Wednesday 23 August 2017

Artikel 2 : Stress

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Stres
Defenisi stres

Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan siapa saja dalam bentuk
tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka panjang-
pendek yang tidak sama, pernah atau akan mengalaminya dan tidak seorang pun
bisa terhindar dari padanya. Stres merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin
”singere” yang berarti ” keras” (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring
dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu dari
straise, strest, stresce, dan stress (Yosep, 2007).
Menurut Selye, dalam bukunya yang berjudul Stress Without Distress, stres
adalah segala situasi dimana tuntutan nonspesifik mengharuskan seorang individu
untuk merespon atau melakukan tindakan (Potter & Perry, 2005).
Nemey dalam Grenberg (1984) dalam Yosep (2007) menyebutkan stres sebagai
reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan,
mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang.
Definisi lain menyebutkan bahwa stres merupakan ketidakmampuan mengatasi
ancaman yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada
suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Hardjana,
1994). Menurut Gray & Smeltzer (1990) dalam agoes (2003) stres adalah
munculnya reaksi psikologis yang membuat seseorang merasa tegang atau cemas
Universitas Sumatera Utara
yang disebabkan ketidakmampuan mengatasi atau meraih tuntutan atau
keinginannya.
 Stres diakibatkan oleh adanya perubahan-perubahan nilai budaya,
perubahan sistem kemasyarakatan, tugas atau pekerjaan serta akibat ketegangan
antara idealisme dan realita (Sulistiawati, 2005). Baik nyata maupun imajinasi,
persepsi seseorang terhadap stres sebenarnya berasal dari perasaan takut atau
marah. Perasaan ini dapat di ekspresikan dalam sikap tidak sabar, frustasi, iri,
tidak ramah, depresi, bimbang, cemas, rasa bersalah, khawatir, atau apati. Selain
itu perasaan ini juga dapat muncul dalam bentuk sikap yang pesimis, tidak puas,
produktivitas rendah, dan sering absen. Emosi, sikap dan perilaku kita yang
terpengaruh stres dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius dan
tergantung reaksi individu  tersebut terhadap stres.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Braznitz & Golberger (2001)
mengatakan bahwa setiap individu memiliki ambang stres yang berbeda-beda
karena karakteristik individu akan mempengaruhi tingkatan stres yang dialaminya.
Adaptasi merupakan suatu bentuk respon tubuh sebagai homeostasis pada sistem
lingkungan internal dan termasuk didalamnya penstabilan biologis internal dan
pemeliharaan psikologis dalam hal jati diri dan rasa harga diri.
Menurut Everly dan Giardano dalam Munandar (1995) stres dapat ditandai
dengan tiga gejala utama yaitu mood, muskuloskeletal (otot rangka), dan viceral
(organ dalam tubuh). Masing-masing gejala tersebut ditandai dengan :
 
