Wednesday 23 August 2017

Artikel 2 : Krisis Makanan

PERANAN WORLD FOOD PROGRAMME (WFP) DALAM MENANGANI KRISIS PANGAN DI SURIAH



SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Oleh :

OLVIE TRYANI PONTOH
E131 12 004


DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016


2

ABSTRAKSI

Olvie Tryani Pontoh, Peranan World Programme (WFP) dalam Menangani Krisis Pangan di Suriah. Di bawah bimbingan Adi Suryadi selaku Pembimbing I dan Pusparida Syahdan selaku Pembimbing II, jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk peranan WFP dalam menangani krisis pangan di Suriah dan untuk mengetahui apa saja hambatan yang dihadapi Suriah dalam menangani krisis pangan di Suriah. Metode penelitian dalam tulisan ini menggunakan studi kepustakaan (library research), data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara kualitatif dan didiukung dengan data kuantitatif untuk memperoleh hasil yang bersifat deskriptif analitik.  
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa WFP berhasil mencapai 97% atau sekitar 3.7 juta orang tiap bulannya sebagai penerima bantuan pangan di Suriah dan 1.5 juta pengungsi tiap bulannya di negara tetangga. Program e-card di daerah pengungsi juga telah menugntungkan perekonomian lokal negara tetangga hingga US$3 miliar. Namun dalam melaksanakan programnya, WFP menghadapi berbagai hambatan yaitu masalah keamanan jalur dan kurangnya dana untuk memenuhi seluruh target penerima bantuan.
Kata Kunci : WFP, Suriah, Krisis Pangan
















3


ABSTRACT

Olvie Tryani Pontoh. World Food Programme (WFP)’s Role in Addressing the Food Crisis in Syria.  Under the guidance of Adi Suryadi as the first advisor and Pusparida Syahdan as the second advisor, Department of International Relations, Faculty of Social and Political Sciences, Hasanuddin University.
This study aims to know the form of WFP's role in addressing the food crisis in Syria and to find out what are the challenges in handling the food crisis in Syria. The research method in this paper uses literature study (library research), the data obtained were processed and analyzed qualitatively and supported by quantitative data to obtain results that are descriptive analytic.
The results of this research showing that the WFP managed to reach 97% or about 3.7 million people each month as beneficiaries of food aid in Syria and 1.5 million refugees in neighboring countries monthly. E-card program in the area of refugees has also benefited the local economy of neighboring countries up to US $ 3 billion. However, in implementing the program, WFP faced a variety of challenges such as security issues and lack of funds to meet all the intended beneficiaries.
Keywords: WFP, Syria, Food Crisis
















4


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Di era global saat ini, berbagai macam konflik yang terjadi di berbagai
wilayah baik itu antara pemerintah dengan kelompok pemberontak, perang sipil,
atau bahkan antara warga sipil dan penduduk militan telah merusak kelangsungan
agrikultur dan produksi pangan secara berkelanjutan. Pertempuran yang terjadi juga
memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka, yang mengarah ke keadaan
darurat kelaparan dan membuat para  pengungsi tidak memiliki sarana untuk
memenuhi kebutuhan makanan mereka sendiri. Dalam perang, makanan kadang
kadang menjadi senjata. Tentara akan membuat lawannya kelaparan dengan
merebut atau menghancurkan stok makanan dan merusak sistem pasar lokal. Lahan
yang ditambang oleh dan sumur air yang terkontaminasi, akan memaksa petani
untuk meninggalkan rumah dan tanah mereka.
 Dunia internasional tentu tidak membiarkan kelaparan yang terjadi hampir
di seluruh penjuru dunia terutama di daerah konflik ini terus berlangsung.
Pemerintah dunia hingga Non Government Organization (NGO) berusaha untuk
membantu mengatasi krisis pangan. Sebuah Organisasi Non-Profit, The Borgen
Project kemudian mengeluarkan data 5 Organisasi Internasional terbaik yang
bergerak dalam bidang Human Assistance terutama food-aid1:
                                                             1 Sunny Bhatt. 2014. Top 5 Humanitarian Aid Organizations diakses melalui http://borgenproject.org/5-top-humanitarian-aid-organizations/ pada tanggal 23 Mei 2016


5


1. World Food Programme (WFP)
Organisasi ini merupakan bagian dari sistem U.N. dan merupakan lembaga
kemanusiaan yang terbesar dalam memerangi kelaparan di seluruh dunia.
Setiap tahun, WFP berhasil mencapai 90 juta orang dengan bantuan pangan
di hampir 80 negara. Pada 2012, WFP menyediakan 53 persen dari bantuan
pangan global dan mendistribusikan 3,5 juta ton makanan.
2. Cooperative for Assistance and relief Everywhere (CARE)
CARE adalah sebuah organisasi yang didedikasikan untuk memerangi
kemiskinan global. Organisasi ini memimpin upaya yang berbasis
masyarakat untuk meningkatkan pendidikan dasar, mencegah penyebaran
penyakit, meningkatkan akses ke air bersih dan sanitasi, memperluas
kesempatan ekonomi, dan melindungi sumber daya alam. CARE juga
menyediakan bantuan darurat untuk perang dan bencana alam. Mereka telah
mendukung dekat dengan 1000 pembangunan melawan kemiskinan dan
proyek-proyek bantuan kemanusiaan.
3. Oxfam International
Oxfam adalah konfederasi internasional dari 17 organisasi yang bekerja di
sekitar 90 negara di seluruh dunia untuk mencari solusi untuk kemiskinan
dan ketidakadilan yang terkait di seluruh dunia. Mereka fokus pada isu-isu
kewarganegaraan aktif, pertanian, pendidikan, keadilan gender, kesehatan,
perdamaian dan keamanan dan penjangkauan anak muda. Melalui proyek
advokasi, kampanye, penelitian kebijakan dan pengembangan, Oxfam terus
mengubah kehidupan banyak orang menjadi lebih baik.


6


4. International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC)
IFRC adalah jaringan kemanusiaan terbesar di dunia, mencapai 150 juta
orang di 189 National Societies. Jaringan relawan mereka yang luas
mencapai dari 13 juta memungkinkan mereka untuk mengatasi masalah
masalah di empat bidang utama: tanggap bencana, kesiapsiagaan bencana,
pelayanan kesehatan dan masyarakat dan mempromosikan nilai-nilai
kemanusiaan inklusi sosial dan perdamaian.
5. Action Against Hunger (AAH)
AAH adalah organisasi kemanusiaan global yang berkomitmen untuk
mengakhiri kelaparan dunia, bekerja untuk menyelamatkan nyawa anak
anak kurang gizi sambil memberikan masyarakat  akses ke air yang aman
dan solusi berkelanjutan untuk memerangi kelaparan. Pada tahun 2012,
AAH menyediakan alat tani untuk 550.000 petani kecil , merawat 42.000
anak kurang gizi di Republik Demokratik Kongo dan membantu 170.000
orang mendapatkan akses air bersih di Kenya.
 Dari daftar organisasi kemanusiaan di atas, WFP merupakan yang terbesar
dalam menangani masalah pangan. WFP sendiri telah menyediakan bantuan untuk
banyak negara terutama yang berada di dalam situasi konflik dan rentan dalam
mengalami krisi pangan seperti yang terjadi di Republik Afrika Tengah. Negara ini
sedang mengalami transisi genting, setelah dua tahun konflik sipil yang mengancam
eksistensi negara. Krisis yang dimulai ketika pemberontak koalisi Séléka
menyerang negara tersebut pada akhir 2012 dan menewaskan ribuan orang.
Kekerasan antara Kristen dan Muslim minoritas makin marak. Dari sekitar 4,4 juta


7

populasi, 600.000 menjadi pengungsi dan setengah juta melarikan diri2.
Pertempuran terus terjadi, negara yang kaya sumber daya tetapi pembangunannya
terbilang menantang akibat terkurung daratan, di mana lembaga-lembaganya rapuh
dan layanan dasar yang tersedia langka. Hingga hari ini, kekerasan terus terjadi
ketika negara tersebut berjuang untuk membangun kembali infrastruktur dan
perekonomian mereka. Kelompok pemberontak menguasai sebagian wilayah, juga
berlangsungnya ketegangan politik dan agama yang tinggi.
 Di wilayah ini, WFP telah menyediakan bantuan makanan untuk lebih dari
923.000 orang pada tahun 2015, selain mendistribusikan makanan untuk penduduk
dan pengungsi yang terkena dampak dari konflik yang masih berlangsung, WFP
juga memberikan bantuan makanan tambahan untuk keluarga dengan anak-anak
yang berusia 6-23 bulan, layanan pengobatan untuk anak-anak berusia 6-59 bulan
yang mengalami kekurangan gizi akut serta untuk ibu hamil dan menyusui. Sebagai
tambahan, WFP bekerjasama dengan UN Humanitarian Air Service (UNHAS) juga
menyediakan transport ke 28 tujuan dari humanitarian community ke daerah-daerah
yang sulit diakses karena masalah keamanan, infrastruktur yang kurang memadai
atau akibat banjir. Transportasi tersebut dapat menampung rata-rata 28.000
penumpang perbulan dan 27,5 metrik ton kargo yang berisi bahan makanan dan
bantuan kemanusiaan lainnya yang diperlukan3.
Hal serupa juga terjadi di Afghanistan. Afghanistan menghadapi tantangan
untuk melakukan pemulihan besar-besaran setelah tiga dekade perang, kerusuhan
                                                             2 WFP. 2014. Central African Republic diakses melalui  http://www.wfp.org/countries/centralafrican-republic pada tanggal  24 mei 2016 3 WFP. 2015. Central African Republic: WFP Country Brief. Diakses melalui http://documents.wfp.org/stellent/groups/public/documents/ep/wfp272236.pdf pada tanggal 20 April 2016


8

sipil dan bencana alam yang berulang. Meskipun ada kemajuan baru-baru ini, jutaan
warga Afghanistan masih hidup dalam kemiskinan yang parah dengan infrastruktur
runtuh dan kerusakan lingkungan. Secara  kasar, negara yang terkurung daratan ini
tetap menjadi salah satu yang termiskin di dunia, dengan hidup lebih dari setengah
populasi di bawah garis kemiskinan.
Menghadapi hal ini, WFP telah bekerja terus menerus di Afghanistan sejak
19634, dan aktif di seluruh 34 provinsi di sana. Dalam beberapa tahun terakhir,
fokus WFP telah bergeser dari bantuan darurat untuk rehabilitasi dan pemulihan.
WFP membantu hampir 3,5 juta orang pada 2013, terutama di daerah terpencil,
yang mengalami krisis pangan di daerah pedesaan. Bantuan pangan WFP
menargetkan penduduk  miskin dan keluarga yang rentan, sekolah, orang buta
huruf, pengungsi yang kembali, Internally Displaced People (IDP) dan orang-orang
cacat,  dengan penekanan pada perempuan dan anak-anak. Program-program utama
yang dilakukan WFP dalam menyalurkan bantuan seperti School Meals, jatah Take
home untuk anak sekolah agar tetap semangat belajar, dan Food-for-training untuk
para wanita, dan Food-for-work untuk laki-laki.
Namun tidak selamanya hanya negara yang hidup di bawah garis
kemiskinan seperti di Afghanistan dan wilayah Afrika yang mengalami krisis
kemanusiaan terutama pangan. Negara kaya minyak, Irak telah menyaksikan
sendiri bagaimana potensi ekonomi mereka dibatasi oleh konflik yang terus
berulang. Dalam beberapa tahun terakhir, 3,3 juta orang telah terkena dampaknya
dan kini mengungsi. Konflik itu telah menimbulkan rasa tidak aman,pembangunan
                                                             4WFP. 2015. Afghanistan Operations. diakses melalui http://www.wfp.org/countries/afghanistan, pada tanggal 17 April 2015


