Wednesday 23 August 2017

Artikel 4 : Krisis Makanan

PERAN FOOD AND AGRICULTURE ORGANZATION (FAO) DALAM MENGATASI KRISIS PANGAN DI BANGLADESH  TAHUN 2007-2012

Ade Irma Suriana Nasution Email : Ade.310892@yahoo.co.id

Pembimbing: Ahmad Jamaan, S.IP, M.Si Bibliografi :  20 buku, 12 jurnal,  33 situs internet

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Riau Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28293 Telp/Fax. 0761-63277

 Abstract

This research aims to look at the role of the Food and Agriculture Organization (FAO) in overcoming the food crisis in Bangladesh. The food crisis means losing access to food for the majority of the world community or lack of resources used to produce food. In Bangladesh there are several causes of the food crisis include natural disasters, food price inflation, the increase in population, the transfer of agricultural land, and poverty. The global food crisis provides a parallel effect on food security in Bangladesh which led to the high prevalence of malnutrition among children and women, as well as add to the high level of poverty in Bangladesh. In addressing the food crisis in Bangladesh FAO as an organization engaged in the food sector provide financial assistance and make some programs to address these issues and to supervise the program has been implemented. This research shows that the FAO managed to overcome the food crisis in Bangladesh and able to perform their functions. The success achieved in the form of: increasing the availability of food, rising incomes of the poor and the initiative when confronted again with the food crisis in the future.


Key word: Bangladesh, Food and Agriculture Organization (FAO), food crisis, roles.


                                                         
  Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional angkatan 2010

Jom FISIP Volume 2 No 1 Februari 2015  2

Pendahuluan Krisis pangan mempunyai arti  suatu kondisi ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangannya. Secara umum penyebab terjadinya krisis pangan Bangladesh akibat berbagai hal diantara, penurunan produksi pangan akibat bencana alam, lonjakan harga pangan (inflasi) akibat kenaikan biaya produksi pangan yang disebabkan oleh kebijakan pembatasan dan pelarangan ekspor bahan pangan yang diambil negara-negara eksportir seperti india dan china.  Bencana tersebut bergerak begitu cepat dan menyebabkan kerusakan luas sehingga tidak ada negara atau organisasi pembangunan yang bisa mengatasi masalah tersebut sendiri. Krisis pangan yang melanda Bangladesh benar-benar membuat negara tersebut harus berfikir keras mencari solusinya. Krisis pangan dikhawatirkan akan menyebabkan bencana kelaparan yang mengiringinya. Krisis pangan di Bangladesh dipengaruhi langsung oleh bencana alam yang terjadi  seperti banjir musiman dan juga badai. Data historis menunjukkan bahwa selama 50 tahun terakhir setidaknya 7 banjir besar telah terjadi di Bangladesh, beberapa yang terburuk adalah tahun 1987, 1988, 1998, 2004 dan 2007 banjir ini layak disebutkan karena bencana ini membanjiri  30% atau lebih dari daratan negara tetangga India tersebut. Selama tahun 2007, banjir musim telah dua kali sebelumnya menghantam Bangladesh menyebabkan kerugian
produksi pertanian yang luas dan perusakan aset fisik, sebesar hampir US $ 1,1 miliar. Selain banjir, bencana yang selalu melanda Bangladesh adalah topan, pada November  2007  Topan Sidr  melanda Bangladesh menyebabkan kerusakan, Diperkirakan 1,12 juta ha lahan rusak sepenuhnya dan hampir 1,39 juta ha rusak sebagian. 1,87 juta ternak dan unggas mati akibat  topan Sidr tersebut. kemudian hilangnya mata pencaharian bagi hampir 7 juta orang yang terkena dampak bencana. Laporan Bank Dunia menunjukkan, topan Sidr menewaskan ribuan orang di Bangladesh dan menyapu lahan-lahan padi di negara itu.1 Inflasi harga pangan pada tahun 2008 semakin memperparah kondisi Bangladesh, harga beras eceran di Bangladesh meningkat dua kali lipat dari yang sebelumnya 15 Taka/Kg menjadi 35 Taka/Kgnya. Krisis pangan di Bangladesh semakin parah ketika India memperkenalkan pembatasan ekspor diikuti dengan larangan ekspor. Mengingat tingginya biaya impor dan kenaikan harga di pasar domestik, India memutuskan untuk membatasi ekspor sektor swasta beras dengan menetapkan harga ekspor yang sangat tinggi dari US$ 350 menjadi US$ 1,000 per ton,
                                                         
 1Laporan Bank Dunia “Advancing Food Security in a Changing Climate”, 15 Maret 2011, <http://web.worldbank.org/ WBSITE/ EXTERNAL /NEWS/O,,contentMDK:22858132~pagePK:6 4257043~piPK:437376~theSitePK:4607,00.ht ml> diakses pada tanggal 23 September 2013
Jom FISIP Volume 2 No 1 Februari 2015  3

Sehingga tahun 2007/2008  tingkat inflasi mencapai 12%. Kenaikan harga sangat terasa akut di rumah tangga termiskin, saat sebagian besar pendapatan mereka hanya cukup untuk memeuhi kebutuhan makan sehari-hari. Kemiskinan di Bangladesh telah terbukti di semua kota yang ada. Diperkirakan bahwa 43% dari rumah tangga di perkotaan hidup di bawah garis kemiskinan, di antaranya 23% sangat miskin. Sekitar 35% dari populasi enam kota besar tinggal di daerah kumuh dan tidak ada akses ke layanan publik.2 Kemudian hampir setengah dari penduduknya masih hidup dengan pendapatan di bawah US$1.25 per harinya.3  Penyebab tidak langsung yang mempengaruhi krisis pangan di Bangladesh yaitu krisis politik yang terjadi di Bangladesh. Tahun setelah  kemerdekaan Bangladesh ditandai dengan huru-hara politik dan korupsi. Bangladesh memiliki tiga belas kepala pemerintahan yang berlainan, dua dari tiga belas kepala pemerintahan terbunuh, dan serta sekurang-kurang terjadi empat kudeta militer.4 Dalam menganalisa permasalahan yang penulis angkat tentang bagaimana peran FAO dalam                                                          
 2 B. M. Sajjad Hossain. 2012. Dimensions of Poverty among the Lowe r Income People in Dhaka City. J Sci Foundation hlm, 31 3 Kazi Arif Uz Zaman and Takahiro Akita.log.cit. hlm 20 4 http://www.kaskus.co.id/thread/52ddbf6c19cb1 7c3328b471c/sejarah-bangladesh-dan-sejarahbenggala
mengatasi krisis pangan di Bangladesh tahun 2007-2012, penulis menggunakan perspektif ekonomi politik internasional Pluralism dengan teori peranan dan organisasi internasional yang akan menjadi alat analisa penulis dalam menjelaskan permasalahan tersebut.