Universitas Sumatera Utara
1) Mood: over excited, perasaan bimbang, sulit tidur, mudah bingung dan
lupa, kurang konsentrasi, rasa tidak nyaman dan gelisah, serta gugup.
2) Muskuloskeletal: jari-jari dan tangan gemetar, tidak dapat duduk tenang;
diam dan berdiri ditempat, sakit kepala, otot tegang dan kaku, bicara
gugup, leher menjadi kaku.
3) Visceral: perut mual, mulas dan muntah, degup jantung terganggu, banyak
berkeringat, kepala terasa ringan atau pingsan, kedinginan/menggigil,
wajah menjadi panas dan mulut menjadi kering.
1.2 Unsur-unsur stres
Dalam peristiwa stres, ada tiga hal yang merupakan unsur-unsur stres yang
saling berkaitan yaitu:
1) Hal, peristiwa, orang, keadaan yang menjadi sumber stres (stressor)
Hal yang menjadi sumber stres bisa berupa bencana alam, peristiwa hidup
baik yang berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain dan
lingkungan  kerja yang berat dan tempat tinggal yang tidak sehat.
2) Orang yang mengalami stres (the stressed)
 Dari segi orang yang mengalami stres, pemusatan perhatian tergantung
pada tanggapan (response) seseorang terhadap hal-hal yang dinilai
mendatangkan stres. Tanggapan itu disebut strain, yaitu tekanan atau
ketegangan dan hal tersebut dapat mengejala secara psikologis dan
fisiologis.
3) Hubungan antara orang yang mengalami stres dengan hal yang menjadi
penyebab stres (transactions)
Universitas Sumatera Utara
 Hubungan antara orang yang mengalami stres dan keadaan (situation)
yang penuh stres merupakan proses. Dalam proses tersebut, hal yang
mendatangkan stres dan pengalaman orang yang terkena stres saling
berkaitan. Proses tersebut merupakan pengaruh timbal balik dan
menciptakan usaha penyesuaian atau penyeimbangan yang terus menerus
antara orang yang mengalami stres dan keadaan yang penuh stres, karena
perbedaan cara, kemampuan dan keberhasilan orang-orang dalam
mempengaruhi dampak yang mendatangkan stres itu berbeda maka stres
yang dihadapi juga berbeda.
1.3 Sumber-sumber Stres
Sumber-sumber stres dapat digolongkan dalam bentuk-bentuk:
1) Krisis
Perubahan atau peristiwa yang timbul mendadak dan menggoncangkan
keseimbangan seseorang diluar jangkauan penyesuaian sehari-hari dapat
merangsang stresor. Misalnya krisis dibidang usaha, hubungan keluarga
dan sebagainya.
2) Frustasi
Kegagalan dalam usaha pemuasan kebutuhan-kebutuhan atau dorongan
naluri, sehingga timbul kekecewaan. Frustasi timbul bila niat atau usaha
seseorang terhalang oleh rintangan-rintangan yang menghambat
kemajuan suatu cita-cita baik yang berasal dari dalam diri sendiri atau
dari luar.

Universitas Sumatera Utara
3) Konflik
Pertentangan antara dua keinginan atau dorongan yaitu antara kekuatan
dorongan naluri dan kekuatan yang mengendalikan dorongan-dorongan
naluri tersebut.
4) Tekanan
Stres dapat ditimbulkan oleh tekanan yang berhubungan dengan
tanggung jawab yang besar yang harus ditanggung seseorang.
1.4 Tipe kepribadian berhubungan dengan stres  Tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial yang sama akan
mengalami stres, tergantung pada tipe kepribadian yang dimiliki oleh individu.
Ada dua tipe kepribadian yaitu :
1) Tipe kepribadian ”A”  (”A” type Personality)
 Tipe kepribadian ”A”  merupakan tipe kepribadian yang beresiko tinggi
terkena stres. Rosenmen & Chesney (1980) dalam Hawari (2001)
menggambarkan ciri-ciri tipe kepribadian  ini sebagai berikut: Ambisius,
agresif dan kompetitif, banyak jabatan rangkap, kurang sabar, mudah
tegang dan tersinggung serta marah, kewaspadaan berlebihan, kontrol diri
kuat, percaya diri berlebihan, cara berbicara cepat, bertindak serba cepat,
hiperaktif, tidak dapat diam, bekerja tidak mengenal waktu, pandai
berorganisasi dan memimpin (otoriter), lebih suka bekerja sendiri bila ada
tantangan, kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak relaks), serba
tergesa-gesa, mudah bergaul, mudah menimbulkan perasaan empati dan
bila tidak tercapai maksudnya mudah bersikap bermusuhan, tidak mudah
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi, kaku (tidak fleksibel), berusaha keras untuk segala sesuatunya
terkendali.
2) Tipe kepribadian ”B” (”B” type personality)
  Tipe kepribadian “B” adalah kebalikan dari tipe kepribadian “A”, dengan
ciri-ciri: ambisi yang wajar-wajar saja, tidak agresif dan sehat dalam
berkompetisi serta tidak memaksakan diri, penyabar, tenang, tidak mudah
tersinggung dan tidak mudah marah (emosi terkendali), kewaspadaan
dalam batas wajar dan kontrol diri serta percaya diri yang tidak berlebihan,
cara bicara yang tidak tergesa-gesa, bertindak pada saat yang tepat,
perilaku tidak hiperaktif, dapat mengatur waktu dalam bekerja
(menyediakan waktu untuk istirahat), dalam berorganisasi dan memimpin
bersifat akomodatif dan manusiawi, lebih suka bekerjasama dan tidak
memaksakan diri bila menghadapi tantangan, pandai mengatur waktu dan
tenang (relaks), tidak tergesa-gesa, mudah bergaul, ramah dan dapat
menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit), tidak
kaku (fleksibel), sabar dan mempunyai selera humor yang tinggi, dapat
menghargai pendapat orang lain, tidak merasa dirinya paling benar, dapat
membebaskan diri dari segala macam problem kehidupan dan pekerjaan
manakala sedang berlibur, dan mampu menahan serta mengendalikan diri
(Hawari, 2001).