9

terus mengalami hambatan, dan diperburuk kerentanan penduduknya dalam hal
kemanusiaan5.
Banyak orang Irak telah mencari perlindungan di negara-negara tetangga
dan di Eropa. Meskipun kondisi yang csangat merugikan, penduduk Irak telah
berkembang pesat menjadi sekitar 36 juta, hidup di daerah permukaan seluas
437.000 km persegi yang berkisar dari pegunungan ke gurun. Dengan cadangan
hidrokarbon terbesar keempat di dunia, sektor minyak mendominasi perekonomian.
Namun Irak masih terus mengalami akibat dari konflik yang terus menerus dan
perselisihan politik, serta  kurangnya investasi dan harga komoditas yang merosot.
Kekerasan dan kesulitan ekonomi membuat jutaan rakyat Irak yang sangat
membutuhkan bantuan makanan.
Situasi kemanusiaan terus memburuk. Kebanyakan pengungsi hidup tanpa
akses yang memadai untuk makanan, air dan kebutuhan lainnya. Selain itu,
diperkirakan seperempat dari satu juta pengungsi Suriah telah mencari
perlindungan di Irak utara, menambah kebutuhan akan sumber daya yang terbatas.
Secara keseluruhan, 2,4 juta orang memerlukan bantuan makanan di Irak; 10 juta
memerlukan bantuan kemanusiaan secara umum. Namunke tidakamanan membuat
akses untuk aktor kemanusiaan makin sulit dijangkau.
Dalam menghadapi perpindahan massa dari kota-kota besar di Irak, seperti
Mosul dan Ramadi, WFP membantu sekitar 1,5 juta orang per bulan di 18 wilayah,
termasuk daerah yang sulit dijangkau. bantuan ini didistribusikan dalam bentuk
                                                             5WFP. 2015. Iraq Operations. diakses melalui http://www.wfp.org/countries/iraq pada tanggal 18 April 2015


10

parsel makanan bulanan untuk keluarga yang memiliki akses ke fasilitas tempat
memasak, voucher makanan yang bisa ditukar ke toko-toko lokal, dan makanan
ready-to-eat yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga yang akan melakukan
perjalanan yang cukup untuk tiga hari. Sejak Juli 2012, WFP juga telah memberikan
bantuan makanan kepada pengungsi Suriah yang mengungsi ke Irak. Di daerah di
mana keamanan dan kapasitas pasar mendapatkan izin, sekitar 50.000 pengungsi
Suriah mendapat manfaat dari jatah makanan bulanan dan program voucher di Irak.
Selain akibat konflik, banyak faktor lain yang juga dapat menjadi pemicu
kurangnya pasokan makanan seperti yang terjadi di wilayah Afrika dan Timur
Tengah seperti yang dikemukakan oleh sebuah LSM Internasional, Trust
Organization yaitu 6 :
1. Kemiskinan
Pada dasarnya, alasan mengapa seseorang tidak dapat memberi makan
dirinya sendiri bukan karena makanan tidak tersedia, tetapi mereka tidak mampu
untuk membelinya.
2. Bencana Alam
Dampak dari bencana alam seperti kekeringan, banjir, badai dan gempa
bumi dapat bervariasi sesuai dengan tingkat kemiskinan dari masyarakat itu sendiri.
Membangun kembali insfrastruktur dan sektor pertanian dan perkebunan yang
rusak akibat bencana alam menjadi salah satu faktor terjadinya krisis.
                                                             6Thomson Reuters. 2014. What Causes Hunger. diakses melalui http://www.trust.org/spotlight/What-creates-food-crises, pada tanggal 17 April 2015


11


3. Konflik
Konflik dapat mendorong orang-orang menjauh dari rumah mereka dan jauh
dari pasokan makanan normal mereka, membuat mereka tidak mampu membayar
makanan atau menyebabkan mereka tidak dapat bercocok tanam. Korban konflik
mungkin kehilangan pendapatan mereka dan karena itu tidak dapat membeli
makanan. Persediaan makanan dapat terganggu oleh pertempuran atau blokade
yang disengaja.
4. Harga makanan Global
Kenaikan harga pangan dunia berpengaruh pada kemampuan masyarakat
untuk memberi makan keluarga mereka. Menurut Food and Agriculture
Organization (FAO) harga pangan dunia telah meningkat terus sejak tahun 2002,
dengan kemajuan yang dramatis pada tahun 2007. Harga pangan telah meningkat
83 persen sejak tahun 2005. Kenaikan tajam pada harga sereal, susu, beras, kedelai,
minyak sayur, daging dan gula, memiliki dampak langsung pada harga produk
makanan di rak-rak toko dan di pasar-pasar kecil di seluruh dunia.
5. Penyakit
Penyakit dapat mendorong kekurangan pangan di berbagai cara.Pandemi
HIV / AIDS di Afrika Selatan telah menyebabkan kekurangan pangan baik melalui
membunuh petani, menghancurkan kearifan lokal yang penting dan mendorong
keluarga menjadi lebih miskin, sehingga mengurangi kemampuan mereka untuk
berkembang dan menghasilkan makanan.


12


6. Keadaan Darurat Kompleks
Hampir semua krisis pangan terjadi karena campuran beberapa penyebab di
atas, dengan faktor-faktor yang berbeda dan menghasilkan keadaan darurat yang
lebih kuat dan serius. Pada tahun 2010 dan 2011, Ethiopia, Kenya dan Somalia yang
hampir sama dipengaruhi oleh kekeringan dan gagal panen. Tapi di Somalia,
dampak kekeringan itu diperparah dengan kurangnya pemerintahan yang berfungsi
dan oleh konflik yang menghambat strategi mengatasi kekeringan secara tradisional
dan memberi kesulitan bagi lembaga bantuan untuk mencapai daerah yang paling
rentan. Krisis pangan dan kelaparan dinyatakan pada tahun 2011, dan diperkirakan
260.000 orang meninggal. Krisis pangan yang melanda Afrika Selatan pada tahun
2003 dan 2005, membuat para volunteer menyebut penyebab kelaparan yang terjadi
sebagai "triple threat" yaitu dampak gabungan dari cuaca buruk yang berkembang,
tingkat HIV yang tinggi dan peningkatan kemiskinan.
Selain 3 negara yang telah disebutkan di atas, Suriah, merupakan salah satu
yang mengalami krisis kemanusiaan khususnya pangan dengan indeks terparah.
Sejak tahun 20067, Suriah dilanda empat tahun berturut-turut kekeringan yang
mengakibatkan gagal panen. Hal ini berdampak pada gagal panen secara besar
besaran terhadap petani-petani di Suriah. Kegagalan panen diperparah dengan
adanya konflik sipil yang muncul pada tahun 2011 yang dimulai dengan
demonstrasi menuntut pengunduran diri Presiden Bashar Al-Assad yang kemudian
                                                             7Joshua J .Mark. 2014.  Syria-Ancient History Encyclopedia diakses melalui www.ancient.eu/syria/ pada tanggal 16 April 2015


13

berubah menjadi kekerasan ketika pemerintah Suriah mulai menggunakan
kekerasan secara brutal untuk menghentikan para pengunjuk rasa.
Konflik ini tidak hanya menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit tetapi
warga Suriah juga mengalami kesulitan pangan, kelangkaan bahan bakar, dan
mengeluhkan berkurangnya pendapatan. Sektor pertanian Suriah pun mengalami
kegagalan senilai US $1,8  miliar8 pada tahun 2011 akibat konflik dan jumlah orang
miskin di Suriah kian meningkat akibat harga bahan makanan yang terus naik
secara signifikan bahkan terlalu tinggi mencapai 50% . Perekonomian yang bernilai
sekitar $60  miliar, sejak 2011 nilainya menyusut 35-40%9 . Pada tahun 2011
populasi Suriah berjumlah hanya di bawah 22 juta orang. Pada bulan Agustus 2015
PBB memperkirakan bahwa 250.000 orang telah tewas dalam perang. Pada awal
2016, 4,6 juta warga telah meninggalkan negara ini danmenjadi pengungsi, dan
mereka yang tetap di Suriah, sekitar13,5 juta orang membutuhkan bantuan
kemanusiaan. 6 juta dari mereka anak-anak, 1,5 juta penyandang cacat, 4,5 juta
berada di lokasi yang sulit dijangkau, dan hampir setengah juta terperangkap di
daerah terkepung, 6,5 juta dari mereka adalah pengungsi10.
PBB telah menetapkan Level 3 Emergency  untuk Suriah, dan melihat WFP
merupakan badan bantuan pangan terbesar, dengan pencapaian yang terbilang
sukses dan sangat membantu di daerah-daerah konflik, maka penulis ingin melihat
bagaimana peranan WFP di negara dengan status pangan yang sangat
                                                             8 David Butter. 2015. Syria’s Economy: Picking up the Pieces diakses melalui https://www.chathamhouse.org/sites/files/chathamhouse/field/field_document/20150623SyriaEcon omyButter.pdf . pada tanggal 16 April 2015 9 Ibid 10 http://www.wfp.org/countries/syria diakses pada tanggal 17 April 2015


14

memprihantinkan ini. Untuk itu, penulis memilih penelitian dengan judul “Peranan
World Food Programme (WFP) dalam Menangani Krisis Pangan di Suriah”
B. Batasan dan Rumusan Masalah Krisis pangan Suriah merupakan proses penurunan asupan pangan dan gizi
pada masyarakat Suriah akibat gagalnya hasil panen pertanian dan perkebunan
karena selama 4 tahun (2007-2011) akibat kekeringan. Serta diperparah adanya
konflik yang menyebabkan sulitnya akses dari negara-negara luar untuk
mengekspor bahan-bahan kebutuhan pangan masyarakat Suriah, sehingga
menyebabkan kenaikan harga mencapai 50% dan itu jauh diatas kemampuan daya
beli masyarakat Suriah karena pendapatan tidak mengalami kenaikan seperti
kenaikan harga bahan-bahan pangan.
Oleh karena kondisi diatas World Food Programme (WFP) dengan sigap
dan cepat bergerak ke Suriah untuk memberikan bantuan kemanusiaan dalam
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Suriah. WFP adalah sebuah organisasi
lembaga kemanusiaan yang memberikan bantuan pangan dalam keadaan darurat.
Keterlibatan WFP di Suriah karena merupakan suatu misi dari WFP dalam
memberikan bantuan kemanusiaan disaat kondisi darurat yang terjadi. Prinsip
penanganan WFP adalah prinsip penyelamatan dan reaksi secara cepat. Dengan
adanya pangan yang cukup akan menggerakkan roda perekonomian dan aktivitas
aktivitas lainnya sehingga pada akhirnya hal tersebut akan membantu kondisi
ekonomi masyarakat yang terkena bencana kelaparan. Dalam menangani krisis
pangan di Suriah dimana WFP dijadikan sebagai wadah untuk untuk dapat
menyalurkan bantuan pangan dan sebagai arena untuk mendiskusikan masalah


15

krisis pangan yang terjadi sehingga mendapatkan jalan untuk mengatasi krisis
pangan tersebut.
Untuk itu, penulis merumuskan dua pertanyaan penelitian sebagai rumusan
masalah dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana bentuk peranan WFP dalam menangani krisis pangan di Suriah?
2. Apa-apa saja hambatan yang dihadapi WFP dalam menangani krisis pangan
di Suriah?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian di atas bertujuan untuk:
a. Mengetahui bentuk peranan WFP dalam menangani krisis pangan di
Suriah
b. Mengetahui hambatan-hambatan yang dhadapi WFP dalam menangani
krisis pangan di Suriah
2. Kegunaan
a. Untuk memberikan sumbangan pengetahuan dan informasi mengenai
bagaimana program WFP dalam menangani krisis pangan di Suriah
b. Untuk memberikan informasi bagi pengkaji Hubungan Internasional
khususnya yang tertarik pada Organisasi Internasional