Sejumlah Pendekatan Dalam pendekatan Pluralism, peran organisasi internasional dapat dilihat dari salah satu asumsi dasarnya yaitu non state actor yang menyatakan bahwa identitas sangat penting dalam dunia politik internasional, organisasi internasional disini berperan dalam memonitor, dan penyelesaian terhadap permasalahan yang muncul. Dalam permasalah krisis pangan yang dihadapi Bangladesh (2007-2008)  peran FAO sebagai organisasi internasional dituntut optimal mengatasi krisis pangan tersebut, karena FAO berada di bawah naungan PBB yang merupakan organisasi yang berperan mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan dunia internasional. Salah satu kajian dalam hubungan internasional adalah organisasi internasional yang merupakan salah satu aktor penting. Pada awalnya  organisasi internasional berdiri dengan tujuan untuk mempertahankan peraturan-peraturan agar dapat berjalan dengan tertib dalam rangka mencapai tujuan bersama dan sebagai wadah hubungan antar bangsa dan negara agar kepentingan masingmasing negara dapat terjamin dalam
Jom FISIP Volume 2 No 1 Februari 2015  4

konteks hubungan internasional5. Dalam penyelesaian krisis pangan yang dihadapi Bangladesh, organisasi internasional menjalankan fungsinya sebagai media komunikasi,  Bangladesh dapat berbagi informasi dengan negara lain terkait krisis pangan yang dihadapi, selain itu organisasi internasional juga menerapkan fungsi operasional karena FAO sebagai organisasi internasional memberikan bantuan dana dan tindakan dalam mengatasi krisis pangan di Bangladesh, selain itu fungsi pengawasan aturan juga di terapkan FAO dalam menjaga dan memonitor setiap program yang dibuat agar dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. Teori peranan menegaskan bahwa perilaku politik adalah perilaku dalam  menjalankan peranan politik. Teori ini berasumsi bahwa sebagian besar perilaku  politik adalah akibat dari tuntutan atau harapan yang kebetulan dipegang aktor  politik. Di dalam teori peranan dikatakan bahwa: “perilaku politik adalah perilaku dalam menjalankan peranan politik”.6 Dalam masalah krisis pangan yang dihadapi Bangladesh FAO sebagai organisasi internasional berperan sebagai wadah dan arena untuk Bangladesh dapat membahas masalah yang tengah dihadapinya agar mendapatkan solusi
                                                         
 5 Alexander Thompson and Duncan Snidal.1999. International Organization. University of Chicago. Hlm 699 6 Mochtar Mas’oed. 1989.Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisa dan Teorisasi. PAU-SS-UGM. Yogyakarta. hlm. 45
dalam mengatasi bencana krisis pangan tersebut.

Krisis Pangan dan Peran FAO  Menjamin keamanan pangan bagi semua masyarakatnya adalah salah satu tantangan utama Bangladesh, ketahanan pangan di rumah tangga pertanian dan tingkat individu tetap menjadi perhatian utama bagi pemerintah. Jumlah penduduk meningkat dari hari ke hari, menyebabkan total produksi pertanian tidak cukup untuk memenuhi konsumsi dalam negeri.7 Pertumbuhan berlebih dari populasi hanya menambah kemiskinan mempengaruhi mereka tanpa sumber daya.  Pertumbuhan  penduduk  yang  tinggi juga menyebabkan tingkat kompetisi yang  lebih besar untuk sumber daya yang terbatas di kalangan masyarakat.8 Krisis pangan di Bangladesh memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap kelangsungan hidup masyarakatnya terutama untuk penduduk miskin, hingga tahun 2005 penduduk miskin di Bangladesh masih tinggi mencapai 30-40%, itu berarti hampir setengah dari penduduk tetangga Pakistan tersebut menderita dampak dari krisis pangan tahun 20072008.

                                                         
 7 M A Kashem and M A A Faroque. JuneDecember 2011. A Country Scenarioes Of Food Security And Governance In Bangladesh.   j. Sci. Foundation hlm. 41 8 B. M. Sajjad Hossain. January-June 2012. Dimensions of Poverty among the Lower Income People in Dhaka City. J Sci Foundation hlm. 30,31
Jom FISIP Volume 2 No 1 Februari 2015  5



a. Krisis Pangan di Bangladesh Guncangan  terhadap perekonomian Bangladesh dalam bentuk bencana alam dan kenaikan harga pangan serta tingginya tingkat kemiskinan telah membuat masyarakat berhadapan langsung dengan krisis pangan. Tahun  2007 dua bencana alam, banjir dan bencana Topan Sidr terjadi hampir bersamaan hanya berselang beberapa bulan.9 Bencana alam seperti banjir, topan, erosi sungai memaksa banyak orang ke dalam situasi rentan, terutama di daerah pedesaan, tidak hanya miskin, tetapi mereka sepenuhnya bergantung pada pertanian yang terkena dampak bencana tersebut.10 Setelah guncangan ini orang-orang menghadapi krisis pangan yang parah, menurunkan produktivitas dan pendapatan mereka.  Terjadinya krisis pangan di suatu wilayah dapat dilihat dari fenomena yang terjadi di wilayah tersebut, seperti meningkatnya kasus gizi buruk, penduduk miskin yang sulit mendapatkan bahan pangan yang cukup gizi serta terdapatnya kasus penduduk yang yang hidup dengan gizi buruk terutama bagi wanita dan anak
                                                         
 9 Millennium Development Goals.2008.Bangladesh Progress Report, General Economics Division Planning Commission Government of the People's Republic of Bangladesh hlm 11 10 World Bank, 2008. “Poverty Assessment for Bangladesh: Creating Opportunities and Bridging the East-West Divide”.
anak.11 Data hasil DHS 2007 berdasarkan perhitungan revisi (WHO Standar Pertumbuhan Anak) menunjukkan bahwa prevalensi kekurangan gizi di Bangladesh sebelum kenaikan harga pangan tahun  2007 sudah sangat tinggi dengan sekitar 27.900.000 orang diperkirakan memiliki asupan kalori harian kurang dari 1805 kkal/ orang / hari.12  FAO/WFP dalam Crop and Food Supply Mission ke Bangladesh, pada Agustus 2008 memperkirakan bahwa kenaikan harga pangan telah mengangkat jumlah masyarakat miskin absolut sebanyak 9 juta orang menjadi total 80 juta dan peningkatan prevalensi kekurangan gizi sekitar  34.700.000 jiwa,13 hampir 7 juta lebih tinggi, terutama sebagai akibat dari kenaikan harga pangan. Kondisi ini mengakibatkan hampir setengah (45 persen) dari 160 juta penduduk negara itu kini rawan pangan (<2122 kkal / orang / hari), dan hampir seperempat (23,9 persen) dari populasi diidentifikasi mengalami krisis pangan
                                                         