Universitas Sumatera Utara
1.5 Tahapan stres Gejala-gejala stres pada diri seseorang sering kali tidak disadari karena
perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bila
tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupan baik di rumah,
lingkungan kerja, ataupun di lingkungan sosial.
Selye merumuskan stres sebagai general adaptation syndrome (GAS) atau
sindrom penyesuaian umum. Apabila faktor penyebab stres tidak dapat diatasi dan
faktor penyebab tersebut terlalu besar, maka terjadi reaksi tubuh yaitu GAS
(General Adaptation Syndrom) yang terdiri atas tiga tahapan yaitu tahap reaksi
waspada, tahap melawan, dan tahap kelelahan yang bekerja untuk melindungi
individu agar dapat bertahan hidup.
Dr. Robert J. Van Amberg (1979) dalam Agoes (2003) dalam penelitiannya
membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut:
1) Stres tahap I
  Merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan
perasaan-perasaan semangat bekerja besar dan berlebihan, penglihatan
tajam tidak sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelesaikan
pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi
dihabiskan disertai rasa gugup yang berlebihan pula.
2) Stres tahap II
  Pada tahap ini, dampak stres yang semula menyenangkan mulai  
menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan
energi tidak lagi cukup sepanjang hari akibat tidak cukup waktu untuk
Universitas Sumatera Utara
beristirahat. Pada tahap ini timbul keluhan-keluhan seperti: merasa letih
waktu bangun tidur pagi, merasa mudah lelah dan merasa cepat capai,
mengeluh lambung dan perut tidak nyaman, jantung berdebar-debar, otot
punggung dan tengkuk terasa tegang, dan tidak bisa santai.
3) Stres tahap III
  Tahapan stres yang merupakan kelanjutan dari stres tahap II dengan
keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu yaitu: gangguan
lambung dan usus yang semakin nyata misalnya gastritis dan diare,
ketegangan otot-otot yang semakin terasa, perasaan tidak tenang dan
ketegangan emosional yang semakin meningkat, gangguan pola tidur
(insomnia) dan terganggunya kordinasi tubuh. Pada tahap ini seseorang
harus sudah berkonsultasi dan mendapat terapi atau bisa juga beban stres
hendaknya dikurangi dan tubuh beristirahat.
4) Stres tahap IV
  Merupakan tahapan stres dimana keluhan-keluhan stres tahap III diatas
oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukannya kelainan
fisik pada organ tubuh dan orang yang bersangkutan terus memaksakan
diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat dan akan muncul gejala-gejala:
pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi
membosankan dan terasa lebih sulit, kehilangan kemampuan untuk
merespon secara memadai, ketidakmampuan melaksanakan kegiatan rutin
sehari-hari, gangguan pola tidur yang disertai mimpi-mimpi yang
menegangkan, negativisme, daya ingat dan konsentrasi menurun, dan
Universitas Sumatera Utara
timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa
penyebabnya.  
5) Stres tahap V
   Bila keadaan tahap IV terus berlanjut maka akan jatuh pada stres tahap V
yang ditandai dengan hal-hal berikut: kelelahan fisik dan mental yang
semakin mendalam, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari
yang ringan dan sederhana, gangguan sistem pencernaan yang semakin
berat, timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat,
mudah bingung dan panik.
6) Stres tahap VI
 Tahap ini merupakan tahap klimaks, dimana seseorang mengalami
serangan panik dan perasaan takut mati. Gambaran stres tahap ini adalah:
debaran jantung yang sangat kuat, susah bernapas (sesak dan megap
megap), seluruh tubuh gemetar, dingin dan keringat bercucuran, tidak ada
tenaga untuk hal-hal yang ringan, pingsan atau kolaps (Hawari, 2001).
1.6 Tingkatan stres 1) Stres ringan
Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur
umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya: lupa, kebanyakan tidur,
kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa
menit atau beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan penyakit
kecuali jika dihadapi terus menerus.