16

D. Kerangka Konsep
1.  Konsep Peran Organisasi Internasional  Apabila suatu negara menghadapi krisis pangan, peran organisasi
internasional sangat diperlukan untuk membantu menangani krisis yang terjadi di
negara tersebut. Organisasi internasional merupakan konsep yang dibawa oleh
perspektif liberalisme. Perspektif liberalisme, yang memandang bahwa hakikat dari
manusia adalah baik dan percaya bahwa perdamaian abadi (perpetual peace)dapat
diwujudkan melalui kerjasama. Perspektif ini menganggap bahwa masalah-masalah
di dunia internasional termasuk krisis pangan dapat diatasi dengan membentuk
suatu kerjasama dan dengan mendirikan organisasi internasional.
 Pandangan liberalis lebih menekankan kepada pemikiran yang positif dan
optimis yang pada dasarnya ada pada diri manusia,  tidak suka berkonflik dan mau
bekerja sama serta memakai rasionalitas serta hal-hal yang masuk akal dalam
menghadapi suatu permasalahan atau perdebatan yang sedang terjadi. Sehingga
tidak ada kerugian yang didapatkan jika terjadi permasalahan-permasalahan
internasional yang melibatkan adanya suatu kondisi dimana kedua belah pihak
mendapati kejanggalan dalam penyelesaiannya. Karena pandangan liberalis
mengedepankan interdependensi dan kerjasama.
Perspektif ini menganggap bahwa masalah-masalah di dunia internasional
dapat diatasi dengan membentuk suatu kerjasama dan dengan mendirikan
organisasi internasional.  Evans dan Newnham mendefinisikan organisasi


17

internasional sebagai suatu institusi formal yang dibentuk dari adanya perjanjian
antar aktor-aktor di dalam hubungan internasional.11
Pendapat lain dikemukakan oleh Teuku May Rudy, beliau mendefinisikan
organisasi internasional sebagai:
 “Pola kerjasama yang melintasibatas-batas negara dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan/diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non pemerintah pada dasar negara yang berbeda”12.
 Menurutnya, peran Organisasi Internasional adalah wadah atau forum
untuk menggalang kerjasama serta untuk mengurangi intensitas konflik antar
sesama anggota, sebagai sarana perundingan untuk menghasilkan keputusan
bersama yang saling menguntungkan dan ada kalanya bertindak sebagai lembaga
yang mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan (antara lain kegiatan
sosial kemanusiaan, bantuan untuk pelestarian lingkungan hidup, pemugaran
monumen bersejarah, peace keeping, operation, dll).
Organisasi internasional terbagi atas dua kategori utama yaitu Inter
Governmental Organization (IGO) dan Non- Governmental Organization (NGO).
IGO adalah organisasi yang didirikan beberapa negara untuk mencapai tujuan
bersama. IGO pada proses kerjanya lebih dominan melakukan kerja-kerja yang
mengarah kepada pembentukan konsensus, sedangkan NGO lebih mengarah ke
kerja-kerja yang sifatnya teknis. Ciri-ciri IGO adalah dibentuk oleh dua negara atau
                                                             11Citra Hennida. 2015. Rezim dan Organisasi Internasional.Malang: Intrans Publishing. Hal.7 12Teuku May Rudy.2005. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: Refika Aditama. hal 3-4.


18

lebih, bersidang secara teratur, mempunyai sifat yang tetap dan keanggotaannya
sukarela. Melihat dari keanggotaan dan tujuan yang dimiliki, WFP termasuk dalam
IGO, dan keanggotaannya umum dengan tujuan terbatas (general membership and
limited purpose13 ).  WFP sebagai salah satu organisasi internasional berperan
sebagai mediator dari pemerintah dunia dan juga pihak swasta dalam menyalurkan
bantuan pangan kepada negara yang membutuhkan, dalam hal ini krisis pangan
yang tengah berlangsung di Suriah.
Sedangkan definisi dari NGO memiliki gambaran yang sangat beragam,
heterogen dengan tujuan, struktur dan motivasi yang sangat bervariasi. Vakil
mendefinisikan NGO sebagai self-governing, swasta, organisasi non profit  yang
ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup orang yang kurang beruntung14. NGO
merupakan istilah yang mencakup beragam organisasi. NGO bisa merupakan
lembaga swasta yang mendukung pembangunan internasional, atau kelompok
agama atau kelompok adat yang terorganisir secara nasional maupun regional.
 Keberadaan NGO dapat menjadi kelompok masyarakat yang meningkatkan
kesadaran dalam mempengaruhi suatu kebijakan pemerintah. Berbagai assosiasi
amal dan agama yang memobilisasi dana swasta dan menggunakannya untuk
pengembangan masyarakat juga dapat dikatakan NGO. Organisasi internasional
dapat dikatakan sebagai INGO menurut The Union of International Associations
adalah ketika:
1. Unit kegiatannya mencakup di minimal tiga negara;
                                                             13Kelly Kate Pease. 2000. International Organization : Perspective on Governance in Twentieth First Century.New Jersey: Prentice Hall. hal. 276. 14Citra Hennida. 2015. Rezim dan Organisasi Internasional. Malang: Intrans Publishing. Hal.60


19

2. Keanggotaannya terbuka dan sekurangnya berasal dari tiga negara;
3. Adanya anggaran dasar yang juga mengatur pergantian kepengurusan
secara berkala untuk menghindari pengisian jabatan yang hanya
berdasarkan satu negara saja; dan
4. Pendanaan yang ditanggung oleh sekurangnya tiga negara.
2. Konsep Ketahanan Pangan (Food Security) dan Krisis Pangan  Ketahanan pangan menjadi salah satu fokus yang cukup krusial di mata
global baik oleh pemerintah mapun organisasi-organisasi internasional. Ketahanan
pangan didefinisikan pada World Food Summit 1974 sebagai :“Availability at all
times of adequate world food supplies of basic foodstuffs to sustain a steady
expansion of food consumption and to offset fluctuations in production and
prices”15 Krisis pangan terjadi karena ketidak mampuan memenuhi standar
ketahanan pangan yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat
dikawasan tertentu baik secara kualitas maupun kuantitasnya untuk hidup sehat,
aktif dan produktif.
Krisis pangan identik dengan food security (ketahanan pangan). Dengan
tercapainya food security, maka krisis pangan akan teratasi. Pada tahun 1986,
laporan dari World Bank yaitu “Kemiskinan dan kelaparan terfokus pada dinamika
temporal krisis pangan. Yang memperlihatkan perbedaan yang dapat diterima
secara luas antara krisis pangan kronis, terkait dengan masalah yang berkelanjutan
yang biasa disebut kemiskinan struktural dan pendapatan rendah, dan krisis pangan
sementara terkait tekanan yang intens yang diakibatkan oleh bencana alam, krisis
                                                             15 United Nations. 1975. Report of the World Food Conference, Rome 5-16 November 1974. New York.


20

ekonomi, atau konflik. Konsep ketahanan pangan ini selanjutnya dijabarkan dengan
istilah : “Access of all people at all times to enough food for an active, healthy life”.
Selanjutnya, pada tahun 1996, World Food Summit kembali
menyempurnakan definisi dari ketahanan pangan sebagai :
“Food security, at the individual, household, national, regional and global levels [is achieved] when all people, at all times, have physical and economic access to sufficient,safe and nutritious food to meet their dietary needs and food preferences for an active and healthy life” 16.

Definisi dari ketahanan pangan ini kemudian kembali di deklarasikan pada
The State of Food Security tahun 2001 sebagai :
“Food security [is] a situation that exists when all people, at all times, have physical, social and economic access to sufficient, safe and nutritious food that meets their dietary needs and food preferences for an active and healthy life”17.

Ketahanan pangan dapat tercapai ketika semua orang di tiap waktu,
memiliki kondisi fisik, sosial, dan ekonomi yang cukup, makanan yang bergizi dan
aman yang memenuhi kebutuhan gizi mereka dan pilihan makanan untuk
kehidupan yang aktif dan sehat. Ketahanan pangan rumah tangga adalah aplikasi
dari konsep ini pada tingkat keluarga, dengan tiap-tiap anggota keluarga sebagai
fokus dari kepentingan ini. Sedangkan krisis pangan terjadi ketika individu tidak
memiliki kondisi fisik, sosial dan ekonomi yang memadai untuk mengakses
makanan seperti yang telah dijabarkan.

                                                             16 FAO. 1996. Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit Plan of Action. World Food Summit 13-17 November 1996. Rome. 17 FAO. 2002. The State of Food Insecurity in the World 2001. Rome.


21

E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian  kualitatif
dengan menggunakan teori yang telah dipaparkan pada sub-bagian
kerangka teoritis sebagai dasar acuan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Library Research untuk
mendapatkan data-data yang dibutuhkan. Data-data dapat didapatkan
melalui buku, jurnal, dokumen, artikel serta berbagai media lainnya seperti
internet, majalah ataupun surat kabar harian. Bahan-bahan teresebut dari
beberapa tempat yang akan penulis kunjungi, yaitu Perpusatakaan Pusat
Universitas Hasanuddin di Makassar
3. Jenis Data
Jenis data yang akan digunakan oleh penulis adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi literatur. Seperti
buku, jurnal, artikel, situs internet, majalah, surat kabar, maupun lembaga
lembaga terkait. Adapun data yang dibutuhkan adalah data yang berkaitan
langsung dengan penelitian penulis tentang peranan World Food
Programme (WFP) dalam menangani krisis pangan di Suriah.
4. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif dengan tujuan
untuk menjelaskan fenomena-fenomena sosial tertentu secara sistematis,
aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat, serta hubungannya.



22

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG WORLD FOOD PROGRAMME (WFP) DAN KRISIS PANGAN DI SURIAH
A. Profil World Food Programme (WFP) Manusia hidup di dunia ini memerlukan bantuan orang lain. Oleh karena
itu, manusia yang hidup memerlukan kerjasama.  Hidup berdampingan dengan
damai, namun dalam pencapaian tujuannya kadang-kadang terjadi benturan
kepentingan. Hal seperti ini terjadi pula pada negara yang ingin bekerjasama
dengan negara lain namun adakalanya benturan kepentingan tidak dapat
terhindarkan.
Benturan kepentingan ini dapat menimbulakan perang antar bangsa. Setiap
peperangan yang terjadi kemudian menimbulkan kehancuran yang bahkan dapat
melenyapkan suatu bangsa atau negara. Upaya yang dilakukan untuk menghindari
peperangan yang mengancam kehidupan manusia, diusahakan dengan membentuk
suatu lembaga perdamaian yang merupakan persatuan seluruh bangsa atas dasar
kehendak bebas negara masing-masing. Untuk dapat bersama-sama menjaga dan
menjamin keamanan dan ketertiban bersama.
Berdasarkan pemikiran tersebut, setelah Perang Dunia I (1914-1919) yang
berakhir dengan dibentuknya Perjanjian Versailles 1919 antara pihak yang
berperang yaitu Jerman Raya, Austria, Turki Raya dan Inggris, serta Prancis, maka
terbentuklah Liga Bangsa-Bangsa  atau League of Nations18. Woodrow Wilson
                                                             18 T. May Rudy. 2009. Administrasi & Organisasi Internasional. Bandung: Refika Aditama. Hal.43


