenderung akan mengalami kegemukan, dan kegemukan adalah momok bagi kaum wantia. Selain itu, orang yang mengalami stress akan terjadi pemecahan lemak tubuh sehingga menambah kandungan lemak dalam darah. Kondisi seperti itu akan mengganggu sistem peredaran darah dan mengakibatkan penyumbatan dalam pembuluh darah. Untuk itu, pola makan 4 sehat 5 sempurna perlu terus dilakukan, agar individu dapat terhindar dari stress. Budaya makan makanan yang bersifat instant harus segera dikikis guna menjamin asupan gisi yang sehat bagi jiwa dan raga. Individu yang memiliki kebugaran jasmani baik akan terhindar dari stress, karena memiliki kemampuan ambang rangsang psikis yang tinggi terhadap stress. Sebab landasan yang kuat bagi kondisi psikologis individu adalah makanan yang sehat dan bergisi, waktu is
64

Cakrawala Pendidikan, Februari 2010, Th. XXIX, No. 1

tirahat yang cukup, dan kebugaran jasmani yang baik (Loehr, 1993:149). Untuk itu, aktivitas jasmani yang dilakukan secara terprogram, terukur, teratur, dan rutin mampu mengurangi potensi serangan stress, selain itu juga mampu memelihara kebugaran jasmani individu. Dianjurkan individu non olahragawan untuk melakukan aktifitas fisik, antara lain seperti jogging, jalan, renang, bersepeda dengan intensitas ringan sampai sedang, dalam durasi waktu minimal 20 menit, frekuensinya 3 kali setiap minggu, akan membantu memelihara kebugaran jasmani. Latihan pernapasan. Pernapasan yang baik adalah menarik napas secara perlahan dan dalam yaitu menggunakan diagphragma (Jawa: unjal ambegan) dan sesaat ditahan di perut, selanjutnya dikeluarkan secara perlahan pula. Cara bernapas seperti ini sangat membantu mereduksi stress. Sebagai contoh, jika individu mengalami jantung berdebardebar, lakukanlah bernapas secara perlahan dan dalam maka denyut jantung relatih akan lebih lambat. Permasalahan yang muncul sekarang, apakah pernapasan yang selama ini dilakukan oleh setiap individu sudah baik? Adapun caranya dengan merasakan pada saat menghirup maupun mengeluarkan udara yang dilakukan secara perlahan dan dalam dengan memanfatkan diagphragma. Untuk itu, mulai dari sekarang perlu dilakukan latihan pernapasan yang baik dan benar agar semua individu terhindar dari stress yang berat.  Latihan relaksasi. Relaksasi sangat diperlukan baik secara fisik maupun psikis. Bagi olahragawan yang mengandalkan aktifitas fisik perlu melakukan
masase secara rutin. Hal itu dimaksudkan untuk mengembalikan dan memperlancar simpul syaraf yang tidak dalam posisinya pada saat berolahraga. Menurut Lake (2004: 90) massage can be used as relaxation, reassurance, communication and fun. Untuk itu, tepat jika FIK UNY kini telah membuka klinik terapi fisik sebagai sarana mengaplikasikan ilmu dan sarana pengabdian pada masyarakat, guna membantu mewujudkan masyarakat yang jauh dari stress, sehingga tercipta warga masyarakat sehat jasmani dan rohani. Selain itu, relaksasi secara psikologis dapat dilakukan dengan cara mengkombinasikan latihan pernapasan dan relaksasi. Sebagai contoh bagi umat muslim pada waktu shalat tahajud atau setelah shalat subuh wajib melakukan dzikir atau wiridan yang dibarengi dengan merasakan dan melakukan cara bernapas yang baik dan benar. Insya Allah individu itu akan terhindar dari stress yang berat. Melakukan aktivitas yang menggembirakan akan membantu individu terhindar dari perasaan stress. Sebab melalui aktivitas yang menggembirakan, individu yang memiliki masalah, sejenak akan melupakan permasalahannya. Oleh karena itu, akhir-akhir ini muncul terapi melalui tertawa yang sampai terbahak-bahak dan bahkan sampai menangis, yang tujuannya untuk mendorong munculnya hormon endorphin dari dalam diri individu itu sendiri. Cara ini dapat dikombinasikan dengan latihan kebugaran jasmani di atas, dengan aktivitas ringan sampai sedang minimal dalam waktu 20 menit juga dimaksudkan untuk mendorong munculnya hormon endorphin dari
65