Universitas Sumatera Utara
2) Stres sedang
Terjadi lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya
perselisihan  kesepakatan yang belum selesai, sebab kerja yang berlebih,
mengharapkan pekerjaan baru, permasalahan keluarga. Situasi seperti ini
dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang.
3) Stres berat
Merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa
tahun misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan
finansial, dan penyakit fisik yang lama (Rasmun, 2004).
2. Faktor- Faktor yang Menyebabkan Stres  Stres disebabkan oleh banyak faktor yang disebut dengan stressor. Stressor
merupakan stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor
menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa
saja kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual,
atau kebutuhan kultural. Stressor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai
stressor internal dan stressor eksternal. Stressor internal berasal dari dalam diri
seseorang misalnya kondisi fisik, atau suatu keadaan emosi. Stressor eksternal
berasal dari luar diri seseorang misalnya perubahan lingkungan sekitar, keluarga
dan sosial budaya (Potter & Perry, 2005).
Penyebab stres dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu kategori
pribadi dan kategori kelompok atau organisasi. Kedua kategori ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada individu atau kelompok dan
prestasi individu dan kelompok yang bersangkutan (Agoes,2003).
Universitas Sumatera Utara
Santrock (2003) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan stres
terdiri atas :
1) Beban yang terlalu berat, konflik dan frustasi
Beban yang terlalu berat menyebabkan perasaan tidak berdaya, tidak
memiliki harapan yang disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang sangat
berat dan akan membuat penderitanya merasa kelelahan secara fisik dan
emosional.
2) Faktor kepribadian
Tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang cenderung untuk
mengalami stres, dengan karakteristik kepribadian yang memiliki perasaan
kompetitif yang sangat berlebihan, kemauan yang keras, tidak sabar, mudah
marah dan sifat yang bemusuhan.
3) Faktor kognitif
Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu menilai dan
menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif. Penilaian secara kognitif
adalah istilah yang digunakan oleh Lazarus untuk menggambarkan
interpretasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup mereka sebagai
sesuatu yang berbahaya, mengancam atau menantang dan keyakinan mereka
dalam menghadapi kejadian tersebut dengan efektif.




Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya stressor psikososial dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Perkawinan
 Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber stres yang dialami
seseorang; misalnya pertengkaran, perpisahan, perceraian, kematian salah
satu pasangan, ketidaksetian, dan lain sebagainya.
2) Problem orang tua
 Permasalahan yang dihadapi orang tua; misalnya kenakalan anak, anak
sakit, hubungan yang tidak baik dengan mertua, ipar, besan dan lain
sebagainya.
3) Hubungan interpersonal
 Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat/orang-orang
disekitar yang mengalami konflik.
4) Pekerjaan
 Masalah pekerjaan merupakan sumber stres kedua setelah masalah
perkawinan; misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok,
mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, kehilangan pekerjaan, dan lain
sebagainya.
5) Lingkungan hidup
 Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan
seseorang. Rasa tercekam dan tidak merasa aman ini amat mengganggu
ketenangan dan ketenteraman hidup, sehingga tidak jarang orang jatuh
kedalam depresi dan kecemasan.