23

(Presiden AS) kemudian mensponsori pembentukan League of Nations  ini yang
berdiri secara resmi pada  tanggal 10 Januari 1920 yang berkedudukan di Swiss.
Tujuan yang tercantum dalam piagam dasar LBB antara lain :
1. Menghindarkan peperangan;
2. Berusaha menyelesaikan segala bentuk persengketaan secara damai; dan
3. Memberi kesempatan hubungan antar negara yang terbuka dan adil serta
untuk memajukan kerjasama ekonomi, budaya, sosial dan pendidikan.
Namun LBB sebagai organisasi perdamaian dunia tidak bertahan lama
karena dua puluh tahun kemudian ternyata LBB tidak mampu bertindak terhadap
negara-negara yang melanggar piagam dan akhirnya perdamaian dunia tidak dapat
dipertahankan lagi. Walaupun LBB mengalami kegagalan, namun lembaga ini
merupakan cikal bakal lahirnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mucul
saat Perang Duni II sedang berkecamuk. Dua negarawan yaitu Winston Churcill
(Perdana Menteri Inggris) dan FD Roosevelt (Presiden Amerika Serikat)
mengadakan pertemuan pada tanggal 14 Agustus 1941 di perairan New Foundland
di Samudra Atlantik yang menghasilkan suatu piagam yang merupakan suatu
deklarasi tentang hak kebebasan, kemerdekaan dan perdamaian dunia19. Piagam
yang kemudian dikenal sebagai Atlantic Charter tersebut berisi antara lain yaitu :
1. Tidak dibenarkan adanya perluasan daerah sesamanya.
                                                             19 Ibid,. Hal 45


24

2. Segala bangsa berhak untuk menentukan bentuk pemerintahannya dan
menentukan nasibnya.
  3. Semua negara berhak turut serta dalam perdagangan dunia.
4. Mengusahakan perdamaian dunia yang membuat setiap bagsa dapat  
hidup bebas dari rasa takut dan bebas dari kemiskinan.
Demikianlah Piagam Atlantik kemudian menjadi dasar-dasar pertama
dalam usaha pembentukan PBB. Setelah itu diadakanlah Deklarasi PBB
(Declaration by United Nations) yang ditandatangani pada  tanggal 1 Januari 1942
oleh wakil-wakil 26 negara di Washington. Istilah PBB muncul dalam usulan
Presiden Roosevelt dari Amerika Serikat.
Selanjutnya diadakanlah beberapa konfrensi terkait pembentukan PBB
yaitu Konferensi Moskow (30 Oktober 1943), Konferensi Teheran (1 Desember
1943), Konferensi Dumbarton Oaks (21-28 Agustus 1944) dan terakhir Konferensi
San Fransisco (25 April 1945) yang  dikenal sebagai The United Nations
Conference of International Organization20.
Pada tanggal 25 Juni 1945 seluruh Piagam PBB disetujui secara bulat dan
esok harinya yaitu 26 Juni 1945 piagam tersebut ditandatangani di Auditorium
Veterans Memorial Hall. Pada tanggal 24 Oktober 1945 Piagam PBB mulai
mempunyai daya berlaku, bertepatan dengan saat Republik Rakyat Tiongkok,
Prancis, Uni Soviet, Inggris dan Amerika Serikat serta  sebagian besar negara
penandatangan lainnya menyampaikan ratifikasi mereka. Negara-negara inilah
                                                             20 Ibid,. Hal 48


25

yang selanjutnya mempunyai hak veto pada Dewan Keamanan PBB dan secara
permanen sebagai anggota Dewan Keamanan PBB.
Penyusunan organisasi PBB adalah terdiri dari organ-organ pokok
(kelengkapan organisasi) sebagai berikut : Majelis Umum; Dewan Keamanan;
Dewan Ekonomi dan Sosial; Dewan Perwakilan; Mahkamah Internasional; dan
Sekretariat. Inilah yang merupakan inti dari organisasi internasional PBB, akan
tetapi organ-organ lain dapat dibentuk atau didirikan sesuai dengan keperluan
seperti WHO (World Health Organization) yang menangani bidang kesehatan,
UNICEF (United Nations Children’s Emergency Fund) yang memnangani bidang
kebudayaan dan pendidikan, UNHCR  (United Nations High Comissioner for
Refugees) yang menangani bidang  pengungsi, dan termasuk pula WFP (World
Food Programme) yang dibentuk untuk mengatasi kelaparan dan mempromosikan
ketahanan pangan.21
WFP sendiri merupakan cabang bantuan pangan dari PBB dan organisasi
kemanusiaan terbesar di dunia yang mengatasi kelaparan dan mempromosikan
keamanan pangan. Dalam keadaan darurat, WFP menyuplai makanan ke lokasi
lokasi yang membutuhkan, menyelamatkan jiwa korban peperangan atau konflik
sipil, serta bencana alam. Setelah keadaan darurat berlalu, WFP menggunakan
makanan untuk membantu masyarakat untuk membangun kembali kehidupan
mereka yang telah hancur akibat perang.
WFP didirikan pada tahun tahun 1961, setelah konferensi Food and
Agriculture Organization (FAO) pada tahun 1960, ketika George McGovern,
                                                             21 Ibid,. Hal 60


26

direktur US Food for Peace Program, mengusulkan membentuk program bantuan
pangan multilateral. WFP secara resmi didirikan pada tahun 1963 oleh FAO dan
Majelis Umum PBB dengan tiga tahun masa eksperimental. Pada tahun 1965,
program ini kemudian diperluas ke skala yang berkelanjutan22. Dijadwalkan untuk
mulai beroperasi pada tahun 1963 sebagai program eksperimental tiga tahun, WFP
sudah lebih dulu melakukan berbagai aksi kemanusiaannya.
Gempa bumi melanda Iran pada bulan September tahun 1962, diikuti oleh
badai di Thailand pada bulan Oktober; Sementara itu, Aljazair yang baru merdeka
itu  mengembalikan 5 juta pengungsi. Makanan sangat dibutuhkan, WFP
menyediakan bantuannya dan hal itu tidak pernah berhenti sejak saat itu.
WFP diatur oleh Dewan Eksekutif yang terdiri dari wakil-wakil dari 36
negara anggota. Ertharin Cousin adalah Direktur Eksekutif saat ini, yang ditunjuk
bersama oleh Sekretaris Jenderal PBB dan Direktur Jenderal FAO untuk jangka
waktu lima tahun. Dia mengepalai Sekretariat WFP. Uni Eropa sendiri sebagai
pengamat permanen di WFP dan juga sekaligus sebagai pendonor utama,
berpartisipasi dalam tugasnya sebagai Dewan Eksekutif.
WFP hadir dengan visi yaitu “the world in which every man, woman and
child has access all the time tothe food needed for an active and healthy life”. Dalam
mewujudkan visi ini, WFP bekerja sama dengan UN (United Nations), FAO (Food
and Agriculture Organization), IFAD (International Funding for Agricultural
Development), juga pemerintah dan mitra-mitra UN serta NGO terkait lainnya23.
                                                             22 WFP. 2015. About WFP diakses dari https://www.wfp.org/about, pada tanggal 17 April 2015 23 Ibid


27

Bantuan pangan adalah salah satu dari banyak instrumen yang dapat
membantu untuk meningkatkan keamanan pangan, yang didefinisikan sebagai
akses semua orang setiap saat untuk makanan yang dibutuhkan untuk hidup aktif
dan sehat. Kebijakan yang mengatur penggunaan bantuan pangan WFP adalah
berorientasi pada tujuan pemberantasan kelaparan dan kemiskinan.
Tujuan utama dari bantuan pangan WFP yaitu menghilangkan kebutuhan
untuk bantuan pangan itu sendiri. Target WFP adalah untuk membantu
meningkatkan kehidupan masyarakat miskin, orang-orang yang baik secara
permanen maupun periode krisis tidak mampu memproduksi cukup makanan atau
tidak memiliki sumber daya, yang kemudian diberikan bantuan pangan untuk
mereka dan keluarga mereka yang diperlukan untuk dapat hidup aktif dan sehat.
Bentuk konsistensi atas visinya, yang juga mencerminkan prinsip universalitas,
WFP akan terus :
1. Menggunakan bantuan pangan untuk mendukung pembangunan
ekonomi dan sosial;
2. Memenuhi kebutuhan pangan pengungsi dan individu yang
mengalami keadaan darurat lainnya, juga dukungan logistik yang
terkait lainnya
3. Mempromosikan ketahanan pangan sesuai dengan acuan dari UN
dan FAO.
Kebijakan inti dan strategi yang mengatur kegiatan WFP adalah untuk
memberikan bantuan pangan dengan tujuan:


28

1. Untuk menyelamatkan nyawa di pengungsian dan situasi darurat
lainnya;
2. Untuk meningkatkan gizi dan kualitas hidup individu yang paling
rentan di saat-saat kritis dalam kehidupan mereka; dan
3. Untuk membantu membangun aset dan mempromosikan
kemandirian masyarakat miskin dan masyarakat, khususnya melalui
program padat karya.
Hal terpenting yaitu pertama, bantuan pangan sangat penting untuk
perlindungan sosial dan kemanusiaan yang sedapat mungkin turut membangun,
konsisten dengan menyelamatkan nyawa. Pemberian bantuan pangan akan
dikoordinasikan dengan bantuan dan pertolongan yang diberikan oleh organisasi
kemanusiaan lainnya. Kedua, bantuan pangan adalah pra-investasi sumber daya
manusia. Dan ketiga, menggunakan sumber daya yang dapat diakses dan di miliki
oleh  orang miskin, tenaga kerja mereka sendiri, untuk menciptakan lapangan
pekerjaan dan pendapatan dan membangun infrastruktur yang diperlukan untuk
pembangunan berkelanjutan.
WFP dibentuk untuk memerankan peran penting dalam rangkaian kesatuan
dari bantuan darurat untuk pembangunan. WFP memiliki prioritas untuk
mendukung pencegahan bencana, kesiapsiagaan dan kegiatan mitigasi dan
rehabilitasi pasca bencana sebagai bagian dari program pembangunan. Dalam
melaksanakan tugasnya, WFP  berfokus pada hal apa yang paling cocok untuk
dilakukan dengan sumber daya yang tersedia untuk menggunakan dana yang ada
seefektif mungkin. WFP akan berfokus pada aspek-aspek pembangunan dimana


29

campur tangan berbasis pangan paling dibutuhkan,semua upaya ini diperlukan
untuk menghindari efek negatif pada produksi lokal makanan, pola konsumsi dan
ketergantungan pada bantuan pangan. WFP akan terus memerankan peran besar
dan penting dalam menyediakan transportasi  dan  ahli logistik juga bantuan untuk
memastikan pengiriman dilakukan dengan cepat dan efisien. WFP membeli lebih
dari 2 juta metrik ton makanan setiap tahun. Setidaknya tiga perempat dari itu
berasal dari negara-negara berkembang. Hal ini karena itu adalah kebijakan WFP
untuk membeli makanan yang terdekat dengan tempat yang membutuhkan. Dengan
membeli makanan lokal, agen WFP dapat menghemat waktu serta uang untuk biaya
transportasi dan juga membantu mempertahankan ekonomi lokal24.
Karakter multilateral WFP adalah salah satu kekuatan terbesarnya. WFP
memanfaatkan kemampuan untuk beroperasi hampir seluruh negara berkembang,
bebas dari segala tekanan orientasi politik pemerintah, dan sebagai lembaga
penyalur yang netral untuk bantuan dalam situasi di mana banyak negara donor
tidak bisa secara langsung memberikan bantuan. WFP akan memberikan layanan
seperti saran, kantor, dukungan logistik dan informasi, dan dukungan untuk negara
negara dalam membangun dan mengelola program bantuan pangan mereka sendiri.
WFP memfokuskan bantuan dan sumber dayanya untuk negara dan orang
orang yang paling rentan dan membutuhkan, sesuai dengan keputusan CFA (Cash
for Assets) untuk menyediakan setidaknya 90% dari bantuan pembangunan WFP
                                                             24WFP. 2016. WFP’s Procurement diakses dari https://www.wfp.org/procurement pada tanggal 17 April 2016