Stress dan Cara Menguranginya


dalam diri individu itu sendiri. Dengan munculnya hormon endorphin tersebut akan berdampak pada individu merasakan riang dan gembira. Berlibur atau rekreasi merupakan aktivitas yang bertujuan untuk melepaskan segala kelelahan (kepenatan) baik fisik maupun psikis dengan cara mengubah suasana yang menjadi rutinitas. Terutama bagi yang sudah berkeluarga berlibur sangat diperlukan guna menjalin hubungan yang harmonis antar anggota keluarga agar terjadi komunikasi yang harmonis pula. Selain itu, dengan perubahan suasana mampu menggairahkan kinerja individu yang mengalami kepenatan karena rutinitas pekerjaan atau beban pikiran yang terlalu berat. Menjalin hubungan yang harmonis, hubungan dan komunikasi dengan pihak lain secara harmonis, terutama keluarga, akan membantu mereduksi potensi individu terserang stress. Sebagai contoh individu yang tidak diterima dengan baik dalam ligkungan keluarganya, akan menyebabkan stress sehingga perilakunya serba salah. Hal itu yang mengakibatkan individu tidak nyaman tinggal di rumah, jika kondisi seperti itu terus berkepanjangan berakibat broken home pada diri individu. Untuk itu, dalam keluarga harus diciptakan suasana dan komunikasi yang harmonis antar anggotanya agar terhindar dari stress. Selain itu, dengan tetangga atau rekan kerja jalinan yang harmonis terus digalakkan, agar dalam lingkungan atau satu ruang kerja tidak terjadi rasa permusuhan dan saling mencurigai satu dengan yang lainnya. Suasana
lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja yang tidak harmonis berpotensi melahirkan stress. Menghindari kebiasaan yang jelek. Pada umumnya individu yang mengalami stress penyalurannya antara lain melalui merokok, makan secara berlebihan, minum minuman keras, dan mengkonsumsi narkoba. Sesaat mungkin kegiatan tersebut dapat menghilangkan stress, tetapi dalam jangka waktu yang lama dan berlebihan justru akan membahayakan terhadap kesehatan individu itu sendiri.   Merencanakan kegiatan harian secara rutin. Hidup adalah serangkaian rutinitas, namun manusia selalu melupakan rutinitas tersebut. Bahkan dalam menjalani hidup ini individu sering lupa dalam merencanakan kegiatan yang akan dijalani dalam satu hari ini. Sebagai contoh hari ini ada rapat atau seminar, tetapi individu tersebut jika lupa jadwal kegiatannya maka akan menimbulkan stress. Sebaliknya, jika individu mengetahui secara pasti jadwal kegiatan dari hari ke hari maka akan mengurangi resiko terkena stress. Memelihara tanaman dan binatang dapat sebagai sarana untuk mengurangi beban stress pada individu. Dengan menanam dan merawat tanaman dapat sebagai hiburan dan pengalihan perhatian atau konsentrasi pada suatu permasalahan. Dengan merawat tanaman konsentrasi sesaat akan tercurahkan pada tanaman tersebut, sehingga beban stress dapat berkurang. Selain itu, memelihara binatang piaraan antara lain seperti kucing, anjing, burung, ikan dan sejenisnya merupakan hiburan yang
66

Cakrawala Pendidikan, Februari 2010, Th. XXIX, No. 1

mampu mengalihkan konsentrasi dari suatu permasalahan ke objek yang dirawat. Meluangkan waktu untuk diri sendiri (keluarga). Seperti telah dijelaskan di atas dalam rekreasi atau meluangkan waktu bagi diri sendiri dan keluarga sangat diperlukan agar individu terhindar dari stress. Selain itu, kegiatan seperti memancing ikan dapat sebagai sarana mengurangi ketegangan pada individu yang mengalami stress. Menghindari diri dalam kesendirian. Jika individu mengalami stress sebaiknya banyak bergaul dengan orang lain agar tidak dalam kesendirian, sebab jika dalam kesendirian individu itu akan semakin menikmati stressnya. Dengan semakin menikmati stress kondisinya akan semakin buruk dan membahayakan. Untuk itu, akan lebih baik individu yang mengalami stress mencari teman yang dapat diajak untuk mencurahkan isi hati (curhat), sehingga beban psikologis penyebab stress dapat dikurangi.