 11 FAO, Representation in Bangladesh. 2011. Bangladesh and FAO Achievements and success stories.pdf hlm 5 12  FAO/WFP Crop And Food Supply Assessment Mission To Bangladesh .2008. Special Report. http://www.fao.org/3/aai472e.pdf hlm 8 Diakses tanggal 03 November 2014  13 Mulat Demeke.  et. al .2009. Food And Agriculture Organization Of The United Nations, Country responses to the food security crisis: Nature and preliminary implications of the policies pursued. hlm 15. <http://www.fao.org/fileadmin/user_upload/IS FP/pdf_for_site_Country_Response_to_the_Fo od_Security.pdf>.diakses tanggal 22 Maret 2014
Jom FISIP Volume 2 No 1 Februari 2015  6

(mengkonsumsi kurang dari 1 805 kkal / orang / hari). Kesenjangan konsumsi pangan,dan kalori  menjadi lebih besar. Perhatian utama bagi ketahanan pangan ke depan menimbulkan tantangan besar untuk sistem ketahanan pangan Bangladesh dengan  penduduk besar yang diharus dipenuhi kebutuhannya. 14 b. Dampak Krisis Pangan  Sekitar 900 orang anak meninggal setiap hari akibat gizi buruk di Bangladesh. Pada umumnya karena kurangnya konsumsi makananan di usia paling dini. Bangladesh menempati urutan keempat di dunia dalam daftar anak-anak penderita gizi buruk.15  Tahun 2009, 41% dari anak di bawah 5 menderita kekurangan gizi kronis, sementara beberapa juta anakanak kekurangan gizi akut dan beresiko kematian. Lebih dari sepertiga dari anak-anak mengalami anemia gizi, meningkatkan risiko gangguan intelektual, sementara 26% dari jumlah wanita mengalami anemia.16  Karena krisis pangan sudah semakin parah dan tidak dapat diatasi pemerintah, maka sangat dibutuhkan bantuan dari dunia internasional, organisasi - organisasi yang menangani kasus pangan, salah satu organisasi
                                                         
 14 FAO/WFP special Report, il.cit hlm 6 15 Harian Kompas. 2008. 900 Tewas Akibat Gizi Buruk di Bangladesh. Diakses dari<http://nasional.kompas.com/read/2008/01/ 28/17283269/900.tewas.akibat.gizi.buruk.di.ba ngladesh> diakses tanggal 04 Oktober 2014 16Tahmeed Ahmed. 2009. Nutrition and Food Security. Icddrb.diakses dari <http://www.icddrb.org/what-wedo/research/nutrition-and-food-security> diakses tanggal 23 Oktober 2014.
tersebut adalah FAO. Peran FAO sangat diperlukan pemerintah dan masyarakat Bangladesh baik itu untuk membantu pemerintah dalam mengatasi krisis pangan di negara bekas Pakistan Timur tersebut maupun untuk membangun kembali perekonomian yang sempat hancur akibat bencana yang melanda Bangladesh. c. Peran FAO Mengatasi Krisis Pangan  Ketika terjadi krisis pangan di Bangladesh peran FAO sangat diperlukan dalam mengatasi krisis pangan tersebut, karena pemerintah Bangladesh tidak lagi bisa mengatasi permasalah bencana pangan tersebut sendiri.17 FAO  sebagai organisasi internasional menjalankan fungsi informasinya dengan memberikan informasi kepada negara-negara dan organisasi lain yang bergerak dibidang pangan dan organisasi terkait mengenai kondisi sebenarnya krisis pangan di Bangladesh, sehingga negara pendonor dapat mengalirkan bantuan secepatnya agar masyarakat Bangladesh tidak terjebak dalam bencana tersebut terusmenerus, Selain menerapkan fungsi informasi, FAO juga menjalankan fungsi operasionalnya. Pada saat krisis pangan melanda Bangladesh tahun 2007-2008 FAO sebagai organisasi yang bertujuan untuk menghilangkan kelaparan di dunia tersebut  menjalankan program darurat  mengatasi krisis pangan melalui FAO’s
                                                         
 17 FAO.  Log.cit  hlm. 2-5
Jom FISIP Volume 2 No 1 Februari 2015  7

Inisiative Soaring Food Prices (ISFP).

1. FAO’s Inisiative Soaring Food Prices (ISFP) Pada Desember 2007 Direktur Jenderal  FAO meluncurkan ISFP  untuk  membantu  petani  kecil tumbuh  dengan  lebih banyak  makanan  dan mendapatkan lebih banyak  uang. Sejak itu, FAO telah melakukan misi penilaian antar di hampir 60 negara dan telah menerapkan proyek-proyek di 25 negara tambahan.18  Di Asia, bantuan TCP tersebut diberikan kepada sepuluh negara (Afghanistan, Bangladesh, Bhutan,  Kamboja,  DPR Korea, Mongolia,  Nepal, Pakistan, Sri Lanka dan Timor-Leste).19 Selama tahun 2007/2008, harga beras dalam negeri dua kali lipat di Bangladesh dan Kamboja dan meningkat sebesar 70 persen di Afghanistan, 55 persen di Sri Lanka, dan 40 persen di Filipina. Harga gandum dalam negeri meningkat sebesar 36 sampai 100 persen di Bangladesh, Mongolia, Pakistan, Republik Kyrgyz, Tajikistan, dan Sri Lanka. Bantuan FAO adalah dalam bentuk: a.  intervensi untuk meningkatkan akses petani skala kecil untuk menerima bantuan (misalnya benih, pupuk, pakan ternak) dan meningkatkan praktik pertanian                                                          
 18 FAO.2009.Asian Pasific Food situation update. Economic and Social Department Group (RAPE). FAO Regional Office for Asia and the Pacific.Thailand. hlm.1 19 FAO.2010.ISFP log.cit
(misalnya air dan pengelolaan tanah, pengurangan kerugian pasca panen) b.  kebijakan dan dukungan teknis;  c. langkah-langkah menangani akses petani ke pasar; dan  d. respon strategis untuk meredam dampak kenaikan harga pangan dalam jangka pendek, menengah dan panjang melalui peningkatan investasi dan berkelanjutan di bidang pertanian.