30

untuk negara yang berpenghasilan rendah dan memiliki defisit makanan, lalu
setidaknya 50% bantuan pembangunan untuk negara-negara yang kurang maju25.
Untuk benar-benar efektif, bantuan pangan harus diintegrasikan sepenuhnya
ke dalam rencana pembangunan dan prioritas dari negara-negara penerima  dan
kemudian dikoordinasikan dengan bentuk-bentuk bantuan lainnya. Pedoman awal
WFP adalah kebijakan nasional, rencana dan program dari negara-negara
berkembang, termasuk rencana ketahanan pangan mereka. Dalam beberapa kasus
khusus WFP akan menerapkan multi-negara atau pendekatan regional. terutama
untuk pemberian bantuan kemanusiaan.
Tidak ada lembaga tunggal memiliki baik sumber daya atau kapasitas untuk
menangani semua masalah kelaparan dan keterbelakangan. Oleh karena itu
pentingnya WFP bekerjasama dengan instansi lain, terutama dengan induk
organisasinya, PBB dan FAO. WFP akan terus bekerja sama dengan Department of
Humanitarian Affairs di UN, UNHCR, instansi terkait lainnya dan organisasi non
pemerintah (NGO) dalam menanggapi keadaan darurat dan krisis kemanusiaan.
WFP juga akan berkolaborasi  dengan Food and Agriculture Agencies di
UN dan pertanian lembaga yang berbasis di Roma, FAO dan IFAD, terutama dalam
menggunakan bantuan pangan untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga.
WFP akan terus menjalin kemitraan yang efektif dengan Bank Dunia  (World Bank)
dan International Monetary Fund (IMF), badan dan lembaga-lembaga regional,
                                                             25WFP. 2015. WFP’s Mission Statement https://www.wfp.org/about/mission-statement diakses pada tanggal 17 April 2015


31

donor-donor bilateral dan NGO lainnya dalam mendukung pembangunan ekonomi
dan sosial.
Rencana Strategis WFP untuk tahun 2014-2017 memberikan kerangka
untuk operasi WFP dan perannya dalam mencapai dunia dengan zero hunger. Hal
ini memfokusan WFP pada bantuan pangan untuk yang termiskin dan paling rentan
yaitu wanita, pria, anak laki-laki dan perempuan. Rencana tersebut  menjabarkan
empat tujuan:
1. Menyelamatkan kehidupan dan melindungi mata pencaharian dalam
keadaan darurat;
2. Dukungan keamanan pangan dan gizi dan membangun kembali
mata pencaharian di keadaan darurat;
3. Mengurangi risiko dan memungkinkan idividu, masyarakat dan
negara untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi mereka sendiri;
dan
4. Mengurangi  kekurangan gizi dan memutus siklus kelaparan
antargenerasi26
 World Food Programme (WFP) bergantung sepenuhnya pada sumbangan
sukarela untuk membiayai proyek-proyek kemanusiaan dan pembangunannya.
Karena WFP tidak memiliki sumber  dana independen, semua sumbangan baik
dalam bentuk uang maupun barang harus disertai dengan uang tunai yang
                                                             26 WFP. 2016.  Policy Issues: Strategic Plan 2014-2017 Diakses dari http://documents.wfp.org/stellent/groups/public/documents/eb/wfpdoc062522.pdf pada tanggal 20 Januari 2016


32

diperlukan untuk bergerak, mengelola dan memantau bantuan pangan  WFP. Dana
WFP berasal dari27:

1. Pemerintah
Pemerintah adalah sumber utama pendanaan untuk WFP. Rata-rata, lebih
dari 60 pemerintah menanggung proyek-proyek kemanusiaan dan
pembangunan WFP. Semua dukungan pemerintah adalah secara
sepenuhnya sukarela.
2. Korporasi
Melalui program corporate-giving, masing-masing perusahaan dapat
memberikan kontribusi penting untuk memerangi kelaparan. sumbangan
perusahaan baik berupa kas, produk atau jasa dapat membantu WFP
memberi makan orang yang kelaparan. Sebagai timbal baliknya, perusahaan
dapat melibatkan karyawan, pelanggan dan stakeholder lainnya dalam misi
penting, yaitu life-saving
3. Individu
Sumbangan dari pihak individu dapat memberikan; Makanan darurat
selama krisis, makanan khusus untuk anak-anak kelaparan di sekolah,
makanan insentif untuk mendorong keluarga miskin untuk mengirim anak
perempuan mereka ke sekolah dan makanan sebagai bayaran bagi orang
                                                             27WFP.  2016. WFP’s Funding and Donors diakses dari  http://www.wfp.org/funding pada tanggal 20 April 2016


33

orang untuk membangun kembali sekolah-sekolah, jalan dan infrastruktur
lainnya di bangun dari konflik dan bencana alam.
B.  Krisis Pangan di Suriah Suriah adalah negara berpenghasilan menengah peringkat ke-111 dari 169
di United Nations Development Programme's 2010 Human Development Index.
Suriah yang telah dilanda empat tahun berturut-turut sejak tahun 200628,
menyebabkan kekeringan. Hal ini berdampak pada gagal panen secara besar
besaran terhadap petani-petani di Suriah. Pertumbuhan ekonomi yang relatif miskin
sejak pertengahan 1990-an tercermin dari kesenjangan peningkatan pendapatan per
kapita antara Suriah dan tetangga Timur Tengah dan negara-Afrika Utara. Hampir
dua juta orang (11% dari populasi) hidup di bawah garis kemiskinan dan
pengangguran terutama tinggi di antara anak muda usia produktif29.
Suriah kemudian dilanda gelombang kerusuhan sipil yang dikenal sebagai
'Arab Spring' di pertengahan Maret 2011 dan situasi keamanan sejak saat itu terus
memburuk. Demonstrasi menuntut pengunduran diri Presiden Bashar Al-Assad
berubah menjadi kekerasan ketika pemerintah Suriah mulai menggunakan
kekerasan secara brutal untuk menghentikan para pengunjuk rasa.   Daerah utama
yang melakukan protes awalnya terkonsentrasi di Dara'a (wilayah selatan, dekat
dengan Jordan) dan kota pelabuhan Lattakia, namun kerusuhan terus menerus
menyebar ke seluruh negeri, termasuk kota-kota utama seperti Aleppo, Deir Ezzor
, Idlib, Hama, Homs, dan Qamishli, serta pinggiran kota Damaskus.
                                                             28 Syria-Ancient History Encyclopedia, www.ancient.eu/syria/, diakses pada tanggal 16 April 2015 29 United Nations Development Programme. 2005. Poverty in Syria. Damascus, diakses pada 26 Maret 2016


34

Pada tahun 2012 konflik Suriah berkembang menjadi konflik militer.
Bentrokan terjadi antara  Free Syrian Army (FSA) dan pasukan dari pemerintah.
Pada Agustus 2013, senjata kimia  mulai digunakan di luar ibukota
Suriah,Damaskus. Dalam konflik paralel, pertempuran berkecamuk antara
kelompok milisi bersenjata Kurdi dan Kelompok Al-Qaeda untuk menguasai
wilayah utara yang strategis dan kaya akan minyak. PBB melaporkan 150.000
korban tewas pada tahun 2014 yang terus meningkat hingga saat ini30.
Orang-orang yang tinggal di daerah-daerah yang terkena konflik merasakan
dampak dari pengepungan militer yang berkepanjangan. Hubungan timbal balik di
mana konflik sipil menyebabkan krisis pangan relatif mudah untuk dipahami.
Konflik kekerasan merupakan faktor penting di balik harga pangan yang tinggi dan
krisis pangan yang parah. Konflik sering mempengaruhi kemampuan untuk
menghasilkan makanan, merusak sistem perdagangan dan akses pangan31.
Akses ke mata pencaharian mereka dan kebutuhan dasar seperti makanan,
air, listrik dan persediaan medis sangat sulit dijangkau. Pertanian merupakan mata
pencaharian dominan banyak rumah tangga di daerah bencana, Damaskus dan kota
kota lain di wilayah utara tergantung pada makanan dari daerah-daerah tersebut.
Karena ketidakstabilan dan kemerosotan keamanan, banyak rumah tangga belum
bisa bekerja.  
                                                             30 Syria Humanitarian Assistance Response Plan (SHARP) Mid-Year Review. 2014. Diakses melalui http://www.unhoca.org/cap/appeals/crisis-humanitarian-response-sharp-and-rrp-2014 pada 21 April 2016 31 Hendrix, C. & Brinkman, H.-J. 2013. Food Insecurity and Conflict Dynamics: Causal Linkages and Complex Feedbacks. Stability: International Journal of Security and Development. 2(2), p.Art. 26. Diakses melalui http://doi.org/10.5334/sta.bm pada tanggal 20 Mei 2016


35

Sektor pertanian yang biasanya menyumbang 20% dari GDP tetapi
pengaruh kekeringan terus-menerus telah memperburuk keadaan petani sehingga
tidak mampu mengelola tanaman mereka. Hal ini telah memiliki efek dramatis pada
rumah tangga yangbergantung pada pertanian dan harga makanan di seluruh negeri.
Tantangan ekonomi yang dihadapi oleh Suriah diperparah oleh sanksi baru dan
pembekuan perdagangan bilateral oleh banyak negara di Eropa.
Kota yang mendapat perhatian khusus termasuk Banias, Daraa, Deir Ezzor
Hama, Homs, Jisr Al Siour Latakia di mana situasi saat ini dilaporkan telah
merampas kesempatan rumah tangga dari akses ke mata pencaharian mereka dan
fasilitas dasar seperti makanan, air, listrik, dan perawatan medis serta jasa.
Pelayanan publik seperti telekomunikasi dan listrik menjadi lebih dan lebih tidak
menentu. Aksi militer yang terus menerus telah menyebabkan ribuan orang,
sebagian besar wanita dan anak-anak yang tinggal di desa-desa dekat perbatasan
Lebanon dan Turki, melarikan diri dari Suriah.
Pemberontakan telah membawa dampak negatif bagi perekonomian Suriah.
Pendapatan dari pariwisata yang menyumbang 12% dari GDP sebelum krisis telah
secara dramatis berkurang. Sektor pertanian, biasanya 20% dari GDP juga
dipengaruhi oleh kekeringan yang terus terjadi dalam 5 tahun terakhir di wilayah
utama area pertanian. Tingkat inflasi tahun 2011 meningkat dua kali lipat dari 2010,
mencapai 6% pada bulan Juli 2011. Sejak 2011, harga pangan telah meningkat
antara 10-20 persen akibat pengurangan impor, memburuknya nilai tukar Syria
Pound (SYP) terhadap dolar Amerika, penurunan produksi pertanian, dan situasi
keamanan. Konflik juga telah mempengaruhi seluruh aspek ekonomi, termasuk
agrikultur yang menjadi salah satu sumber pendapatan utama penduduk. Sementara


36

itu, produksi minyak di bawah kontrol negara telah menyusut dari 387.000
barel/hari  menjadi kurang dari 10.000 b/hari, merosot jauh dan mengurangi sumber
pendapatan negara32.
Sebagian besar ladang minyak lainnya terletak di daerah yang dikuasai
Kurdi. Kilang  yang dikendalikan pemerintah telah disediakan minyak di bawah
bantuan kredit Iran untuk memungkinkan mereka untuk menghasilkan bahan bakar
yang cukup untuk area rezim yang dikendalikan. Mayoritas pembangkit listrik
Suriah dijalankan dengan gas alam. Kapasitas pembangkit listrik yang efektif telah
menurun lebih dari 70 persen sejak 2011.
C. Program WFP di Suriah Secara garis besar, WFP memiliki 4 jenis Operasi bantuan yang diterapkan
di wilayah penerima bantuan berdasakan situasi yang sedang berlangsung di negara
tersebut yaitu33  :
1.  Emergency Operations (EMOPs) memberikan bantuan dengan segera. Ketika
ada keadaan darurat, WFP dengan cepat menetapkan berapa banyak bantuan
makanan yang dibutuhkan dan cara terbaik untuk mengirimkannya ke penderita
kelaparan. Untuk melakukan ini WFP bekerja dengan UN Emergency
Assesment Team. Atas dasar penilaian, WFP menyusun rencana aksi yang
terinci dan anggaran yang dibutuhkan.
2.  Protrected Relief and Recovery Operations (PROs) membangun kembali
setelah keadaan darurat terjadi. Sebuah krisis berlarut-larut mengganggu
                                                             32 David Butter. 2015. Syria’s Economy: Picking up the Pieces diakses melalui https://www.chathamhouse.org/sites/files/chathamhouse/field/field_document/20150623SyriaEcon omyButter.pdf .  Hal 3. pada tanggal 16 April 2015 33 https://www.wfp.org/operations diakses pada 26 Maret 2016