PENUTUP Stress tidak pernah dapat dihindari oleh setiap individu selama dalam kehidupannya sehingga setiap individu harus mampu mengenali penyebab stress dan cara-cara menguranginya. Tujuannya agar individu dalam mengarungi kehidupannya tidak terlalu banyak terlanda stress, sehingga dapat menikmati kehidupan dengan layak, nyaman, dan bahagia. Untuk itu, perlu diciptakan lingkungan keluarga, lingkungan kerja, dan suasana yang harmonis serta kondusif agar warga masyarakat yang ada di lingkungan tersebut
sejahtera lahir dan batin. Juga untuk selalu mendekatkan diri dengan Tuhan dan jangan lupa untuk selalu menyebut nama Tuhan di setiap waktu dan di setiap kesempatan. Insya Allah individu yang demikian itu akan tehindarkan dari stress. Semoga tulisan yang sederhana ini dapat membantu para pembaca terhindar dari stress yang berkepanjangan. Amin.

UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kami ucapkan kepada pengurus Jurnal Cakrawala Pendidikan, terutama Dewan Redaksi yang telah memberi masukan terhadap artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA Acevedo, Edmund O; Ekkekakis, Panteleimon (ed.). 2006. Psychobiology of Physical Activity. Champaign, Il.: Human Kinetics.
Cox, Richard H. 2002. Sport Psychology: Concepts and Applications, 4th edition. New York: McGraw-Hill Co. Inc.
Lake, David. 2004. Stress: How to Cope with Pressure. Singapore: The Singapore Women’s Weekly Health Series.
Loehr, J. 1993. Toughness Training for Life. New York: Penguin Books Ltd.
Waitz, Grete; Stromme, Sigmund; Railo, Willi S. 1983. Conquer Stress with Grete Waitz, (terjemahan Sinta A. W). Bandung: Angkasa.
Weinberg, Robert S; Gould, Daniel. 2003. Foundations of Sport and Exercise Psychology, 3rd edition. Champaign, Il.: Human Kinetics

Artikel 2 : Stress

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Stres
Defenisi stres

Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan siapa saja dalam bentuk
tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka panjang-
pendek yang tidak sama, pernah atau akan mengalaminya dan tidak seorang pun
bisa terhindar dari padanya. Stres merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin
”singere” yang berarti ” keras” (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring
dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu dari
straise, strest, stresce, dan stress (Yosep, 2007).
Menurut Selye, dalam bukunya yang berjudul Stress Without Distress, stres
adalah segala situasi dimana tuntutan nonspesifik mengharuskan seorang individu
untuk merespon atau melakukan tindakan (Potter & Perry, 2005).
Nemey dalam Grenberg (1984) dalam Yosep (2007) menyebutkan stres sebagai
reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan,
mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang.
Definisi lain menyebutkan bahwa stres merupakan ketidakmampuan mengatasi
ancaman yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada
suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Hardjana,
1994). Menurut Gray & Smeltzer (1990) dalam agoes (2003) stres adalah
munculnya reaksi psikologis yang membuat seseorang merasa tegang atau cemas
Universitas Sumatera Utara
yang disebabkan ketidakmampuan mengatasi atau meraih tuntutan atau
keinginannya.
 Stres diakibatkan oleh adanya perubahan-perubahan nilai budaya,
perubahan sistem kemasyarakatan, tugas atau pekerjaan serta akibat ketegangan
antara idealisme dan realita (Sulistiawati, 2005). Baik nyata maupun imajinasi,
persepsi seseorang terhadap stres sebenarnya berasal dari perasaan takut atau
marah. Perasaan ini dapat di ekspresikan dalam sikap tidak sabar, frustasi, iri,
tidak ramah, depresi, bimbang, cemas, rasa bersalah, khawatir, atau apati. Selain
itu perasaan ini juga dapat muncul dalam bentuk sikap yang pesimis, tidak puas,
produktivitas rendah, dan sering absen. Emosi, sikap dan perilaku kita yang
terpengaruh stres dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius dan
tergantung reaksi individu  tersebut terhadap stres.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Braznitz & Golberger (2001)
mengatakan bahwa setiap individu memiliki ambang stres yang berbeda-beda
karena karakteristik individu akan mempengaruhi tingkatan stres yang dialaminya.
Adaptasi merupakan suatu bentuk respon tubuh sebagai homeostasis pada sistem
lingkungan internal dan termasuk didalamnya penstabilan biologis internal dan
pemeliharaan psikologis dalam hal jati diri dan rasa harga diri.
Menurut Everly dan Giardano dalam Munandar (1995) stres dapat ditandai
dengan tiga gejala utama yaitu mood, muskuloskeletal (otot rangka), dan viceral
(organ dalam tubuh). Masing-masing gejala tersebut ditandai dengan :
 