Tingkat bantuan proyek sebesar US$ 500.000 untuk semua negara terlepas dari ukuran dan tingkat kesulitan, kecuali Kamboja yang menerima US$ 200.000, selain dana tunai negara-negara tersebut juga di berikan bibit dan pupuk untuk menunjang perbaikan perekonomian untuk mengembangkan sektor pangan di negara masing-masing. Proyek ini tidak berjalan sesuai rencana di setiap negara, masalah yang penting ini dialami oleh sebagian besar petani penerima bantuan, mereka berpendapat bahwa jika bantuan  yang diberikan minimal 15 hari sebelumnya, mereka bisa menghasilkan tanaman di awal musim dan dapat menjual dengan harga yang lebih tinggi untuk produk mereka. Selain kendala dalam pendistribusian, bantuan pupuk juga tidak merata disetiap negara bantuan pupuk hanya diberikan kepada 5 negara saja diantaranya Bangladesh, Pakistan, Kamboja, Afganistan dan Korea utara.


Jom FISIP Volume 2 No 1 Februari 2015  8

2. Kerjasama antar Organisasi  Dalam mengatasi krisis pangan yang dihadapi Bangladesh  FAO sebagai organisasi yang bergerak dibidang Pangan tidak bekerja sendiri, FAO bekerjasama dengan organisasiorganisasi lain yang juga memiliki tujuan yang sama dengan FAO yaitu menciptakan dunia bebas dari Kelaparan dan krisis pangan.  Berasarkan informasi yang diberikan FAO, mereka bersama membangun kembali perekonomian Bangladesh yang sempat hancur akibat badai dan banjir yang terjadi pada tahun 2007 dan menyebabkan krisis pangan di negari bengala tersebut.

i. FAO/UN Craft Emergency Relief Fund (CERF) FAO telah menerima US $ 1 juta CERF untuk segera memberikan bantuan kepada petani dan nelayan yang terkena dampak topan dan FAO secara aktif mencari dana dari donor lain untuk membantu membangun kembali kehidupan lebih dari 100.000 dari rumah tangga, kegiatan yang secara langsung dilaksanakan menguntungkan hampir 500.000 orang terkena dampak terburuk. Selain itu, Pemerintah Belgia telah menyetujui US $ 2 juta untuk kegiatan FAO dan membantu sekitar 47 000 rumah tangga (235 000 orang), melalui penyediaan bibit dan sarana produksi pertanian lainnya, serta persediaan  jaring ikan dan  FAO telah membentuk koordinasi darurat dan rehabilitasi Unit dalam
Perwakilan FAO di Bangladesh untuk mendukung pemulihan dan rehabilitasi operasinya di daerah yang terkena bencana.20

ii. FAO/ United Nations Development Programme (UNDP) Pada saat banjir dan Topan  Sidr melanda Bangladesh tahun 2007 yang menjadi penyebab utama terjadinya krisis pangan di negara tersebut, FAO dalam melakukan kegiatannya untuk membantu masyarakat yang terkena dampak bencana mendapat kontribusi dana dari UNDP sebesar US$ 1.8 juta (Kode Proyek: BGD / 08/001/34), kegiatan itu dilakukan dalam jangka waktu mulai dari 01 Maret 2008 hingga  28 Februari 2009. adapun kegiatan yang dilakukan FAO berupa:21 a. Memberikan 300 ton benih padi varietas lokal Aman (Sadamota) kepada 60.000 rumah tangga yang dilanda banjir dan topan b. 60.000 rumah tangga lainnya  menerima lebih dari 174 ton benih padi varietas unggul                                                          
 20 FAO in Emergency. 2007. Bangladesh: agricultural sector devastated in cyclone-hit areas <http://www.fao.org/emergencies/fao-inaction/stories/stories-detail/en/c/147902/> diakses tanggal 23 oktober 2014 21 Food And Agriculture Organization Of The United Nations .2008.Project Highlights Bangladesh Emergency Response To Cyclone Sidr And Flood-Affected Farmers Through  Agricultural Input Supply And Foot And Mouth Disease Vaccination For Livestock. <http://www.fao.org/fileadmin/user_upload/em ergencies/docs/projects/BGD%2008%20001% 2034%20Project%20Highlights.pdf> diakses tanggal 23 Oktober 2014
Jom FISIP Volume 2 No 1 Februari 2015  9

Aman, bersama-sama dengan urea, triple Super fosfat dan pupuk muriate kalium. c. Menyumbangkan 485.000 dosis vaksin penyakit kaki dan mulut (PMK) yang diberikan kepada rumah tangga  d. Sisanya 132.500 dosis disimpan sebagai cadangan jika terjadi keadaan darurat

iii. FAO/WFP Crop and Food Supply Assessment Mission FAO bekerja sama WFP Crop and Food Supply Assessment Mission mengunjungi negara itu dari 14 April - 6 Mei 2008.22 Tujuan keseluruhan  dari penilaian ini adalah untuk memperkirakan  situasi produksi  pangan tahun  2008, pasokan  makanan dan situasi permintaan di tingkat nasional dan sub-nasional, akses pasar dan dampak dari harga pangan yang tinggi pada pemanfaatan pangan dalam negeri di tingkat nasional, sub-nasional dan rumah tangga dan menganalisa tindakan tepat yang dapat diambil oleh Pemerintah dan masyarakat internasional untuk meminimalkan dampak potensi krisis pangan. WFP saat itu membantu sekitar 4,7 juta orang (peserta program, dan anggota keluarga mereka). Namun, karena 3,8 dari 4,7 juta penduduk yang mengalami kerawanan pangan sudah mendapat bantuan dari  program GoB-WFP                                                          
 22 FAO/WFP Crop And Food Supply Assessment Mission To Bangladesh .2008. Special Report. http://www.fao.org/3/aai472e.pdf hlm 8 Diakses tanggal 03 November 2014
Vulnerable Development Group (VGD), mereka sudah menjalankan program bantuan makanan. Oleh karena itu, WFP tinggal memberikan bantuan untuk menutupi bagian dari kesenjangan makanan pada 900.000 orang (4.7 juta – 3.8 juta = 900 000 jiwa).23

iv. FAO / UE Facility Food Menanggapi masalah keamanan pangan di negara-negara berkembang yang  telah diperparah oleh krisis ekonomi global, UE telah berkomitmen menyumbangkan dana senilai UE€ 106 juta (US$ 144 juta) untuk mendukung FAO dalam membantu petani yang paling terpukul oleh krisis pangan dan ekonomi. Bantuan UE mencakup negara-negara sepuluh di Afrika, Asia dan Karibia, termasuk Bangladesh dan Pakistan di wilayah ini. Perjanjian terbesar antara FAO dan UE, yaitu  bantuan yang merupakan respon UE untuk krisis pangan senilai  UE€1 milyar  yang dikenal sebagai "Food Facility". UE  Food Facility adalah hasil dari kerjasama antara Komisi Eropa dan  Sekretaris Jenderal PBB mengenai Keamanan Global Krisis Pangan di mana FAO memainkan peran penting dalam mengidentifikasi dan mengembangkan program-program yang dirancang untuk ketahanan pangan.24
                                                         