37

produksi pangan dan menghancurkan fondasi kehidupan masyarakat, mengikis
struktur sosial keluarga dan masyarakat. Dengan runtuhnya lembaga-lembaga
publik ,masyarakat harus berjuang sendiri melawan rintangan.
3.  Development Operations (DEVs) meningkatkan ketahanan pangan bagi
masyarakat. Bantuan  makanan WFP membantu penderita kelaparan
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan.
4.  Special Operations (SOs) membuat infrastruktur khusus yang diperlukan untuk
Emergency Operations. WFP mempercepat Special Operations untuk
mempercepat gerakan bantuan pangan, terlepas dari makanan yang disediakan
oleh Badan itu sendiri. Biasanya, mereka melibatkan kerja logistik dan
infrastruktur yang dirancang untuk mengatasi kemacetan operasional.
 Tipe program yang dijalankan oleh WFP untuk wilayah Suriah sendiri
terbagi menjadi empat yaitu:









38

Tabel 2.1 Operations in Syrian Arab Republic34
Title Type
Emergency Food Assistance to People Affected by Unrest in Syria
Emergency Operation (EMOPs) (200339)
Food assistance to vulnerable Syrian populations in Jordan, Lebanon, Iraq and Turkey affected by the events in Syria
Emergency Operation (EMOPs) (200433)
Logistics & Telecommunications Augmentation and Coordination to Support Humanitarian Operations in Syria
Special Operation (SOs) (200788)
WFP Air Deliveries to Provide Humanitarian Support to Besieged and Hard to Reach Areas in Syria
Special Operation (SOs) (200950)

 Pemerintah Suriah belum meminta bantuan kemanusiaan internasional dan
terus menganggap kerusuhan sipil adalah masalah internal. Namun, pemerintah
telah memberikan The International Committee of The Red Cross (ICRC) akses ke
semua bidang dalam negara dalam hal perlindungan  dan intervensi kesehatan, dan
juga meminta The Syrian Arab Cross (SARC)  untuk menyediakan makanan dan
bantuan non-makanan untuk penduduk yang terkena bencana. Untuk itulah SARC
akhirnya meminta dukungan WFP dalam mengatasi bantuan pangan yang
diperlukan.
 Mengingat situasi yang kompleks yang terjadi di Suriah dan dipandu oleh
prinsip-prinsip kemanusiaan dan hasil dari tinjauan PBB pada bula Agustus 2011,
The United Nations Resident and Humanitarian Coordinator  telah meminta WFP
                                                             34WFP. 2016. WFP’s Operations in Syria diakses melalui  https://www.wfp.org/countries/syria/operations  pada 20 April 2016


39

untuk menyiapkan Emergency Operation untuk menyediakan bantuan makanan
untuk mendukung SARC dalam rangka kerusuhan sipil yang sedang berlangsung.
Emergency Operation yang diusulkan akan menargetkan orang-orang yang
terkena dampak yang tinggal di daerah yang diidentifikasikan memerlukan bantuan
kemanusiaan yang menunjukkan satu atau lebih dari kriteria di bawah ini:
i. Rumah tangga yang tinggal di lokasi yang telah kehilangan sumber
pendapatan utama mereka
ii. Rumah tangga yang telah mengungsi
iii. Rumah tangga yang menampung keluarga pengungsi
iv. Rumah tangga yang dipimpin oleh wanita
v. Anak-anak yang tidak memiliki pendamping
1. Emergency Food Assistance to People Affected by Unrest in Syria WFP menyediakan bantuan pangan darurat untuk individu yang rentan di
Suriah yang terkena dampak konflik melalui program Distribusi Pangan di seluruh
14 wilayah Suriah. Dalam program ini, empat juta orang yang ditargetkan setiap
bulan dengan jatah makanan yang terdiri dari, antara lain, beras, gandum, pasta, dan
kacang-kacangan kalengan, menyediakan 1.700 kkal per hari selama satu bulan.
Selain memberikan bantuan pangan umum, WFP telah memperkenalkan
kegiatan untuk mengatasi kebutuhan nutrisi spesifik dan keprihatinan pendidikan
kelompok masyarakat yang rentan termasuk Blanket Supplementary Feeding
Programme untuk anak usia 6-59 bulan untuk mencegah kekurangan gizi. WFP
menggunakan berbagai macam makanan khusus untuk meningkatkan asupan gizi
orang-orang yang menerima bantuan di seluruh dunia termasuk di Suriah. Jenis


40

makanan bervariasi dari Fortified Blended Foods (FBFs) dan bubuk mikronutrien
untuk makanan ready-to-use  dan High-Energy Biscuit (HEBs)35.
a. Fortified Blended Foods (FBFs)
FBFs adalah campuran dari sereal yang sebagian dimasak dan digiling ,
kedelai, kacang-kacangan, kacang-kacangan diperkaya dengan mikronutrien
(vitamin dan mineral). Formulasi khusus yang berisi minyak sayur atau susu bubuk.
Corn Soya Blend (CSB) adalah makanan campuran utama yang didistribusikan oleh
WFP, selain itu Wheat Soya Blend (WSB) juga kadang-kadang digunakan untuk
menggantikan CSB. FBFs dirancang untuk memberikan suplemen protein. Dalam
program bantuan pangan untuk mencegah dan mengatasi kekurangan gizi. Mereka
umumnya digunakan dalam WFP Supplementary Feeding dan Mother and Child
Health Programs. Juga untuk menyediakan mikronutrien tambahan untuk
melengkapi ransum umum. FBFs biasanya dicampur dengan air dan dimasak
sebagai bubur.
b. Ready-to-Use Foods (RUFs)
RUFs lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak yang
kekurangan gizi. RUFs yang didistribusikan oleh WFP  mengandung lemak nabati,
susu skim kering, malt dekstrin dan gula. RUF Sebagian besar digunakan dalam
operasi darurat atau pada awal intervensi WFP untuk pencegahan atau pengobatan
malnutrisi sedang. RUFs digunakan sebagai pelengkap ASI dan makanan lainnya
                                                             35 WFP. 2016. Special Nutrition Products diakses melalui https://www.wfp.org/nutrition/specialnutritional-products, pada 7 April 2016


41

untuk anak-anak (6-59 bulan) yang berada pada risiko tinggi  kekurangan gizi
karena krisis pangan yang parah.
Satu jenis (Plumpy'Doz, oleh Nutriset) datang dalam bak yang berisi jatah
mingguan. Lainnya yaitu (Plumpy Sup, juga oleh Nutriset) datang dalam sachet
untuk satu hari  Keduanya dapat dimakan langsung dari wadah mereka dan
dirancang untuk dimakan dalam jumlah kecil, sebagai suplemen untuk makanan
biasa.
c. Micronutrien Powder Atau "Sprinkles"
Merupakan bubuk hambar yang mengandung asupan harian yang
direkomendasikan dari 16 vitamin dan mineral untuk satu orang. Dapat ditaburkan
ke makanan rumahan yang disiapkan setelah memasak sebelum makan. Sprinkles
berguna ketika fortifikasi tepung sereal tidak dapat didistribusikan atau ketika tidak
memadai untuk kelompok tertentu. Cara menggunakannya yaitu satu sachet per
orang ditaburkan ke makanan yang disiapkan di rumah. Juga dapat digunakan
dalam program-program pemberian makanan di sekolah yang menyediakan
makanan hangat untuk anak-anak.
d. Compressed Food Bars
Bentuk batang dari makanan dikompres, terdiri dari tepung gandum
panggang, lemak nabati, gula, kedelai protein konsentrat dan ekstrak malt yang
digunakan dalam operasi bantuan bencana ketika makanan lokal tidak dapat
didistribusikan atau disiapkan. Sebaiknya tidak digunakan untuk anak di bawah 6
bulan dan dalam 2 minggu pertama pengobatan gizi buruk. CFB Bisa dimakan


42

sebagai bar langsung dari kemasannya atau dihancurkan ke dalam air dan dimakan
sebagai bubur. Air minum harus disediakan karena makanan batang yang sangat
padat dan kering. Jumlah bar untuk dimakan tergantung pada usia, jenis kelamin,
berat badan dan aktivitas fisik.
e. High Energy Biscuit (HEBs)
 Merupakan biskuit berbahan gandum yang menyediakan 450kcal dengan
minimal 10 gram dan maksimal 15 gram protein per 100 gram, diperkaya vitamin
dan mineral. HEBs digunakan pada hari-hari pertama darurat ketika fasilitas
memasak masih langka karena mudah untuk didistribusikan dan memberikan solusi
cepat untuk meningkatkan tingkat gizi masyarakat.
 Selain itu, ada program Nutrition Support untuk ibu hamil dan Nursing
Woman yang bertujuan untuk meningkatkan keragaman makanan ibu hamil dan
menyusui, serta Fortified School Snack Programme untuk anak usia sekolah untuk
mendorong tingkat partisipasi dan kehadiran yang teratur dan meningkatkan asupan
mikronutrien mereka. Di bidang Penghidupan dan Ketahanan, WFP sedang
melaksanakan kegiatan yang bertujuan mempromosikan dan memulihkan mata
pencaharian dan keamanan pangan dengan tujuan ketahanan pembangunan jangka
panjang.
EMOP 200339 ini diluncurkan pada Oktober 2011 untuk memberikan
bantuan pangan bantuan kepada 50.000 orang yang terkena dampak dari kerusuhan
sipil lokal untuk periode awal dari tiga bulan. Dengan ekspansi yang cepat dari
konflik di seluruh negeri dan dampak buruk terhadap penduduk sipil, WFP  terus
berusaha untuk menyesuaikan respon kemanusiaan untuk mengatasi kebutuhan


43

pangan penduduk yang terkena dampak terlepas dari lokasi mereka. Proyek ini telah
mengalami peningkatan untuk lebih dari 4 juta orang pada tahun 2015, sehingga
sejak 2011 WFP telah melakukan Budget Revision tiap tahunnya untuk
meningkatkan skala penerima bantuan EMOP  200339.
Tabel 2.2 EMOP 200339 Budget Revision 2011-201536
ITEM
 BUDGET  2011 2012 2013 2014 2015
Beneficiaries
                50,000
           1,500,000
           4,000,000
             4,250,000
            4,500,000
Food Cost
          1,369,498
         90,648,386
      402,357,563
    1,340,734,745
    1,955,482,920
Voucher Cost
                           -
                            -
                            -
             5,512,144
          11,427,840
Capacity Dev & Augmentation
                           -
                            -
                            -
                   80,000
                  80,000
External Transport
                83,761
           5,305,761
        22,188,935
                              -
                             -
LTSH*
             144,277
           9,442,470
        58,295,840
                              -
                             -
ODOC*
                56,135
           6,124,073
        34,530,645
                              -
                             -
DSC*
             213,040
         15,534,438
        37,602,023
          64,254,943
          97,962,571
ISC* (7.0 percent)
             130,670
           8,893,859
        38,848,251
          98,740,728
       144,546,734
Total Cost
          1,997,380
      135,948,986
      593,823,256
    1,509,322,560
    2,209,500,064
* LTSH : Landside Transport, Storage and Handling    ODOC  : Other Direct Operational Cost    DSC   : Direct Support Cost    ISC  :IndirectSupportCost
                                                             36 WFP. 2015. Budget Increase to Emergency Operation: Syria 200339. Diakses melalui http://documents.wfp.org/stellent/groups/internal/documents/projects/wfp281338.pdf pada tanggal 18 April 2015