Universitas Sumatera Utara
1) Mood: over excited, perasaan bimbang, sulit tidur, mudah bingung dan
lupa, kurang konsentrasi, rasa tidak nyaman dan gelisah, serta gugup.
2) Muskuloskeletal: jari-jari dan tangan gemetar, tidak dapat duduk tenang;
diam dan berdiri ditempat, sakit kepala, otot tegang dan kaku, bicara
gugup, leher menjadi kaku.
3) Visceral: perut mual, mulas dan muntah, degup jantung terganggu, banyak
berkeringat, kepala terasa ringan atau pingsan, kedinginan/menggigil,
wajah menjadi panas dan mulut menjadi kering.
1.2 Unsur-unsur stres
Dalam peristiwa stres, ada tiga hal yang merupakan unsur-unsur stres yang
saling berkaitan yaitu:
1) Hal, peristiwa, orang, keadaan yang menjadi sumber stres (stressor)
Hal yang menjadi sumber stres bisa berupa bencana alam, peristiwa hidup
baik yang berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain dan
lingkungan  kerja yang berat dan tempat tinggal yang tidak sehat.
2) Orang yang mengalami stres (the stressed)
 Dari segi orang yang mengalami stres, pemusatan perhatian tergantung
pada tanggapan (response) seseorang terhadap hal-hal yang dinilai
mendatangkan stres. Tanggapan itu disebut strain, yaitu tekanan atau
ketegangan dan hal tersebut dapat mengejala secara psikologis dan
fisiologis.
3) Hubungan antara orang yang mengalami stres dengan hal yang menjadi
penyebab stres (transactions)
Universitas Sumatera Utara
 Hubungan antara orang yang mengalami stres dan keadaan (situation)
yang penuh stres merupakan proses. Dalam proses tersebut, hal yang
mendatangkan stres dan pengalaman orang yang terkena stres saling
berkaitan. Proses tersebut merupakan pengaruh timbal balik dan
menciptakan usaha penyesuaian atau penyeimbangan yang terus menerus
antara orang yang mengalami stres dan keadaan yang penuh stres, karena
perbedaan cara, kemampuan dan keberhasilan orang-orang dalam
mempengaruhi dampak yang mendatangkan stres itu berbeda maka stres
yang dihadapi juga berbeda.
1.3 Sumber-sumber Stres
Sumber-sumber stres dapat digolongkan dalam bentuk-bentuk:
1) Krisis
Perubahan atau peristiwa yang timbul mendadak dan menggoncangkan
keseimbangan seseorang diluar jangkauan penyesuaian sehari-hari dapat
merangsang stresor. Misalnya krisis dibidang usaha, hubungan keluarga
dan sebagainya.
2) Frustasi
Kegagalan dalam usaha pemuasan kebutuhan-kebutuhan atau dorongan
naluri, sehingga timbul kekecewaan. Frustasi timbul bila niat atau usaha
seseorang terhalang oleh rintangan-rintangan yang menghambat
kemajuan suatu cita-cita baik yang berasal dari dalam diri sendiri atau
dari luar.