Universitas Sumatera Utara
6) Keuangan
 Masalah keuangan (kondisi sosial-ekonomi) yang tidak sehat misalnya
pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat utang,
kebangkrutan usaha, soal warisan dan lain sebagainya sangat berpengaruh
terhadap kesehatan jiwa seseorang.
7) Hukum/peraturan
 Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum/peraturan yang ada dapat
merupakan sumber stres pula.
8) Perkembangan
 Yang dimaksud disini adalah masalah perkembangan baik fisik maupun
mental seseorang, misalnya masa remaja, masa dewasa, menopouse, usia
lanjut, dan sebagainya.  
9) Kondisi fisik atau cidera
10) Faktor keluarga
Faktor keluarga yang dimaksud disini adalah faktor stres yang dialami
oleh seseorang yang disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik
yaitu sikap orang tua.
11) Lain-lain
 Stressor kehidupan yang lainnya juga dapat menimbulkan depresi dan
kecemasan adalah bencana alam, kebakaran, perkosaan, dan sebagainya
(Yosep, 2007).
Nelson dalam Agoes (2003) menyebutkan bahwa penyebab stres umumnya
adalah: pindah ke daerah baru, masuk perguruan tinggi, pindah sekolah, menikah,
Universitas Sumatera Utara
hamil, baru bekerja, gaya hidup baru, perceraian, kematian orang yang dicintai,
dipecat dari pekerjaan, tekanan waktu, persaingan, kesulitan keuangan, suasana
atau bunyi yang sangat ramai atau bising, tidak puas atau tidak nyaman.
  Terjadinya stres karena stressor tersebut dipersepsikan oleh individu sebagai
suatu ancaman sehingga mengakibatkan kecemasan yang merupakan tanda umum
dan awal dari gangguan kesehatan fisik, psikologis, bahkan spiritual. Sedangkan
dampak dari  stressor tersebut  dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: Sifat
stressor, jumlah stressor pada saat yang bersamaan, lama pemajanan terhadap
stressor, pengalaman masa lalu, tingkat perkembangan (Kozier & Erb, 1983 dalam
Keliat, 1998).
3. Skripsi  Mengerjakan sebuah skripsi telah menjadikan kebanyakan mahasiswa stres,
takut, bahkan sampai frustasi dan ada juga yang nekat bunuh diri. Telah banyak
contoh kasus mahasiswa yang menjadi lama dalam penyelesaian studinya karena
terganjal dengan masalah tugas akhirnya, karena adanya pemikiran
pembuatan tugas akhir susah dan berat maka akhirnya banyak mahasiswa
menyerahkan pembuatan skripsi ini ke orang lain atau semacam biro jasa
pembuatan skripsi, atau membeli/mencari skripsi orang lain untuk ditiru (Subekti,
2009).
Skripsi sebagai akhir penyelesaian studi merupakan suatu kegiatan yang wajib
dilaksanakan. Skripsi adalah muara dari semua pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh sebelumnya, untuk diterapkan dalam menggali permasalahan yang
ada (baik dalam literatur maupun kancah) agar dengan penelitian itu dapat
Universitas Sumatera Utara
diperoleh temuan/karya ilmiah yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan (Arikunto,
2002). Dinamika kampus yang beragam membawa berbagai dampak bagi
mahasiswa; baik negatif maupun positif, fisik, maupun psikologis selama proses
menyelesaikan skripsi.
Selama proses mengerjakan skripsi mahasiswa ditantang dan dilatih untuk
melakukan serangkaian kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah, seperti pencarian
suatu problem dan pemecahannya yang berlandaskan pada suatu teori dan