 23 FAO/WFP. Ibid hlm.35 24 Food And Agriculture Organization Of The United Nations (FAO) Regional Office For Asia And The Pacific. 2009. Asia Pasific Food Situation Update. http://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/reso
Jom FISIP Volume 2 No 1 Februari 2015  10

3. Program FAO dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan

Setelah mampu mengatasi krisis pangan di Bangladesh dengan membuat program-program darurat dan memberikan bantuan dana. Kini untuk memenuhi ketahanan pangan di negara bekas india tersebut FAO mencanangkan program-program yang dapat membantu negara tersebut memperkokoh ketahanan pangannya walaupun disaat bencana yang terusmenerus melanda. Program –program tersebut dibuat dan juga diawasi oleh FAO agar berjalan dan berhasil sesuai dengan tujuan dari program tersebut.

i. Special Programme for Food Security (SPFS)  Program Khusus untuk Ketahanan Pangan ini merupakan program unggulan  FAO  untuk  mengembangkan  model  pertanian  yang efektif yang akan membantu  negara-negara menghilangkan  kelaparan. SPFS mulai beroperasi Maret 1999 untuk mengatasi masalah ketahanan pangan dan gizi di masyarakat pedesaan, pinggiran kota dan perkotaan dengan meningkatkan kapasitas pengambilan keputusan pada tingkat yang berbeda. Berikut ini lima proyek TCP telah dilaksanakan di bawah SPFS:
                                                                             urces/B5DA7435DBF937FE492575CF0023D6 16-Full_Report.pdf  diakses tanggal 03 November 2014
a. program pertanian percontohan pengelolaan air, TCP / BGD / 8928  b. program Pertanian percontohan pengelolaan air (tahap kedua TCP / BGD / 8928), TCP/BGD/0167  c. Penguatan kontrol Pangan di Bangladesh,TCP / BGD / 2901  d. Intensifikasi produksi yang berkelanjutan dengan gandum dan beras TCP / BGD / 2902 e. Program Pelatihan untuk sektor susu skala kecil, TCP / BGD / 2903

Keberhasilan yang diraih SPFS: a. SPFS telah mengembangkan sebuah model pengetasan kemiskinan yang mencakup pembentukan organisasi petani (VBO) yang terdaftar di pemerintahan dan sekarang sudah memiliki status hukum yang jelas. b. Penguatan kapasitas VBOs dan meningkatkan pelaksanaan kegiatan yang sudah direncanakan  c. Hasil panen meningkat hingga 20 persen untuk tanaman yang berbeda dengan menggunakan teknologi pertanian yang modern  d. kesehatan tanah meningkat karena lahan pertanian di wilayah proyek 100 persen menggunakan pupuk organik dan kompos serta menerapkan jumlah pupuk kimia yang
Jom FISIP Volume 2 No 1 Februari 2015  11

direkomendasikan adalah 'guti' (USG) urea  e. Meningkatkan produksi benih bermutu, pelestarian dan pendistribusian. f. meningkatnya  irigasi  bawah tanah sebesar 30 persen, sementara biaya irigasi berkurang 25 persen dengan  meminimalkan biaya angkutan air  g. menyediakan kesempatan Wirausaha bagi sejumlah perempuan yang miskin dan melarat  h. Penggunaan mesin pasca panen di lokasi proyek mengurangi kerugian pasca panen dan membantu sejumlah petani miskin, karena mereka bisa menyewa  untuk menggunakan mesin  i. Status gizi membaik karena keluarga petani mulai makan diet seimbang dan bergizi j. Dana bergulir diperkenalkan untuk menyediakan sejumlah kecil modal investasi sehingga petani bisa menjalankan IGAs skala kecil mereka. Dana bergulir dihasilkan melalui akumulasi tabungan petani serta dukungan proyek.

ii. National food policy capacity strengthening project  (NFPCSP) Program Penguatan Kapasitas Kebijakan Pangan Nasional dirancang untuk memperkuat kapasitas Perencanaan Pangan dan Unit
Pemantauan  yang merupakan unit pemerintah yang bertanggung jawab untuk memantau situasi ketahanan pangan, memberikan bimbingan kebijakan dan memfasilitasi dan berkoordinasi melalui beragam sektor  dan lembaga lainnya untuk memantau dan memberikan bimbingan pembuatan kebijakan keamanan pangan. Selain membangun kapasitas nasional untuk menginformasikan pengambilan keputusan, NFPCSP juga memberikan saran kebijakan langsung kepada Pemerintah dan Mitra Pembangunan. Sebagai contoh, dalam konteks banjir dan topan 2007 dan krisis harga pangan tahun 2008, program ini memberikan informasi dan saran kepada Pemerintah dan Mitra Pembangunan pada isu-isu penting seperti Anggaran Pangan Nasional, dorongan pengadaan harga, dan pengelolaan sediaan publik dan jaring pengaman pangan

4. Keberhasilan FAO Mengatasi Krisis Pangan  FAO bersama Bangladesh telah melewati berbagai rintangan bersamasama dalam mengatasi krisis pangan yang melanda negara tetangga india tersebut. Berbagai program telah dijalankan dan direncanakan untuk mempertahankan ketahanan pangan di situasi-situasi rentan seperti bencana alam yang setiap tahun terjadi. Saat datangnya banjir, topan Sidr dan harga pangan melambung (2007-2008) , bantuan darurat dari FAO telah membantu puluhan juta orang yang paling rentan untuk bertahan saat krisis.
Jom FISIP Volume 2 No 1 Februari 2015  12