Universitas Sumatera Utara
3) Konflik
Pertentangan antara dua keinginan atau dorongan yaitu antara kekuatan
dorongan naluri dan kekuatan yang mengendalikan dorongan-dorongan
naluri tersebut.
4) Tekanan
Stres dapat ditimbulkan oleh tekanan yang berhubungan dengan
tanggung jawab yang besar yang harus ditanggung seseorang.
1.4 Tipe kepribadian berhubungan dengan stres  Tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial yang sama akan
mengalami stres, tergantung pada tipe kepribadian yang dimiliki oleh individu.
Ada dua tipe kepribadian yaitu :
1) Tipe kepribadian ”A”  (”A” type Personality)
 Tipe kepribadian ”A”  merupakan tipe kepribadian yang beresiko tinggi
terkena stres. Rosenmen & Chesney (1980) dalam Hawari (2001)
menggambarkan ciri-ciri tipe kepribadian  ini sebagai berikut: Ambisius,
agresif dan kompetitif, banyak jabatan rangkap, kurang sabar, mudah
tegang dan tersinggung serta marah, kewaspadaan berlebihan, kontrol diri
kuat, percaya diri berlebihan, cara berbicara cepat, bertindak serba cepat,
hiperaktif, tidak dapat diam, bekerja tidak mengenal waktu, pandai
berorganisasi dan memimpin (otoriter), lebih suka bekerja sendiri bila ada
tantangan, kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak relaks), serba
tergesa-gesa, mudah bergaul, mudah menimbulkan perasaan empati dan
bila tidak tercapai maksudnya mudah bersikap bermusuhan, tidak mudah
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi, kaku (tidak fleksibel), berusaha keras untuk segala sesuatunya
terkendali.
2) Tipe kepribadian ”B” (”B” type personality)
  Tipe kepribadian “B” adalah kebalikan dari tipe kepribadian “A”, dengan
ciri-ciri: ambisi yang wajar-wajar saja, tidak agresif dan sehat dalam
berkompetisi serta tidak memaksakan diri, penyabar, tenang, tidak mudah
tersinggung dan tidak mudah marah (emosi terkendali), kewaspadaan
dalam batas wajar dan kontrol diri serta percaya diri yang tidak berlebihan,
cara bicara yang tidak tergesa-gesa, bertindak pada saat yang tepat,
perilaku tidak hiperaktif, dapat mengatur waktu dalam bekerja
(menyediakan waktu untuk istirahat), dalam berorganisasi dan memimpin
bersifat akomodatif dan manusiawi, lebih suka bekerjasama dan tidak
memaksakan diri bila menghadapi tantangan, pandai mengatur waktu dan
tenang (relaks), tidak tergesa-gesa, mudah bergaul, ramah dan dapat
menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit), tidak
kaku (fleksibel), sabar dan mempunyai selera humor yang tinggi, dapat
menghargai pendapat orang lain, tidak merasa dirinya paling benar, dapat
membebaskan diri dari segala macam problem kehidupan dan pekerjaan
manakala sedang berlibur, dan mampu menahan serta mengendalikan diri
(Hawari, 2001).



Universitas Sumatera Utara
1.5 Tahapan stres Gejala-gejala stres pada diri seseorang sering kali tidak disadari karena
perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bila
tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupan baik di rumah,
lingkungan kerja, ataupun di lingkungan sosial.
Selye merumuskan stres sebagai general adaptation syndrome (GAS) atau
sindrom penyesuaian umum. Apabila faktor penyebab stres tidak dapat diatasi dan
faktor penyebab tersebut terlalu besar, maka terjadi reaksi tubuh yaitu GAS
(General Adaptation Syndrom) yang terdiri atas tiga tahapan yaitu tahap reaksi
waspada, tahap melawan, dan tahap kelelahan yang bekerja untuk melindungi
individu agar dapat bertahan hidup.
Dr. Robert J. Van Amberg (1979) dalam Agoes (2003) dalam penelitiannya
membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut:
1) Stres tahap I
  Merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan
perasaan-perasaan semangat bekerja besar dan berlebihan, penglihatan
tajam tidak sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelesaikan
pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi
dihabiskan disertai rasa gugup yang berlebihan pula.
2) Stres tahap II
  Pada tahap ini, dampak stres yang semula menyenangkan mulai  
menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan
energi tidak lagi cukup sepanjang hari akibat tidak cukup waktu untuk
Universitas Sumatera Utara
beristirahat. Pada tahap ini timbul keluhan-keluhan seperti: merasa letih
waktu bangun tidur pagi, merasa mudah lelah dan merasa cepat capai,
mengeluh lambung dan perut tidak nyaman, jantung berdebar-debar, otot
punggung dan tengkuk terasa tegang, dan tidak bisa santai.
3) Stres tahap III
  Tahapan stres yang merupakan kelanjutan dari stres tahap II dengan
keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu yaitu: gangguan
lambung dan usus yang semakin nyata misalnya gastritis dan diare,
ketegangan otot-otot yang semakin terasa, perasaan tidak tenang dan
ketegangan emosional yang semakin meningkat, gangguan pola tidur
(insomnia) dan terganggunya kordinasi tubuh. Pada tahap ini seseorang
harus sudah berkonsultasi dan mendapat terapi atau bisa juga beban stres
hendaknya dikurangi dan tubuh beristirahat.
4) Stres tahap IV
  Merupakan tahapan stres dimana keluhan-keluhan stres tahap III diatas
oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukannya kelainan
fisik pada organ tubuh dan orang yang bersangkutan terus memaksakan
diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat dan akan muncul gejala-gejala:
pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi
membosankan dan terasa lebih sulit, kehilangan kemampuan untuk
merespon secara memadai, ketidakmampuan melaksanakan kegiatan rutin
sehari-hari, gangguan pola tidur yang disertai mimpi-mimpi yang
menegangkan, negativisme, daya ingat dan konsentrasi menurun, dan
Universitas Sumatera Utara
timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa
penyebabnya.  
5) Stres tahap V
   Bila keadaan tahap IV terus berlanjut maka akan jatuh pada stres tahap V
yang ditandai dengan hal-hal berikut: kelelahan fisik dan mental yang
semakin mendalam, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari
yang ringan dan sederhana, gangguan sistem pencernaan yang semakin
berat, timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat,
mudah bingung dan panik.
6) Stres tahap VI
 Tahap ini merupakan tahap klimaks, dimana seseorang mengalami
serangan panik dan perasaan takut mati. Gambaran stres tahap ini adalah:
debaran jantung yang sangat kuat, susah bernapas (sesak dan megap
megap), seluruh tubuh gemetar, dingin dan keringat bercucuran, tidak ada
tenaga untuk hal-hal yang ringan, pingsan atau kolaps (Hawari, 2001).
1.6 Tingkatan stres 1) Stres ringan
Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur
umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya: lupa, kebanyakan tidur,
kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa
menit atau beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan penyakit
kecuali jika dihadapi terus menerus.