   44


 Tabel di atas menjabarkan jumlah budget yang diperlukan WFP untuk dapat
menjalankan Emergency Operations. Dapat dilihat bahwa WFP tiap tahunnya terus
meningkatkan target penerima bantuannya mulai dari 50.000 orang pada tahun
2011 hingga 4,5 juta penerima bantuan hingga akhir tahun 2015.  
Meningkatnya jumlah penerima bantuan membuat WFP juga memelrukan
bantuan donor yang lebih banyak tiap tahunnya. Dana yang didapatkan dari donor
sukarela yang berasal dari berbagai negara. Berikut chart yang menunjukkan 6
pihak pendonor terbesar dalam EMOP 200339
Gambar 3.1 Donors to the WFP Syria Response37

 Sumber: WFP EMOP 200339. Emergency Food assistance to People Affected by Unrest in Syria. WINGS Database
                                                             37 WFP EMOP 200339. 2014. Emergency Food assistance to People Affected by Unrest in Syria. WINGS Database Diakses dari http://documents.wfp.org/stellent/groups/public/documents/reports/wfp274337.pdf pada tanggal 21 April 2015
52%
15%
11%
9%
7%
6%
Donors to the WFP Syria Response
USA
UK
EC
Canada
Germany
Multilaterals


   45

 Dari skema diatas, dapat diketahui bahwa USA menempati urutan pertama
dengan jumlah donor sekitar US$ 586,279,185, lalu UK US$ 186,037,259,
European Commission US$ 135,085,027, Canada US$ 79,284,474, Germany US$
94,791,401, dan Multilaterals US$ 62,898,454.
2. Food assistance to vulnerable Syrian populations in Jordan, Lebanon, Iraq, Turkey and Egypt affected by the events in Syria Peristiwa di Suriah telah menyebabkan  ribuan warga Suriah mengungsi ke
negara-negara tetangganya seperi Yordania, Lebanon, Irak, Turki dan Mesir yang
mengakibatkan kebutuhan kemanusiaan meningkat secara signifikan. Emergency
Operation yang dilakukan WFP adalah untuk  memberikan bantuan makanan
sebagai bagian dari kerangka yang lebih luas  dari dukungan untuk pengungsi di
bawah pimpinan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).
    Sebuah assesment yang dipimpin oleh pemerintah pada Maret 201238
menegaskan bahwa krisis mata pencaharian yang berkembang di Suriah yang
terjadi akibat konflik yang berlangsung telah mempengaruhi warga baik yang
menetap di Suriah maupun yang mengungsi ke negara tetangga. WFP menunjukkan
bahwa penurunan daya beli adalah akibat dari terus meningkatnya harga pangan,
yang memiliki dampak negatif pada ketahanan pangan rumah tangga. Kemiskinan
meningkat dan akses ke bahan makanan dan juga jasa makin memburuk.
EMOP di negara pengungsi akan menggunakan voucher sebagai bantuan
utama agar para penerima bantuan, terutama yang tinggal di daerah perkotaan,
                                                             38 OIC. 2012. Syria United Nations-Organization of Islamic Cooperation (OIC) Mission Report. diakses pada 22 April 2016


   46

dapat membeli makanan di pasar lokal dan dapat berpartisipasi dalam kegiatan
ekonomi di negara tersebut.
a. Yordania
Sejak 2012, Yordania telah menampung 35.000 pengungsi dari Suriah,
menambah tekanan dan rentannya infrastruktur sosial-ekonomi dan jaringan
keamanan disana mengingat  Yordania juga menampung pengungsi dari
Palestina dan Irak. Pemeritah Yordania dan PBB menaksir39 bahwa
pengungsi Suriah memilih tinggal di apartemen sewa atau tinggal di pusat
transit. Pengungsi yang di pusat transit memiliki keterbatasan gerak dan
tidak memiliki fasilitas untuk memasak.
WFP mencapai sekitar 530.000 penerima bantuan bulanan
sepanjang tahun 2015 termasuk 95.000 pengungsi yang tinggal di kamp
kamp pengungsian. Namun keterbatasan sumber daya memaksa WFP untuk
mengurangi penerima bantuan hingga 306.000 pada bulan September dan
mulai dipulihkan kembali pada Oktober 2015. Pada bulan April 2015,
90.000 pengungsi dinyatakan bebas dari krisis pangan dan dengan kata lain
telah dihapus dari daftar WFP. Yordania juga menyediakan welcoming-food
untuk para pencari suaka baru di pusat-pusat transit di mana mereka
terdaftar. WFP juga mendsitribusikan date bars sebagai cemilan untuk anak
sekolah di seluruh sekolah di kamp Za’atri dan sekolah informal di kamp
Azraq.
                                                             39 UN-Jordan. 2012. Government of Jordan – United Nations Joran Joint Rapid Needs Assessment for Syrian Refugees. diakses pada 22 April 2016


   47


b. Lebanon
Lebanon menerima sekitar 25.000 pengungsi pada Mei 2012. Pendataan
yang dilakukan oleh kelompok interagency penampungan mengungkap
bahwa 90 persen dari pengungsi Suriah ditampung oleh masyarakat lokal di
Utara Lebanon, yang lebih dari 70 persen diantaranya berada di Lembah
Bekaa. Pengungsi yang menyewa akomodasi tempat tinggal saat mereka
datang sudah tidak mampu lagi untuk membayar pengeluaran tersebut,
sehingga jumlsh pengungsi yang bergantung pada masyarakat lokal
meningkat. Beberapa dari pengungsi Suriah telah menemukan pekerjaan
informal di bidang pertanian atau pembangunan, tergantung tabungan
mereka.
Pendataan yang dilakukan oleh Danish Refugee Council (DRC) dan
World vision-Lebanon (WV-L) menunjukkan bahwa 78 persen dari
pengungsi bergantung pada bantuan kemanusian, ad hoc charity, berbagi
sumber daya yang ada dengan keluarga angkat mereka atau bahkan
menggunakan kredit. Hambatan utama dalam mengakses pangan adalah
karena harga yang tinggi dan kurangnya uang. Tidak ada kamp pengungsi
bagi para pengungsi Suriah di Lebanon. WFP membantu 925.000 orang
pada bulan Maret 2015, dan sekitar 800.000 perbulan setelahnya.
WFP membantu 655.000 pengungsi, pengurangan terjadi akibat
kurangnya sumber daya.  Di antara mereka ada sekitar 20.000 Palestinian


   48

refugees from Syria (PRS) yang dibantu oleh WFP bersama-sama dengan
United Nations Refugee Works Agency (UNRWA).

c. Irak
Pemerintah daerah Kurdistan telh mengindikasikan kesiapan untuk menjadi
tuan rumah Suriah memasuki Republik Irak.  UNHCR memantau
pergerakan orang-orang di sepanjang perbatasan di Anbar (Al Waleed dan
Al Qaim) dan Ninewa (Al Rabia). UNHCR berkoordiasi dengan pemerintah
setempat mendirikan kamp-kamp  tenda di Domiz, Suleimaniyah dan Erbil.
Pada Mei 2012, tercatat  30.000 pengungsi Suriah yang  terdaftar di
UNHCR.  
WFP berencna untuk  memberikan bantuan makanan kepada
140.000 pengungsi yang tinggal di 9 kamp. 60 persen dari pengungsi Suriah
di Kurdistan Regional-Iraq (KR-I)  hidup bersama masyrakat lokal. WFP
membantu lebih dari 100.000 orang hingga bulan Agustus 2015, saat
penargetan berbasis kerentanan dimulai, mengurangi beban kasus WFP
lebih dari 50 persen. Sebagai hasilnya,  532 pengungsi yang mengalami
krisis pangan ekstrim menerima full food basket transfer value sedangkan
37.115 pengungsi yang mengalami krisis pangan medium  menerima nilai
transfer yang lebih rendah.  Sejak 20 Oktober 2015 bantuan diberikan dalam
bentuk voucher kertas di kamp-kamp pengungsian.
d. Turki
Sejak awal April 2012, jumlah dari pengungsi Suriah yang terdaftar di
kamp-kamp Turki tercatat sebanyak 23.000 orang. Pengungsi ditampung di


   49

tenda dan kamp penampungan di bagian tenggara Turki. Pengungsi
tambahan memasuki Turki namun tidak terdaftar di kamp. Pemerintah Turki
memberikan bantuan pangan yang memadai kepada para pengungsi yang
terdaftar di kamp mereka. Pemerintah menyediakan makanan,
penampungan, voucher untuk digunakan di toko-toko di kamp, dan akses
untuk jasa-jasa dasar tanpa dipungut biaya.
Pada April 2012, Mentri Luar Negeri Turki melaporkan bahwa dana
yang telah dikeluarkan untuk menanggung bantuan ini mencapai TL 170
juta (US$ 96 juta). Pemerintah Turki juga meminta bantuan WFP untuk
turut menyediakan bantuan yang kemudian diwujudkan WFP dalam bentuk
voucher untuk 30.000 penerima bantuan dan juga menyediakan bantuan
teknis untuk menyelaraskan  bantuan makanan untuk pengungsi dan untuk
mendukung ekonomi lokal.
87 persen pengungsi Suriah di turki tinggal di luar kamp. WFP
berhasil mencapai 150.000 pengungsi yang tinggal di kamp perbulan selama
tahun 2015. Bantuan sebelumnya di 9 kamp yang ada diserahkan ke
pemerintah. Pada Oktober 2015, WFP membantu 20.000 pengungsi di luar
kamp. Untuk pengungsi yang tinggal dengan warga lokal, WFP fokus dalam
mengidentifikasi  pengungsi yang paling rentan di keempat provinsi.
Seluruh penerima bantuan WFP menerima bantuan dalam jumlah standar,
yang kurang dari full food basket namun di selaraskan  dengan bantuan yang
diberikan oleh pemerintah.
e. Mesir


   50

Pada pertengahan Desember 2012, sebanyak 10.000 pengungsi Suriah
terdaftar oleh UNHCR di Mesir. Pengungsi memutuskan untuk terbang ke
Mesir akibat tingginya biaya hidup di perkotaan seperti Yordania dan
Lebanon (diperburuk oleh meningkatnya jumlah pengungsi di perkotaan),
peraturan di kamp Yordania dan Irak, masalah keamanan di Lebanon, dan
karena adanya ikatan sejarah antara Suriah dan Mesir. Mayoritas pengungsi
Suriah di mesir yang terdaftar di UNHCR berasal dari  Homs, Aleppo, dan
Damaskus.
Kebanyakan pengungsi Suriah, setelah mereka tiba di Mesir,
cenderung menetap di daerah Kairo yang lebih besar dari 6 October, Al
Haram, Al Obour, Al Rehab, Faysal dan Kota Nasr, serta di Alexandria.
Transfer voucher makanan telah diperkenalkan kepada pengungsi Suriah di
daerah lainnya di Mesir dan adanya indikasi dari pengalaman bahwa
bantuan voucher akan diperlukan di Mesir. Hal ini mencerminkan
rendahnya jumlah pengungsi, penyebaran geografis mereka di daerah
perkotaan, memfungsikan pasar lokal dengan ketersediaan makanan,
infrastruktur canggih yang membantu pasar, dan kapasitas dari mitra yang
potensial.
Dari Juli 2015, WFP mengurangi jumlah penerima bantuan tiap
bulannya, hingga 55.000 pada bulan September 2015. Bantuan diberikan di
hampir seluruh wilayah melalui voucher elektonik, dengan 85 persen
penerima bantuan menggunakan e-cards, dan sisanya menggunakan kertas
voucher.  