Pada saat yang sama, FAO telah merancang proyek-proyek yang memberikan pelatihan dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat mereka lebih tahan terhadap krisis di masa depan. Untuk mengetahui keberhasilan yang sudah diraih, dapat dilihat dari  indikator–indikator keberhasilan sebagai berikut: meningkatnya persediaan makanan penduduk Bangladesh semakin berkembang di tengah perubahan iklim, berkurangnya jumlah masyarakat yang mengalami gizi buruk dan kekurangan gizi, meningkatnya pendapatan masyarakat miskin dari pedesaan Bangladesh, dan adanya inisiatif saat kenaikan harga pangan.25

i. Meningkatnya Persediaan Makanan  FAO telah mengumpulkan dana dari berbagai organisasi dan juga sektor swasta.  Untuk proyek pemulihan dan rehabilitasi bagi korban Topan, Bank Dunia mendonorkan sebesar US$109.000.000 yaitu dengan  FAO mengepalai komponen pertanian dan dana bantuan  dari Program Pertanian dan Ketahanan  Pangan Global, dana dari beberapa donor yang dihasilkan dari L'Aquila untuk  Inisiatif  Ketahanan Pangan  mengumpulkan dana senilai  US$52.000.000.  Dana ini merupakan respon terhadap rencana investasi negara Bangladesh untuk
                                                         
 25 FAO, Representation in Bangladesh. 2011. Bangladesh and FAO Achievements and success stories.pdf hlm 16-21
pertanian, ketahanan pangan dan gizi, yang dibangun pada kebijakan ketahanan pangan nasional dan strategi yang ada.

ii. Meningkatnya Pendapatan Masyarakat Miskin  FAO memperluas kegiatan  bantuan  investasi dan menjangkau ke lebih banyak rumah tangga melalui proyek pertanian untuk merevitalisasi tanaman, ternak dan produksi perikanan selama empat tahun di Barisal dan Khulna dua kabupaten sebelah selatan yang mengalami pukulan keras oleh Topan Sidr  dengan biaya US$16 juta. Setelah itu untuk cakupan yang lebih luas dibiayai oleh Bank Dunia sebesar US$109 juta yang ditujukan untuk proyek memulihkan mata pencaharian, rehabilitasi dan peningkatan tanggul pantai, membangun tempat penampungan baru dan memperkuat manajemen risiko bencana di selatan di daerah rawan Topan. FAO menyediakan peralatan dan perahu nelayan, binatang ternak seperti: ayam, bebek dan kambing dan bibit pohon untuk hampir 10.000 rumah tangga termiskin dan paling rentan yang hidup  di  sungai dan kanal tanggul untuk membantu  mereka mendapatkan kembali kehidupan mereka secepat mungkin.   Melalui beberapa program FAO untuk memberikan penghasilan bagi masyarakat miskin di Banglaesh, yang berdampak baik bagi perkembangan masyarakatnya, pada tahun 2010
Jom FISIP Volume 2 No 1 Februari 2015  13

kemiskinan di negara yang berada di tepi teluk benggala tersebut berkurang hingga 8% dari tahun 2005 persentase kemiskinan di pedesaan 43.8% menjadi 35.2 % tahun  2010. Sedangkan kemiskinan ekstrem berkurang dari 28.6 % (2005) menjadi 21.1% ditahun 2010.

iii. Inisiatif Saat Kenaikan Harga Pangan FAO telah memiliki program darurat yang membantu petani untuk menghadapi guncangan cuaca berkala yang menimpa Bangladesh. Sebagai akibat dari krisis harga pangan, intervensi proyek Program Kerjasama Teknis mendukung petani kecil di daerah yang dipengaruhi bencana. Proyek ini senilai US $ 500.000 untuk menutupi distribusi 680 ton benih unggul untuk 140.000 orang penerima bantuan. Pemerintah Bangladesh juga ikut berpartisipasi dalam proyek program kerjasama teknis regional yang bertujuan untuk membangun kapasitas negara dalam menempatkannya pada jaring pengaman sosial dan produktif, seperti penyediaan dan perlengkapan alat-alat pertanian, untuk mendukung orangorang yang rentan terhadap bencana. Proyek ini juga diperkuat melalui  pengawasan dan evaluasi sistem serta pembuatan kebijakan melalui lembagalembaga nasional maupun daerah.



Penutup Krisis pangan yang terjadi di Bangladesh pada 2007-2008 berdampak buruk bagi kehidupan perekonomian masyarakat, dan banyak menyebabkan mereka semakin jatuh kedalam lingkaran kemiskinan. Pada saat tahun 2007 saat terjadinya 2 banjir musim dan juga topan sidr yang mengakibatkan lahan pertanian hancur sehingga gagalnya produksi pangan sementara stok pangan yang disediakan pemerintah Bangladesh sendiri tidak bisa mencukupi seluruh kebutuhan pangan bagi masyarakatnya, ditambah lagi harga pangan yang meningkat pada tahun 2008 membuat pemerintah tidak mampu untuk mengimpor pangan.  Untuk mengatasi krisis pangan di Bangladesh, FAO sebagai salah satu organisasi yang bergerak di bidang pangan yang memiliki tujuan memenuhi kebutuhan pangan untuk setiap warga dunia dan dalam kasus ini memudahkan akses pangan untuk masyarakat Bangladesh, menjalankan fungsi-fungsinya agar dapat mengatasi krisis pangan di negeri Bengala tersebut. Fungsi-fungsi yang dijalankan FAO berupa: a. Fungsi informasi, FAO menerapkan fungsi ini dengan berbagi informasi kepada organisasi lain seperti World  Food  Program (WFP), Uni Eropa dll. yang bergerak dibidang yang sama dan peduli terhadap bencana yang tengah
Jom FISIP Volume 2 No 1 Februari 2015  14

dihadapi masyarakat Bangladesh. b. Fungsi operasional, dalam membantu Bangladesh keluar dari situasi darurat saat menghadapi krisis pangan FAO menjalankan program darurat melalui Inisiative on Soaring Food Price (ISFP) dengan memberikan dana bantuan US$ 500.000, serta bantuan operasional lainnya seperti benih dan pupuk. Selain itu FAO juga bekerja sama dengan Organisasi Pembangunan lainnya agar Bangladesh mendapatkan dana operasional lainnya. Seperti bantuan dari UE food Facility memberikan dana sebesar US$ 144 juta untuk mendukung FAO dalam membantu petani yang paling terpukul oleh krisis pangan dan ekonomi. c. Fungsi pengawasan aturan, tidak hanya memberikan dana bantuan, FAO juga menjalankan program dalam pengawasan setiap aturanaturan yang telah dibuat FAO dalam mengatasi krisis pangan serta peningkatan perekonomian masyarakat Bangladesh dan juga agar mereka mampu untuk menghadapi bencana tersebut kedepannya.