juga langkah-langkah atau metode yang ilmiah disertai pola pikir yang kritis (critical thinking) diharapkan akan dimiliki mahasiswa (Subekti, 2009).
Sebelum mengambil mata kuliah skripsi mahasiswa harus memenuhi syarat
syarat penyusunan skripsi yang telah ditentukan. Adapun syarat-syarat
penyusunan skripsi pada Fakultas Keperawatan USU adalah mahasiswa harus
lulus minimal 110 SKS bagi mahasiswa program reguler dan 44 SKS bagi
mahasiswa program ekstensi dengan IPK sekurang-kurangnya 2,00 tanpa nilai D
dan E serta memenuhi ketentuan lain yang ditetapakan masing-masing fakultas
(Pasal 20). Tata cara penyusunan skripsi tersebut juga diatur dalam pasal 21
dimana:
1. Setelah mahasiswa menyerahkan penyusunan rencana skripsi, ketua
jurusan/bagian, menetapkan seorang pembimbing skripsi dan bila perlu dapat
menambah seorang pembimbing lainnya yang diambil dari jurusan atau bagian
atau dari luar USU.
2. Penyusunan rencana skripsi yang dimaksud dalam pasal 20 ayat 1 diatur
sesuai dengan peraturan yang berlaku dimasing-masing fakultas.
Universitas Sumatera Utara
3. Rencana skripsi harus sudah diajukan dan mendapat persetujuan selambat
lambatnya satu tahun atau dua semester sebelum masa studi maksimum
berakhir, dan harus memenuhi syarat pada pasal 20.
4. Skripsi ditulis dalam bahasa indonesia, kecuali pada jurusan/program
studi/bagian bahasa asing skripsi dapat ditulis dalam bahasa asing.
5. Skripsi harus diselesaikan selambat-lambatnya dalam waktu dua belas bulan
terhitung sejak rencana skripsi disetujui
6. Persetujuan selesainya skripsi paling lambat tiga bulan sebelum masa studi
berakhir (Departemen Ilmu Keperawatan USU, 2008).
Selain persyaratan diatas,  hal lain yang dapat mempengaruhi terjadinya stres
pada mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi adalah sulitnya untuk
menghadapi/menjumpai dosen, beban kuliah yang ada, hubungan atau relasi, serta
hambatan keuangan.
1) Dosen
Sulitnya proses bimbingan skripsi kepada dosen menjadi salah satu faktor
yang menghambat dalam proses penyelesaian skripsi. Banyak dosen terlalu kritis
terhadap penelitian/skripsi mahasiswa, mereka harus melakukan revisi berulang
ulang karena skripsinya belum sempurna. Ada dosen yang rajin membatik setiap
halaman skripsi mahasiswa dengan coretan-coretan yang kadang-kadang disertai
kalimat-kalimat emosional. Beberapa dosen sibuk dengan statistik yang
membingungkan mahasiswa dan membuat pikiran terkuras. Ada juga kasus dosen
yang sulit untuk ditemui di kampus karena banyak bisnis di luar atau penuh
waktunya untuk mengajar di berbagai universitas lain ( Juliandi, 2009)
Universitas Sumatera Utara
2) Beban kuliah
Tuntutan akademis yang ada, membuat mahasiswa merasa dituntut untuk
meraih pencapaian yang telah ditentukan baik oleh pihak fakultas/universitas
maupun dari mahasiswa itu sendiri. Tuntutan tersebut dapat memberikan tekanan
yang melampaui batas kemampuan mahasiswa itu sendiri. Ketika hal ini terjadi,
maka beban yang berlebihan tersebut akan mengundang stres pada mahasiswa.
3)  Hubungan atau relasi
 Hubungan dengan orang lain baik dengan teman kuliah atau bukan, memiliki
pengaruh yang besar bagi mahasiswa. Gangguan pada aspek tersebut dapat
menjadi stressor, yang sering kali berkaitan dengan perasaan sendiri atau
kesepian, apalagi ketika sedang mengalami masalah atau kesulitan yang
membutuhkan teman untuk bercerita dan bertanya.  
4)  Hambatan keuangan
 Kuliah tidak hanya sekedar belajar dikampus. Menjalani aktivitas kuliah
berarti telibat dengan lingkungan sosial ditempat tersebut, sehingga keuangan
tidak hanya diperlukan untuk biaya akademis saja, namun untuk kebutuhan hidup
dan kebutuhan lainnya yang diperlukan. Hal ini dapat menjadi salah satu sumber
stressor bila segi finansial kurang mencukupi.  

No comments:

Post a Comment