Universitas Sumatera Utara
2) Stres sedang
Terjadi lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya
perselisihan  kesepakatan yang belum selesai, sebab kerja yang berlebih,
mengharapkan pekerjaan baru, permasalahan keluarga. Situasi seperti ini
dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang.
3) Stres berat
Merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa
tahun misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan
finansial, dan penyakit fisik yang lama (Rasmun, 2004).
2. Faktor- Faktor yang Menyebabkan Stres  Stres disebabkan oleh banyak faktor yang disebut dengan stressor. Stressor
merupakan stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor
menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa
saja kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual,
atau kebutuhan kultural. Stressor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai
stressor internal dan stressor eksternal. Stressor internal berasal dari dalam diri
seseorang misalnya kondisi fisik, atau suatu keadaan emosi. Stressor eksternal
berasal dari luar diri seseorang misalnya perubahan lingkungan sekitar, keluarga
dan sosial budaya (Potter & Perry, 2005).
Penyebab stres dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu kategori
pribadi dan kategori kelompok atau organisasi. Kedua kategori ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada individu atau kelompok dan
prestasi individu dan kelompok yang bersangkutan (Agoes,2003).
Universitas Sumatera Utara
Santrock (2003) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan stres
terdiri atas :
1) Beban yang terlalu berat, konflik dan frustasi
Beban yang terlalu berat menyebabkan perasaan tidak berdaya, tidak
memiliki harapan yang disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang sangat
berat dan akan membuat penderitanya merasa kelelahan secara fisik dan
emosional.
2) Faktor kepribadian
Tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang cenderung untuk
mengalami stres, dengan karakteristik kepribadian yang memiliki perasaan
kompetitif yang sangat berlebihan, kemauan yang keras, tidak sabar, mudah
marah dan sifat yang bemusuhan.
3) Faktor kognitif
Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu menilai dan
menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif. Penilaian secara kognitif
adalah istilah yang digunakan oleh Lazarus untuk menggambarkan
interpretasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup mereka sebagai
sesuatu yang berbahaya, mengancam atau menantang dan keyakinan mereka
dalam menghadapi kejadian tersebut dengan efektif.




Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya stressor psikososial dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Perkawinan
 Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber stres yang dialami
seseorang; misalnya pertengkaran, perpisahan, perceraian, kematian salah
satu pasangan, ketidaksetian, dan lain sebagainya.
2) Problem orang tua
 Permasalahan yang dihadapi orang tua; misalnya kenakalan anak, anak
sakit, hubungan yang tidak baik dengan mertua, ipar, besan dan lain
sebagainya.
3) Hubungan interpersonal
 Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat/orang-orang
disekitar yang mengalami konflik.
4) Pekerjaan
 Masalah pekerjaan merupakan sumber stres kedua setelah masalah
perkawinan; misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok,
mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, kehilangan pekerjaan, dan lain
sebagainya.
5) Lingkungan hidup
 Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan
seseorang. Rasa tercekam dan tidak merasa aman ini amat mengganggu
ketenangan dan ketenteraman hidup, sehingga tidak jarang orang jatuh
kedalam depresi dan kecemasan.

Universitas Sumatera Utara
6) Keuangan
 Masalah keuangan (kondisi sosial-ekonomi) yang tidak sehat misalnya
pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat utang,
kebangkrutan usaha, soal warisan dan lain sebagainya sangat berpengaruh
terhadap kesehatan jiwa seseorang.
7) Hukum/peraturan
 Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum/peraturan yang ada dapat
merupakan sumber stres pula.
8) Perkembangan
 Yang dimaksud disini adalah masalah perkembangan baik fisik maupun
mental seseorang, misalnya masa remaja, masa dewasa, menopouse, usia
lanjut, dan sebagainya.  
9) Kondisi fisik atau cidera
10) Faktor keluarga
Faktor keluarga yang dimaksud disini adalah faktor stres yang dialami
oleh seseorang yang disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik
yaitu sikap orang tua.
11) Lain-lain
 Stressor kehidupan yang lainnya juga dapat menimbulkan depresi dan
kecemasan adalah bencana alam, kebakaran, perkosaan, dan sebagainya
(Yosep, 2007).
Nelson dalam Agoes (2003) menyebutkan bahwa penyebab stres umumnya
adalah: pindah ke daerah baru, masuk perguruan tinggi, pindah sekolah, menikah,
Universitas Sumatera Utara
hamil, baru bekerja, gaya hidup baru, perceraian, kematian orang yang dicintai,
dipecat dari pekerjaan, tekanan waktu, persaingan, kesulitan keuangan, suasana
atau bunyi yang sangat ramai atau bising, tidak puas atau tidak nyaman.
  Terjadinya stres karena stressor tersebut dipersepsikan oleh individu sebagai
suatu ancaman sehingga mengakibatkan kecemasan yang merupakan tanda umum
dan awal dari gangguan kesehatan fisik, psikologis, bahkan spiritual. Sedangkan
dampak dari  stressor tersebut  dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: Sifat
stressor, jumlah stressor pada saat yang bersamaan, lama pemajanan terhadap
stressor, pengalaman masa lalu, tingkat perkembangan (Kozier & Erb, 1983 dalam
Keliat, 1998).
3. Skripsi  Mengerjakan sebuah skripsi telah menjadikan kebanyakan mahasiswa stres,
takut, bahkan sampai frustasi dan ada juga yang nekat bunuh diri. Telah banyak
contoh kasus mahasiswa yang menjadi lama dalam penyelesaian studinya karena
terganjal dengan masalah tugas akhirnya, karena adanya pemikiran
pembuatan tugas akhir susah dan berat maka akhirnya banyak mahasiswa
menyerahkan pembuatan skripsi ini ke orang lain atau semacam biro jasa
pembuatan skripsi, atau membeli/mencari skripsi orang lain untuk ditiru (Subekti,
2009).
Skripsi sebagai akhir penyelesaian studi merupakan suatu kegiatan yang wajib
dilaksanakan. Skripsi adalah muara dari semua pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh sebelumnya, untuk diterapkan dalam menggali permasalahan yang
ada (baik dalam literatur maupun kancah) agar dengan penelitian itu dapat
Universitas Sumatera Utara
diperoleh temuan/karya ilmiah yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan (Arikunto,
2002). Dinamika kampus yang beragam membawa berbagai dampak bagi
mahasiswa; baik negatif maupun positif, fisik, maupun psikologis selama proses
menyelesaikan skripsi.
Selama proses mengerjakan skripsi mahasiswa ditantang dan dilatih untuk
melakukan serangkaian kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah, seperti pencarian
suatu problem dan pemecahannya yang berlandaskan pada suatu teori dan