Dengan menjalankan fungsifungsinya dengan baik sebagai
organisasi internasional, FAO bersama pemerintah dan masyarakat Bangladesh mampu mengatasi krisis pangan tersebut. Keberhasilan yang diraih berupa meningkatnya ketersediaan makanan, meningkatnya pendapatan masyarakat miskin dan adanya inisiatif jika  berhadapan kembali dengan krisis pangan di masa mendatang.





























Jom FISIP Volume 2 No 1 Februari 2015  15

DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
B. M. Sajjad Hossain. 2012. Dimensions of Poverty among the Lower Income People in Dhaka City. J Sci Foundation
Barmon & Chaudhury . 2012. Impact of Price and Price Variability on Acreage Allocation in Rice and Wheat Production in Bangladesh .The Agriculturists 10 (1)
Del, Carlo Ninno and Mattias  Lundberg K.A. 2005. Treading Water: The Long-term Impact of the 1998 Flood on Nutrition in Bangladesh . Economics & Human Biology , Vol. 3, No. 1
Faridi, Rushad and Syed Naimul Wadood. 2010. An Econometric Assessment Of Household Food Security In Bangladesh. The Bangladesh Development Studies Vol. XXXIII, No.3
Hassan Zaman, Ambar Narayan, Aphichoke Kotikula. 2012 . Are Bangladesh’s Recent Gains in Poverty Reduction Different  from the Past?. Bangladesh Development Studies  Vol. XXXV, No. 1  
K. M. M. Rahman and M. S. Islam. 2011-2012. Nutritional Status and Food Security of Farm Households  under Different Land Use Patterns in Bangladesh. Bangladesh Journal of  Nutrition. Vol. 24-25. Institte of  Nutrition and Food Science, University of  Dhaka, Bangladesh.
Kazi Arif Uz Zaman and Takahiro Akita. 2012. Spatial Dimensions of Income Inequality and Poverty in Bangladesh: An Analysis of the  2005 and 2010 Household Income and Expenditure Survey Data. Bangladesh Development Studies  Vol. XXXV, No. 3.
Kumar, Uttam. Et. Al. 2009. Rethingking Food Security Strategy : Self-Sufficiency or Self-Reliance. UK Department For International Development. Dhaka
M A Kashem And M A A Faroque. 2011.  A Country Scenarioes Of Food Security And Governance In Bangladesh.  J. Sci. Foundation, 9(1&2)
Md. Jahan Boksh Moral, Farid Ahammad Sobhani, Ruslan Rainis. 2010. Delphi Technique in Urban Poverty Alleviation in Bangladesh: A Case Study of Rajshahi City. IIUC STUDIES Vol–6.
R. S. Osmani. 2010.Realising the Right to Development in Bangladesh: Progress and Challenges.The Bangladesh Development Studies Vol.XXXIII,Nos. 1&2
Shahabuddin, Q. 2010. The Right to Food: Bangladesh Perspectives. The Bangladesh Development Studies, XXXIII (1 and 2).
Buku
Begum, N. 2001. Enforcement of Safety Regulations in Garment sector in Bangladesh
Jom FISIP Volume 2 No 1 Februari 2015  16

Constitution of The People's Republic of Bangladesh
Duffield, M. The Political Economy of Internal War: Asset Transfer, Complex Emergencies and International Aid  in  J. Macrae and A. Zwi (eds). 1994. War and Hunger: Rethinking International Responses. Zed Press: London.
FAO 2011. FAO AT WORK 2010– 2011 pdf
FAO. 2009. Asian Pasific Food situation update. Economic and Social Department Group (RAPE). FAO Regional Office for Asia and the Pacific.Thailand
FAO. 2010.Initiative on Soaring Food Prices (ISFP).Regional Synthesis of Beneficiary Satisfaction and Impact Assessment Reports for ISFP TCP Projects in Asian Countries. FAO Regional Office for Asia and the Pacific Bangkok, Thailand
FAO. 2011. Representation in Bangladesh. Bangladesh and FAO Achievements and success stories.pdf
FAO. 2013. Basic Texts of the Food and Agriculture Organization of the United Nation, Volume I & II, edition
George, S.1976. How the Other Half Dies: The Real Reasons for World Hunger. Harmondsworth. Penguin.
GoB, and UN. 2005. Millennium Development Goals:
Bangladesh Progress Report. Government of Bangladesh.
Heywood,Andrew. 2011. global politics. Palgrave: Macmillan
John baylis, steve smith. 2001. The Globalization Of World Politics :An Introduction To International Relations Second Edition. Oxford university press,inc. New york
Kirshner, Jonathan, 2006. Globalization and National Security. New York: Routledge.
Little,Richard and Michael Smith. 2006. Perspectives on World Politics, Third Edition. Routledge,Taylor &Francis Group. New York.
Masoed, Mochtar.1990. Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin Dan Metodologi. LP3ES.Jakarta
Rudy, T. May. 2005. Administrasi dan Organisasi Internasional, Refika Aditama. Bandung.
Salmon, C Trevor and Mark F Imber. 2008. Issue In International Relation, 2nd Edition. Routledge Taylor & Francis Group. New York
Sen, Amartya. 1981. Poverty and Famine: An Essay on Entitlements and Deprivation. Oxford. Clarendon Press.
Shahabuddin, Quazi, et.al. 2012. Price Support, Domestic Procurement Programme and Public Stock Management. Bids policy Brief.
Jom FISIP Volume 2 No 1 Februari 2015  17