   51

 Untuk melancarkan operasi pendistribusian bantuan ke daerah pengungsian
di luar Suriah, sejak 2012 WFP juga melakukan Budget Revision tiap tahunnya
untuk meningkatkan skala penerima bantuan EMOP  200433.
Tabel 2.3 EMOP 200433 Budget Revision40
ITEM
BUDGET 2012 2013 2014 2015
Beneficiaries
             120,000
               460,000
           2,554,820  2,733,563 2,103,019
Food Cost 17,143,009
         36,958,567
      561,991,019  102,216,165 122,493,535
Cash and Vouchers and Related Costs
                           -
                            -
                            -
1,431,084,016 2,062,923,183
Capacity Development & Augmentation
                           -
                            -
                            -
825,151 1,523,548
External Transport
                           -
                 92,552
              870,910
                              -
                             -
LTSH
                           -
               401,933
           2,079,772
                              -
                             -
ODOC 1,432,393
         13,426,133
        39,260,772  
                             -
DSC 3,698,030
           7,711,554
        43,958,960  97,236,316 146,808,431
ISC 1,559,140
           4,101,352
        45,371,300  114,195,315 163,362,409
Total Cost 23,832,572
         62,692,091
      693,532,733  1,745,556,963 2,497,111,106

 Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa WFP mengurangi jumlah penerima
bantuan di daerah pengungsi pada tahun 2015, hal ini dikarenakan berkurangnya
dana bantuan yang diterima sejak bulan Oktober 2015, WFP terpaksa mengurangi
                                                             40 WFP. 2015.  Budget Revision Regional Emergency Operation 200443 diakses melalui http://documents.wfp.org/stellent/groups/internal/documents/projects/wfp271619.pdf pada tanggal 17 April 2016


   52

jumlah pendistribusian makanan, dan dalam beberapa kasus, mengurangi nilai dari
food voucher yang mereka terima.
Seperti halnya EMOP 200339, EMOP 200433 yang menargetkan para
pengungsi di luar Suriah ini juga mendapatkan dana operasionalnya dari para
pendonor sukarela. Berikut chart pendonor yang berperan paling banyak dalam
membantu Food Assistance to Vulnerable Syrian Populations in Jordan, Lebanon,
Iraq, Turkey, and Egypt Affected by Conflict in Syria
Gambar 3.2 Donors to the WFP Regional/Refugee Response41

Sumber: WFP EMOP 200433. Food Assistance to Vulnerable  Syrian Populations in Jordan, Lebanon, Iraq, Turkey, and Egypt Affected by Conflict in Syria. WINGS Database

                                                             41 WFP EMOP 200433. 2014. Food Assistance to Vulnerable  Syrian Populations in Jordan, Lebanon, Iraq, Turkey, and Egypt Affected by Conflict in Syria. WINGS Database diakses dari http://documents.wfp.org/stellent/groups/public/documents/reports/wfp274337.pdf  pada tanggal 21 April 2015
53%
14%
8%
7%
7%
5%
6%
Donors to the WFP Regional/Refugee Response
USA
UK
EC
Germany
Kuwait
Canada
Multilaterals


   53

 Dari skema di atas, diketahui bahwa  USA merupakan pendonor terbanyak
dengan jumlah donor sekitar US$ 720,141,806, UK US$ 152,011,803, European
Commission US$ 149,323,054, Germany US$ 257,316,338, Kuwait US$
77,000,000, Canada US$ 76,815,417, dan Multilaterals US$ 94,527,968.
3. Logistics & Telecommunications Augmentation and Coordination to Support Humanitarian Operations in Syria Atas rekomendasi dari Regional Humanitarian Coordinator, Logistics
Cluster and Emergency Telecommunication Cluster diaktifkan dengan resmi pada
tahun 2013, layanan dari SO ini dimulai lebih awal pada Juli 2012, dan terus
menambah  produksinya setelah aktivasi Cluster secara resmi pada tahun 2013.
WFP, dalam perannya sebagai badan utama dari Logistics and Emergency
Telecommunications Clusters, bertujuan untuk meluncurkan Special Operation ini
untuk meningkatkan Logistik dan Telekomunikasi darurat dalam mendukung
Emegency Operation WFP yang sedang berlangsung di Suriah serta untuk
mendukung komunitas kemanusiaan dengan logistik yang memadai  dan
kemampuan ICT dan meningkatkan mekanisme koordinasi untuk memberikan
bantuan kepada penduduk yang terkena dampak di Suriah.
Logistic Cluster, selain ada untuk mendukung komunitas kemanusiaan
diSuriah, juga harus sejalan dengan “Whole Syria Approach” dalam menyediakan
bantuan kepada mitra regional dalam merespon keadaan darurat di Suriah melalui
dukungan secara menyeluruh. Emergency Telecommunication Cluster (ETC)
fokus pada pelaksanaan layanan telekomunikasi yang aman untuk memfasilitasi
pekerjaan dari komunitas kemanusiaan yang ada. Termasuk menambah


   54

infrastruktur radio VFH, investasi lebih lanjut untuk training radio, dan tersu
membangun kapasitas radio di Suriah.
4. WFP Air Deliveries to Provide Humanitarian  Support to Besieged and Hard to Reach Areas in Syria Di Suriah ada sekitar 4.5 juta orang, lebih dari sepertiga dari populasi yang
membutuhkan bantuan dan diperkirakan tinggal di daerah yang sulit dijangkau dan
terputus dari bantuan kemanusiaan reguler. Dari jumlah tersebut, 2.5 juta orang
mengalami kelaparan yang parah, termasuk 487.000 orang di 18 lokasi yang
dikepung. Jumlah terbanyak  orang yang berada di bawah pengepungan berada di
Pedesaan Damaskus dan Deir Ezzor. Kematian yang baru-baru terjadi di Madaya
menunjukkan situasi putus asa  di mana masyarakat terpaksa mengambil langkah
yang  merugikan demi bertahan hidup. Sebagian besar pasar di wilayah ini  tidak
berfungsi atau berada dalam keadaan yang sangat rentan.
Pemerintah Suriah memberikan persetujuan unutk memberikan bantuan
kemanusiaan ke 7 lokasi yang dikepung: Moadamiya, Madaya, Foah, Kufraya,
Kafr, batna, dan Deir Ezzor. Pengiriman ke lokasi diakses melalui darat dimulai
pada 17 februari 2016 dan sedan berlangsung. Namun akses  ke kota Deir Ezzor
tetap sulit karena seluruh kota dikepung oleh ISIS. Bantuan WFP untuk wilayah
tersebut telah terhenti sejak Mei 2014. Bukti menunjukkan bahwa ISIS  telah
menolak untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan untuk masuk.
Menyadari kebutuhan mendesak dan atas persetujuan bersama stakeholders
bahwa airdrops adalah satu-satunya pilihan yang memungkinkan, WFP dalam
kapasitasnya sebagai pimpinan global dari Logistic Cluster, meluncurkan SO untuk


   55

meluncurkan parasut dari ketinggian ke kota Deir Ezzor. Proyek ini dirancang
untuk durasi awal 3 bulan dengan total perkiraan biaya US$ 18.154.268.
Satu pesawat kargo Ilyushin (IL-76) mampu melakukan airdrop pada
ketinggian hingga 26 MT barang-barang bantuan akan diposisikan di wilayah ini
untuk melakukan 1-2 kali airdrops per hari di Deir Ezzor untuk periode awal tiga
bulan, tergantung keamanan dan sumber daya yang tersedia. Pesawat ini akan
beroprasi dari Amman, Yordania atau Damaskus, Suriah. Ketinggian parasut akan
membantu meminimalkan resiko keamanan pesawat dan kru, sementara kordinasi
lebih lanjut dengan pemerintah daerah terkait dan stakeholder lainnya akan
dilakukan untuk memastikan tingkat ketinggian yang dapat diterima dari resiko
keamanan.











   56

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Krisis pangan yang terjadi di Suriah akibat kekeringan selama 4 tahun
berturut-turut sejak tahun 2006 dan diperparah dengan adanya konflik
sipil yang meledak pada tahun 2011 antara para demonstran yang
menuntut pengunduran diri Presiden Bashar Al-Assad dengan
pemeintah Suriah yang saat itu menggunakan kekerasan secara brutal
untuk menghentikan massa, konflik yang berubah menjadi konflik
militer tersebut menyebabkan masyarakat tidak dapat mengakses
makanan karena terutama masalah keamanan.
WFP sebagai badan bantuan pangan terbesar yang berhasil mencapai
hingga sekitar 90 juta orang penerima bantuan di 80 negara kemudian
bergerak untuk melakukan Emergency Operation guna mengatasi krisis
pangan kronis yang terjadi di Suriah. Program yang dijalankan WFP
yaitu: Emergency Food Assistance to people Affected by Unrest in Syria,
Food Assistance to Vulnerable Syrian Populations in Jordan, Lebanon,
Iraq, Turkey and Egypt Affected by the Events in Syria, Logistics &
Telecommunications Augmentation and Coordination to Support
Hummanitarian Operations in Syria, dan WFP Air Deliveries to Provide
Humanitarian Support to Besieged and Hard to Reach Areas in Syria
WFP mencapai rata-rata hingga 3,7 juta orang penerima bantuan
perbulan di Suriah, dan rata-rata 1,5 juta di negara tempat para
pengungsi dari Suriah melalui e-card yang telah turut membantu


   57

perekonomian lokal negara tetangga hingga US$ 3 miliar. Keseluruh
program ini bersifat Emergency Operation meskipun ada beberapa di
dalamnya yang dapat dikategorikan sebagai bantuan jangka panjang
seperti perbaikan infrastruktur, mata pencaharian dan pemberian nutrisi
untuk anak-anak dan ibu hamil. Namun proporsinya masih belum
imbang dengan Relief dan Developing Program yang diperlukan guna
mencapai self-reliant penduduk Suriah.
2. Dalam mendistribusikan bantuannnya WFP memiliki beberapa
hambatan yang berasal dari eksternal seperti masalah keamanan,
serangan mortir dan roket yang tercatat per November 2015 mencapai
lebih dari 4.000, akses transportasi ditutup oleh pihak militan, juga
masalah internal seperti kurangnya sumber daya dan dana juga menjadi
masalah yang tidak dapat terhindarkan mengingat dana WFP berasal
dari donor sukarela.
B. Saran 1. Sebagai aktor dengan peran terbesar dalam menangani krisis pangan di
Suriah, WFP harus mampu menyeimbangkan proporsi Relief and
Developing Operation dengan Emergency Operation agar penduduk Suriah
secara perlahan tidak semata-mata menggantungkan dirinya pada bantuan
dari WFP, contohnya dengan meningkatkan program food-for-work bagi
usia dewasa, membantu mengembalikan aset mata pencaharian penduduk
dan memberi asupan nutrisi khusus kepada balita dan anak usia sekolah
yang kedepannya diharap dapat berperan aktif dalam mengembalikan
situasi perekonomian dan insfrastruktur yang rusak akibat konflik.


   58

2. WFP sebaiknya tetap menjaga hubungan baik dengan pemerintah Suriah
dan organisasi kemanusiaan lainnya untuk mempermudah pelaksanaan
opeerasional Emergency Program di sana, juga terus memberi update
lengkap mengenai status pangan secara transparan untuk menjaga
kepercayaan para pendonor agar tetap memberikan bantuan dana yang
diperlukan, juga meningkatkan koordinasi dengan pemerintah Suriah dan
aktor lokal guna mencari rute alternatif ketika rute utama untuk
menyalurkan bantuan ditutup atau tidak dapat diakses lagi akibat masalah
keamanan.

No comments:

Post a Comment