juga langkah-langkah atau metode yang ilmiah disertai pola pikir yang kritis (critical thinking) diharapkan akan dimiliki mahasiswa (Subekti, 2009).
Sebelum mengambil mata kuliah skripsi mahasiswa harus memenuhi syarat
syarat penyusunan skripsi yang telah ditentukan. Adapun syarat-syarat
penyusunan skripsi pada Fakultas Keperawatan USU adalah mahasiswa harus
lulus minimal 110 SKS bagi mahasiswa program reguler dan 44 SKS bagi
mahasiswa program ekstensi dengan IPK sekurang-kurangnya 2,00 tanpa nilai D
dan E serta memenuhi ketentuan lain yang ditetapakan masing-masing fakultas
(Pasal 20). Tata cara penyusunan skripsi tersebut juga diatur dalam pasal 21
dimana:
1. Setelah mahasiswa menyerahkan penyusunan rencana skripsi, ketua
jurusan/bagian, menetapkan seorang pembimbing skripsi dan bila perlu dapat
menambah seorang pembimbing lainnya yang diambil dari jurusan atau bagian
atau dari luar USU.
2. Penyusunan rencana skripsi yang dimaksud dalam pasal 20 ayat 1 diatur
sesuai dengan peraturan yang berlaku dimasing-masing fakultas.
Universitas Sumatera Utara
3. Rencana skripsi harus sudah diajukan dan mendapat persetujuan selambat
lambatnya satu tahun atau dua semester sebelum masa studi maksimum
berakhir, dan harus memenuhi syarat pada pasal 20.
4. Skripsi ditulis dalam bahasa indonesia, kecuali pada jurusan/program
studi/bagian bahasa asing skripsi dapat ditulis dalam bahasa asing.
5. Skripsi harus diselesaikan selambat-lambatnya dalam waktu dua belas bulan
terhitung sejak rencana skripsi disetujui
6. Persetujuan selesainya skripsi paling lambat tiga bulan sebelum masa studi
berakhir (Departemen Ilmu Keperawatan USU, 2008).
Selain persyaratan diatas,  hal lain yang dapat mempengaruhi terjadinya stres
pada mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi adalah sulitnya untuk
menghadapi/menjumpai dosen, beban kuliah yang ada, hubungan atau relasi, serta
hambatan keuangan.
1) Dosen
Sulitnya proses bimbingan skripsi kepada dosen menjadi salah satu faktor
yang menghambat dalam proses penyelesaian skripsi. Banyak dosen terlalu kritis
terhadap penelitian/skripsi mahasiswa, mereka harus melakukan revisi berulang
ulang karena skripsinya belum sempurna. Ada dosen yang rajin membatik setiap
halaman skripsi mahasiswa dengan coretan-coretan yang kadang-kadang disertai
kalimat-kalimat emosional. Beberapa dosen sibuk dengan statistik yang
membingungkan mahasiswa dan membuat pikiran terkuras. Ada juga kasus dosen
yang sulit untuk ditemui di kampus karena banyak bisnis di luar atau penuh
waktunya untuk mengajar di berbagai universitas lain ( Juliandi, 2009)
Universitas Sumatera Utara
2) Beban kuliah
Tuntutan akademis yang ada, membuat mahasiswa merasa dituntut untuk
meraih pencapaian yang telah ditentukan baik oleh pihak fakultas/universitas
maupun dari mahasiswa itu sendiri. Tuntutan tersebut dapat memberikan tekanan
yang melampaui batas kemampuan mahasiswa itu sendiri. Ketika hal ini terjadi,
maka beban yang berlebihan tersebut akan mengundang stres pada mahasiswa.
3)  Hubungan atau relasi
 Hubungan dengan orang lain baik dengan teman kuliah atau bukan, memiliki
pengaruh yang besar bagi mahasiswa. Gangguan pada aspek tersebut dapat
menjadi stressor, yang sering kali berkaitan dengan perasaan sendiri atau
kesepian, apalagi ketika sedang mengalami masalah atau kesulitan yang
membutuhkan teman untuk bercerita dan bertanya.  
4)  Hambatan keuangan
 Kuliah tidak hanya sekedar belajar dikampus. Menjalani aktivitas kuliah
berarti telibat dengan lingkungan sosial ditempat tersebut, sehingga keuangan
tidak hanya diperlukan untuk biaya akademis saja, namun untuk kebutuhan hidup
dan kebutuhan lainnya yang diperlukan. Hal ini dapat menjadi salah satu sumber
stressor bila segi finansial kurang mencukupi.