Zoomers, Annelies. 2011. Food Security Strategies in South and Southeast Asia. The Newsletter No. 58 edisi Autumn/Winter 2011
Website
Ahmed, Tahmeed. 2009. Nutrition and Food Security. Icddrb. diakses dari <http://www.icddrb.org/what-wedo/research/nutrition-and-foodsecurity> diakses tanggal 23 Oktober 2014.
Alfianti, Ririk. 2014. Perang Kemerdekaan Bangladesh. <http:// ryrykyuuya. blogspot.com/2014/03/perangkemerdekaan- bangladesh.html.> diakses tanggal 04 Oktober 2014.
Banglapedia. Asiatic Society of Bangladesh. Di kutip dari “Dampak Globalisasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Asia Selatan”. Pasulina Sidabutar. <http://www.academia.edu/7248 837/Dampak_globalisasi_terhada p_ekonomi_negaranegara_Asia_ Selatan>.  Diakses tanggal 03 November 2014
BBC News, 2010.Bangladesh Court Jails More Guards over Deadly Mutiny, <http : //news.bbc.co.uk/2/hi/8628368.st m> di akses tanggal 03 November 2014
BBC News. 2009. Bangladesh Guard Mutiny Is Over. <http://news.bbc. co.uk/2/hi/7912392.stm>  Tersedia di ONI Country Profile, Bangladesh. di unduh dari http://access.opennet.net/wp
content/uploads/2011/12/ accesscontested-bangladesh.pdf diakses tanggal 03 November 2014
CIA (Central Intelligence Agency)  the world factbook Bangladesh <https://www.cia.gov/library/pub lications/theworldfactbook/geos/bg.html> diakses tanggal 23 Maret 2014
Daily Star. 2008. Next JS Must Review All Ordinances. <http:// www. thedailystar.net/story.php?nid=66 906>  diakses tanggal 03 November 2014
Demeke,  Mulat.  et. al .2009. Food And Agriculture Organization Of The United Nations, Country responses to the food security crisis: Nature and preliminary implications of the policies pursued. <http://www.fao.org/ fileadmin/user_upload/ISFP/pdf_ for_site_Country_Response_to_t he_Food_Security.pdf>.diakses tanggal 22 Maret 2014
Diouf,  Jacques.  Director General Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO). High Food Prices: Causes and Possible Actions available at <http://www.ima.kth.se/utb/MJ1 501/pdf/Engfeldt.pdf.> diakses tanggal 03 April 2014
FAO (Food And Agriculture Organization Of The United Nations). 2008. Project Highlights Bangladesh Emergency Response To Cyclone Sidr And Flood-Affected Farmers Through  Agricultural Input
Jom FISIP Volume 2 No 1 Februari 2015  18

Supply And Foot And Mouth Disease Vaccination For Livestock. <http://www.fao.org/ fileadmin/ user_upload/emergencies/docs/pr ojects/BGD%2008%20001%203 4%20Project%20Highlights.pdf> diakses tanggal 23 oktober 2014
FAO (Food And Agriculture Organization Of The United Nations). Regional Office For Asia And The Pacific. 2009. Asia Pasific Food Situation Update. http://reliefweb.int/sites/reliefweb .int/files/resources/B5DA7435D BF937FE492575CF0023D616Full_Report.pdf  diakses tanggal 03 November 2014
FAO in Emergency. 2007. Bangladesh: agricultural sector devastated in cyclone-hit areas <http://www.fao.org/emergencies /fao-in-action/stories/storiesdetail/en/c/147902/> diakses tanggal 23 oktober 2014
FAO News. 2011. FAO, IFAD and WFP reach 22  million  people with massive EU investment in agriculture. Roma. <http://www.fao.org/ news/ story/ en/item/115616/icode/> diakses tanggal 22 oktober  2014
FAO, Annex 1 Background and context. <http://www.oecd.org/derec/ denmark/49813263.pdf>. diakses tanggal 03 November 2014
FAO. http://www.fao.org.getinvolveUte lefood/en/
FAO. http://www.fao.org/docrep/011/ai 472e/ai472e00.html
FAO/WFP Crop And Food Supply Assessment Mission To Bangladesh . 2008. Special Report. http://www.fao.org/3/aai472e.pdf Diakses tanggal 03 November 2014
Governing Bodies http://www.fao.org/rmfao/govbo dies/gsbhomdsb-home/enl diakses pada tanggal 25 October 2014
Harian Kompas. 2008. 900 Tewas Akibat Gizi Buruk di Bangladesh. Diakses dari<http://nasional.kompas.com/ read/2008/01/28/17283269/900.te was.akibat.gizi.buruk.di.banglade sh> diakses tanggal 04 Oktober 2014
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ Diktat%20sEJARAH%20ASIA% 20SELATAN1I.pdf
IFRC (International Federation Of Red Cross And Red Crescent Societies). 2010. Bangladesh: Cyclone Sidr Final Report Emergency <http://www.ifrc.org/ docs/appeals/07/mdrbd003fr.pdf >. Diakses tanggal 23 Oktober 2014
IRRI (International Rice Research Institute), <http://irri.org/ resources/ publications/ricetoday-magazine/ rice-today-vol9-no2> diakses tanggal 03 November 2014
Jom FISIP Volume 2 No 1 Februari 2015  19

Jaicaf (Japan Association for International Collaboration of Agriculture and Forestry ) 2007, Expert Bulletin for International Cooperation of Agriculture and Forestry  Vol.3, No.1  <http://www.jaicaf.or.jp/ fao/spfs/spfs_eb_0708.pdf >  diakses tanggal 03 November 2014
MDGs (Millennium Development Goals), Bangladesh Progress Report 2008, General Economics Division Planning Commission Government of the People's Republic of Bangladesh
Ministry of Food and Disaster Management and World Food Program  Bangladesh. 2005. Food Security in Bangladesh, Papers presented in the National Workshop. http://www.fao.org/fileadmin/use r_ upload/ISFP/pdf_ for_site_Country_Response_to_t he_Food_Security.pdf   diakses tanggal 22 Oktober 2014
Mujeri, M. and B. Sen. 2002. A Quiet Transition: Some Aspects of the History of Economic Growth in Bangladesh, 1970-2000. (Mimeo.) Paper prepared for the Global Development Network (GDN) project on Explaining Growth. (tersedia di www.gdnet.org.)
Paul, Ruma. 2008. Bangladesh faces hidden hunger, not famine. Dhaka <http://in.reuters.com/article/200 8/04/04/idINIndia32845920080404> diakses tanggal 12 April 2014
Proc. Growth of Garment Industry in Bangladesh: Economic and Social dimension
Rahman, S. 2004. Global Shift: Bangladesh Garment Industry in Perspective. Asian Affairs 26 (1)
Sunita Paul. 2008. Silent Famine Hits Bangladesh <http://www. global politician. com/ default.asp?24402-bangladesh>  diakses tanggal 12 April 2014
Water Aid global <http://www.wateraid.org/wherewe-work/page/bangladesh global>  diakses tanggal 23 Maret 2014
WFP NEW. 2008. Food needs persist in cyclone-affected areas in Bangladesh. <https://www.wfp.org/news/news -release/food-needs-persistcyclone-affected-areasbangladesh.> diakses tanggal 03 November 2014
World Bank, 2008. “Poverty Assessment for Bangladesh: Creating Opportunities and Bridging the East-West Divide”.

No comments:

Post a Comment